Pages

October 12, 2009

Ilmu Kimia

Ilmu kimia di kemudian hari berkembang sangat pesat dan dikenal banyak orang. Tapi, hanya sedikit yang tahu siapa sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu eksakta tersebut. Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia.

Kimia (dari bahasa Arab كيمياء "seni transformasi" dan bahasa Yunani χημεία khemeia "alkimia") adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom.

Kimia umumnya dibagi menjadi beberapa bidang utama. Terdapat pula beberapa cabang antar-bidang dan cabang-cabang yang lebih khusus dalam kimia.
• Kimia analitik adalah analisis cuplikan bahan untuk memperoleh pemahaman tentang susunan kimia dan strukturnya. Kimia analitik melibatkan metode eksperimen standar dalam kimia. Metode-metode ini dapat digunakan dalam semua subdisiplin lain dari kimia, kecuali untuk kimia teori murni.
• Biokimia mempelajari senyawa kimia, reaksi kimia, dan interaksi kimia yang terjadi dalam organisme hidup. Biokimia dan kimia organik berhubungan sangat erat, seperti dalam kimia medisinal atau neurokimia. Biokimia juga berhubungan dengan biologi molekular, fisiologi, dan genetika.
• Kimia anorganik mengkaji sifat-sifat dan reaksi senyawa anorganik. Perbedaan antara bidang organik dan anorganik tidaklah mutlak dan banyak terdapat tumpang tindih, khususnya dalam bidang kimia organologam.
• Kimia organik mengkaji struktur, sifat, komposisi, mekanisme, dan reaksi senyawa organik. Suatu senyawa organik didefinisikan sebagai segala senyawa yang berdasarkan rantai karbon.
• Kimia fisik mengkaji dasar fisik sistem dan proses kimia, khususnya energitika dan dinamika sistem dan proses tersebut. Bidang-bidang penting dalam kajian ini di antaranya termodinamika kimia, kinetika kimia, elektrokimia, mekanika statistika, dan spektroskopi. Kimia fisik memiliki banyak tumpang tindih dengan fisika molekular. Kimia fisik melibatkan penggunaan kalkulus untuk menurunkan persamaan, dan biasanya berhubungan dengan kimia kuantum serta kimia teori.
• Kimia teori adalah studi kimia melalui penjabaran teori dasar (biasanya dalam matematika atau fisika). Secara spesifik, penerapan mekanika kuantum dalam kimia disebut kimia kuantum. Sejak akhir Perang Dunia II, perkembangan komputer telah memfasilitasi pengembangan sistematik kimia komputasi, yang merupakan seni pengembangan dan penerapan program komputer untuk menyelesaikan permasalahan kimia. Kimia teori memiliki banyak tumpang tindih (secara teori dan eksperimen) dengan fisika benda kondensi dan fisika molekular.
• Kimia nuklir mengkaji bagaimana partikel subatom bergabung dan membentuk inti. Transmutasi modern adalah bagian terbesar dari kimia nuklir dan tabel nuklida merupakan hasil sekaligus perangkat untuk bidang ini.

Atom adalah suatu kumpulan materi yang terdiri atas inti yang bermuatan positif, yang biasanya mengandung proton dan neutron, dan beberapa elektron di sekitarnya yang mengimbangi muatan positif inti. Atom juga merupakan satuan terkecil yang dapat diuraikan dari suatu unsur dan masih mempertahankan sifatnya, terbentuk dari inti yang rapat dan bermuatan positif dikelilingi oleh suatu sistem elektron.

Unsur adalah sekelompok atom yang memiliki jumlah proton yang sama pada intinya. Jumlah ini disebut sebagai nomor atom unsur. Sebagai contoh, semua atom yang memiliki 6 proton pada intinya adalah atom dari unsur kimia karbon, dan semua atom yang memiliki 92 proton pada intinya adalah atom unsur uranium.

Ion atau spesies bermuatan, atau suatu atom atau molekul yang kehilangan atau mendapatkan satu atau lebih elektron. Kation bermuatan positif (misalnya kation natrium Na+) dan anion bermuatan negatif (misalnya klorida Cl−) dapat membentuk garam netral (misalnya natrium klorida, NaCl). Contoh ion poliatom yang tidak terpecah sewaktu reaksi asam-basa adalah hidroksida (OH−) dan fosfat (PO43−).

Senyawa merupakan suatu zat yang dibentuk oleh dua atau lebih unsur dengan perbandingan tetap yang menentukan susunannya. sebagai contoh, air merupakan senyawa yang mengandung hidrogen dan oksigen dengan perbandingan dua terhadap satu. Senyawa dibentuk dan diuraikan oleh reaksi kimia.

Molekul adalah bagian terkecil dan tidak terpecah dari suatu senyawa kimia murni yang masih mempertahankan sifat kimia dan fisik yang unik. Suatu molekul terdiri dari dua atau lebih atom yang terikat satu sama lain.

Suatu 'zat kimia' dapat berupa suatu unsur, senyawa, atau campuran senyawa-senyawa, unsur-unsur, atau senyawa dan unsur. Sebagian besar materi yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu bentuk campuran, misalnya air, aloy, biomassa,

Tata nama IUPAC : singkatan dari Internasional Union Pure and Aplied Chemistry , suatu badan internasional yang mengatur hal-hal peristilahan dan sistem tata nama kimia

KAREKTERISTIK MATA PELAJARAN KIMIA
Mata Pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA/MA pada kelas X secara umum sebelum penjurusan, dan pada kelas XI dan XII untuk jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pemahaman dan penerapan pembelajaran kimia merupakan suatu hal yang penting untuk dikaji agar proses pembelajaran kimia dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut akan dijelaskan beberapa yang berkaitan dengan kimia dan pembelajarannya.

a. Pengertian Kimia
Ilmu kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang secara khusus mempelajari gejala-gejala yang terjadi pada zat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan zat, yaitu komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energetika zat, baik dari skala mikro maupun dari skala makro. Skala mikro dari zat, yaitu atom-atom, molekul-molekul, sedangkan dari skala makro, yaitu zat secara umum dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP: 2006) objek ilmu kimia adalah gejala-gejala alam yang berkaitan dengan zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energi yang menyertainya. Sebagai suatu cabang ilmu kimia mempunyai beberapa bidang ilmu, diantaranya: kimia organik, kimia anorganik, biokimia, kimia nuklir dan radiokimia, kimia fisik, kimia makromolekul, dll.

b. Pembelajaran Kimia di SMA/MA
Mata Pelajaran Kimia di SMA/MA merupakan suatu dasar tentang kimia yang menjadi bekal pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan bagi peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Dengan demikian dalam pembelajaran kimia perlu mengaitkan antara keterampilan dengan penalaran. Secara umum menurut BNSP (2006) materi pelajaran kimia terdapat dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk temuan ilmuwan secara ilmiah (berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) dan kimia sebagai proses. Oleh karena itu, pembelajaran kimia baik dalam proses maupun penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karekteristik kimia sebagai proses dan produk

c. Tujuan Pembelajaran Kimia
Tujuan pembelajaran kimia di SMA/MA secara khusus, yaitu memberi bekal kepada peserta didik tentang pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Secara umum tujuan pembelajaran kimia di SMA/MA menurut BSNP (2006) ialah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari bahwa keteraturan dan keindahan alam merupakan kegagungan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain

Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat
Memahami konsep-prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Menurut Tresna Sastrawijaya (1998 : 113 ), tujuan pembelajaran kimia adalah memperoleh pemahaman yang telah lama perihal fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam penggunaan laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kimia tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar.

Proposal Skipsi Studi Komparasi

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA DENGAN BANTUAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DAN COURSE REVIEW HORAY POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 15 SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008

PROPOSAL

Oleh :
Arif Fadholi W.A
3105328

I. JUDUL : KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA DENGAN BANTUAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DAN COURSE REVIEW HORAY POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 15 SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008

II. PENDAHULUAN
Sering kali dalam proses pembelajaran adanya kecenderungan siswa tidak mau bertanya pada guru meskipun sebenarnya belum mengerti materi yang diajarkan. Strategi yang sering digunakan oleh guru untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkannya dalam diskusi. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah mendorong siswa untuk berpartisipasi. Sebagian siswa terpaku menjadi penonton, sementara arena diskusi hanya dikuasai segelintir siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Pengajar perlu menciptakan suasana belajar dimana siswa bekerja secara gotong royong.

Untuk itu, diperlukan pengembangan pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang dapat menumbuhkan semangat belajar dan memperkuat daya ingat siswa terhadap materi yang dipelajari. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain memilih metode yang tepat, sesuai materinya dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Salah satunya adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu belajar mengajar dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelomppok kecil. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan pada penelitian ini adalah Scramble dan Course Review Horay.
Kedua model pembelajaran ini mempunyai persaman yaitu membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 2-4 siswa yang heterogen dan sama-sama menekankan adanya latihan soal pada setiap akhir pertemuan. Dengan adanya latihan soal tersebut diharapkan materi yang sudah dipelajari dapat terekam langsung oleh siswa. Jawaban yang sudah tersedia dan disusun secara acak pada model pembelajaran Scramble diharapkan dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mengerjakan soal tersebut. Selain itu, dengan adanya pembentukan kelompok diharapkan dapat melatih kerjasama siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

Berbeda dengan model pembelajaran Scramble, model pembelajaran Couerse Review Horay diharapkan dapat melatih kerjasama siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok. Selain itu, dengan adanya keikutsertaan siswa dalam penilaian soal diharapkan dapat menumbuhkan dan menanamkan kejujuran siswa. Ciri khas yel-yel dalam metode ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Dengan menuliskan jawabannya langsung setelah soal dibacakan oleh guru dapat menambah keaktifan siswa dan kecepatan dalam berfikir.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:
“Komparasi Hasil Belajar Kimia dengan Bantuan Model Pembelajaran Scramble dan Course Review Horay Pokok Bahasan Sistem Koloid siswa Kelas XI Semester II SMA Negeri 15 Semarang Tahun Ajaran 2007/2008.”

III. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan bantuan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay pada poko bahasan Sistem Koloid siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.
2. Jika ada perbedaan, manakah diantara kedua model pembelajaran tersebut yang memberikan hasil belajar lebih baik untuk pokok bahasan Sistem Koloid pada siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.

IV. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:
1. Ada tidaknya perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay pada pokok bahasan Sistem Koloid siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.
2. Manakah diantara kedua model pembelajaran tersebut yang memberikan hasil belajar yang lebih baik untuk pokok bahasan Sistem Koloid siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.

V. LANDASAN TEORI
5.1 Pengertian Belajar
Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Sedangkan menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memikili keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsure utama:
1. Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku.
2. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
3. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relative permanen.

5.2 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

5.3 Scramble
Scramble adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan membagi lembar kerja yang berisi pertanyaan pada akhir pertemuan dan harus dijawab oleh siswa. Lembar kerja tersebut sudah dilengkapi dengan jawaban yang disusun secara acak. Dengan jawaban yang telah disusun secara acak tersebut diharapkan dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mengerjakan soal tersebut. Dalam model pembelajaran ini akan dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah (1) Guru menyajikan materi sesuai topik, (2) guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (3) membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.

5.4 Course Review Horay
Course Review Horay adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan pengujian pemahaman menggunakan soal, jawaban soal tersebut dituliskan pada kartu yang telah dilengkapi oleh nomor, nomor tersebut berupa nomor soal yang telah ditentukan oleh guru. Setelah itu jawaban langsung didiskusikan bersama. Apabila jawaban siswa benar maka akan mendapatkan tanda (V) dan langsung berteriak horay. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 siswa, kemudian disuruh membuat kartu sesuai dengan kebutuhan dan tiap kartu diisi dengan nomor soal yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian guru membacakan soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kartu yang nomornya disebutkan guru kemudian jawaban langsung didiskusikan bersama, kalau benar jawaban diisi tanda benar (V) dan salah diisi tanda silang (X). Siswa yang sudah mendapat tanda benar (V) langsung berteriak horay. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa lebih semangat dalam belajar karena pembelajarannya tidak monoton diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran ini adalah sebakai berikut: (1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi sesuai topic, (3) memberikan siswa Tanya jawab, (4) guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (5) untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu sesuai dengan kebutuhan dan setiap kartu diisi angka sesuai dengan selara masing-masing, (6) guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban didalam kartu yang nomornya disebutkan oleh guru kemudian langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda (V) dan salah diisi dengan tanda (X), (7) siswa yang sudah mendapat tanda (V) harus berteriak horay, (8) nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah horay yang telah diperoleh.
Adapun contoh soal dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
Pertanyaan:
1. partikel yang berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm adalah……
2. jenis koloid dengan fase terdispersi padat dan fase pendispersi cair adalah……
3. pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut…

VI. METODOLOGI PENELITIAN
6.1 Metode Penentuan Objek
6.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang.
6.1.2 Sampel
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sebelum pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas populasi menggunakan uji Barlett, karena populasi memiliki homogenitas yang sama maka, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster random sampling, yaitu dengan mengambil dua kelas secara acak sebagai sampel dari kelas yang ada pada pada populasi.

6.2 Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab, dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay.
2. Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar kimia siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang yang diperlakukan dengan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay.

6.3 Teknik Pengumpulan Data
6.3.1 Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa dan daftar nilai mata pelajaran kimia semester II. Data tersebut dipakai untuk uji homogenitas dan uji kesamaan .
6.3.2 Tes
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dikaitkan dengan penggunaan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay. Tes ini diberikan setelah kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II diberi perlakuan. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Sebelum tes digunakan untuk memperoleh data dari sampel sebagai objek penelitian, terlebih dahulu diadakan uji coba tes pada kelas diluar kelas eksperimen I dan eksperimen II.
6.3.3 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Observasi ini bertujuan untuk mengambil data nilai afektif dan psikomotorik sebagai data sekunder. Observasi dilakukan pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman kriteria sebagai instrument pengamatan.

VII. HIPOTESIS
Hipotesis sementara yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan
model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay. Pada pokok bahasan Sistem Koloid pada siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.
2. Hasil belajar kimia siswa yang menggunakan model pembelajaran Course Review Horay lebih baik dari pada Scramble pada pokok bahasan Sistem Koloid pada siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.

VIII. PENUTUP
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya proposal dapat selesai, tidak ada yang patut penulis banggakan, selain semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama penulis.
Namun demikian mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan. Dan kepada semua pihak yang ikut memberikan masukan serta dukungan dalam penulisan proposal ini, penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA


Abu, Ahmadi dan Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anita,Lie. 2007. Cooperative Learning (mempraktikan cooperative learning di ruang-ruang kelas). Jakarta: Gramedia.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Http://learning-with me.blogspot.com/2006_09_01_learning-with-me_archive.html

Mohamad, Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

Kelebihan & Kekurangan TPS

oleh:
Arif Fadholi Wahid Assyafi'i

Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)
- Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
- Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
- Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
- Interaksi lebih mudah.
- Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
- Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
- Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
- Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
- Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
- Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
- Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
- Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
- Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
- Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
- Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
- Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
- Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
- Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
- Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
- Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
- Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
- Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
- Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
- Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
- Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
- Lebih sedikit ide yang muncul.
- Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
- Menggantungkan pada pasangan.
- Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
- Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
- Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
- Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
- Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.
- Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
- Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.
- Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
- Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.

Metode Think Pair Share

Metode TPS (Think Pair Share)

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Tingkah Laku Guru:
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

Fase-2 Menyajikan informasi
Tingkah Laku Guru:
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Tingkah Laku Guru:
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Tingkah Laku Guru:
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

TPS (Think-Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperaif, dari pada penghargaan individual ( Ibrahim dkk : 2000 ).

Metode pengajara tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca. Guru lebih memilih metode Think-Pair-Share dari pada metode tanya jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and answer).

TPS digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. Atau guru menjelaskan materi dengan mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru bahkan membuat anak didik mudah memusatkan perhatian. Karenanya guru sangat perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, titik pusat (fokus) dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan. Dalam upaya itu, guru menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS. Strategi TPS dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam lingkungan seluruh kelompok.

Andaikan guru baru saja menyelesaikan suatu pengkajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas atau situasi teka-teki telah ditemukan. Dan guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau didalami.Guru akan membiarkan dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan menemukan sendiri informasi. Untuk menggairahkan anak didik dalam menerima pelajaran dari guru, anak didik diupayakan untuk belajar sambil bekerja dan belajar bersama dalam kelompok.

Anak didik yang bergairah belajar seseorang diri akan semakin bergairah bila dilibatkan dalam kerja kelompok. Tugas yang berat dikerjakan seorang diri akan menjadi mudah bila dikerjakan bersama. Anak didik yang egois akan menyadari pentingnya kehidupan bersama dalam hal tertentu. Dan anak didik untuk terbiasa menghargai pendapat orang lain dari belajar bersama yaitu anak didik yang belum mengerti penjelasan guru akan menjadi mengerti dari hasil dari hasil penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok. Dalam kasus-kasus tertentu penjelasan anak didik lebih efektif dimengerti dari pada penjelasan dari guru.
Kelebihan Strategi TPS (Think-Pair-Share) memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

Sedangkan kelemahan dari TPS (Think-Pair-Share) antara lain:
1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

Sesuai dengan namanya, berikut ini adalah langkah-langkah yang diterapkan dalam TPS (Think-Pair-Share):
Tahap 1: Think (berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yan berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2: Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengijinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Untuk lebih jelasnya disini akan dijelaskan langkah-langkah pada tahap ke-2 ini adalah:
1 Langkah 1 : Bekerja berpasangan. Tim atau kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan. Satu siswa di dalam pasangan itu mengerjakan lembar kegiatan atau masalah, sementara siswa yang lain membantu atau melatih.
2 Langkah 2 : Pelatih mengecek. Siswa yang menjadi pelatih mengecek pekerjaan partnernya. Apabila pelatih dan partnernya itu tidak sependapat terhadap suatu jawaban atau ide, mereka boleh meminta petunjuk dari pasangan lain.
3 Langkah 3 : Pelatih memuji. Apabila pelatih dan partner sependapat, pelatih memberikan pujian.
4 Langkah 4 : Bertukar peran. Seluruh partner bertukar peran dan mengulangi langkah 1-3 sampai semuanya setuju dangan jawaban yang dikerjakan.

Tahap 3: Sharing (berbagi). Pada tahp akhir, guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai yang telah mereka bicarakan. Langkah ini efektif jika guru bekeliling kelas dari pasangan yang satu kepasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melaporkan.

Kelompok Berpasangan
Kelebihan:
• meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana
• lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok
• interaksi lebih mudah
• lebih mudah dan cepat membentuknya.
Kekurangan:
• banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
• lebih sedikit ide yang muncul
• jika ada perselisihan,tidak ada penengah


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair and Share (TPS) – Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan

Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain berasal dari segi siswa, yakni: siswa-siswa yang pasif, dengan metode ini mereka akan ramai dan mengganggu teman-temannnya. Tahap pair siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi bersama pasangan satu bangku dengannya tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi pelajaran, menggantungkan pada pasangan dan kurang berperan aktif dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut pada
pasangan yang lain. Jumlah siswa di kelas juga berpengaruh terhadap pelaksanaan metode think pair share ini. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok. Akibatnya terdapat kelompok yang beranggotakan lebih dari 2 (dua) siswa. Hal ini akan memperlambat proses diskusi pada tahap pair, karena pasangan lain telah menyelesaikan sementara satu siswa tidak mempunyai pasangan. Hambatan lain yang ditemukan yaitu dari segi waktu. Kelemahan lain yang terjadi pada tahap think adalah ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan siswa yang suka mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum diselesaikan. Hal ini berdampak pada hasil belajar ranah kognitif, yaitu siswa kurang menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya. Metode ini membutuhkan banyak waktu karena terdiri dari 3 (tiga) langkah yang harus dilaksanakan oleh seluruh siswa yang meliputi tahap think, pair, share. Untuk mengatasi hambatan dalam penerapan metode kooperatif think pair share yaitu guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus siswa lalui. Hal tersebut dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses pembelajaran ini. Guru akan memberikan point pada
siswa, jika siswa tersebut mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau memberikan sanggahan pada tahap share.

model pembelajaran Think-Pair-Share diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran Think-Pair-Share itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model pembelajaran Think-Pair-Share dapat disosialisasikan dan
digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think-Pair-Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain

Di samping mempunyai keunggulan, model pembelajaran Think-Pair-Share juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya adalah: (1) metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah, (2) sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal, (3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa (Lie : 2004).

Model pembelajaran Think-Pair- Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan
orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:57). Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair- Share adalah: (1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok
dan berdiskusi dengan pasangannya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004: 58). Think-Pair-Share memiliki prosedur ynag ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003 : 66). Sebagai contoh, guru baru
saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut.

Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share sederhana, namun penting trutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok . Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut:

Tahap 1 : Thingking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik.
Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think-Pair-Share adalah:
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranyya masing-masing.
Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.
Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah ang telah mereka diskusikan. Kegiatan “berpikir-berpasaangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Jones (2002), akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

Menurut Spencer Kagan ( dalam Maesuri, 2002:37) manfaat Think-Pair-Share adalah: (1) para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga mungkin
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.

Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royaong. Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas.
Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah tertentu. Menurut Muslimin (2001: 26) langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu : Berpikir (Thinking), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share)
Tahap 1 : Thinking (berpikir)
Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Share (berbagi)
Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Keunggulan dari Think-Pair-Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model Think-Pair-Share ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah: a) memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan b) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah, c) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, d) siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar, e) memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12). Senada dengan pendapat Hartina, Lie (2005: 46) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang siswa) adalah 1) akan meningkatkan pasrtisipasi siswa, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, dan 5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul, dan 3) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran think-pair-share sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan dalam kerja kelompok. Dalam model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Adanya kegiatan berpikir-berpasangan-berbagi dalam metode thinkpair-share memberi banyak keuntungan. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Menurut Nurhadi (2003: 65), akuntabilitas berkembang karena setiap siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberi ide atau jawaban kepada pasangannya.

Kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk. (2000:6):
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan
mempengaruhi hasil belajar mereka.
3. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
4. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
5. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini
dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
6. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Kelemahan metode TPS adalah pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa (Ibrahim,2000:18).

Puisi_Puisi

Dimana Kasihku??
By : Arief

Aku adalah orang yang sepi
Aku adalah orang yang sendiri
Hati ini layu
Hati ini rapuh
Tak ada yang menemani
Hati ini butuh sesuatu...
Wahai kasihku,
Dimanakah kiranya engkau?
Kau adalah jiwaku
Kau adalah ruhku
Dan kau adalah semangatku
Hidupku hampa tanpamu
Hidupku tak berarti tanpamu
Dimanakah engkau,
Wahai kasihku?
Dimanakah engkau???
Dimanakah engkau???


MAKNA CINTA

Cinta adalah anugerah
Cinta adalah perasaan hati
Cinta itu suci, cinta itu putih
Cinta itu butuh pengorbanan
Cinta adalah misteri kehidupan
Cinta bisa membuat bahagia
Dapat pula membuat sengsara
Dengan cinta hidup bisa indah
Dapat pula menjadi sedih
Itulah makna dari Cinta
Yang kita tidak tahu arahnya

Ar I2 F- F4Dh+ O2 Li

Suara hati
By : F4Dh+O2Li-

Dulu kau adalah cintaku
Dulu kau adalah kasihku
Dulu kau adalah sayangku
Ku tak bisa jauh darimu
Walaupun hanya satu detik
Akan tetapi ketika ada
Yang menghalangi kita
Yaitu jarak yang memisahkannya
Hatiku gundah, hatiku resah
Ku tak bisa bertemu denganmu
Ku tak bisa dekat denganmu
Suara hati pun berkata,
Kenapa harus begini??
Kenapa harus seperti ini??
Suara hati pun bertanya,
Apakah ini takdirku???
Apakah kita tak bisa bertemu???
Dan apakah kita tak bisa bersatu???
Wahai Tuhanku. .............?


H I T A M K U

Aku merasa bersalah
Hingga hati ini resah
Dan juga gundah
Maafkan segala salahku
Atas semua perbuatanku
Akan ku hapus hitamku
Hanya untukmu
Trima kasih, sayangku
Jika kau maafkanku
Tak akan ku ulangi salahku
Jika ku mampu

Created By :
Ar + I2 + F2-

Lembar baru

Dia adalah masa laluku
Masa lalu yang terus tertinggal
Dan kau adalah masa depanku
Harapan baruku,
Dan juga penerang jiwaku
Masa lalu biarlah berlalu
Dan ku terus maju
Menghadapi lembar baru
S’lamat tinggal masa lalu
S’lamat datang masa baru

By : 150787
F4 Dh O2 Li

BINTANGKU

Bintang.......
Inginku jauhi dirimu
Tanpa menatapmu
Tanpa menyentuhmu
Tanpa membayangkanmu
Namun.......
Malam pun memihakmu
Tiap malam kau datang membayangiku
Walau bulan t’lah menghiburku
Tapi kenapa????
Sinarmu slalu ada
Mendampingi sang bulan
Yang membuatku masih resah

By : F4IzZ4H
210187


KARENAMU

Bintang malam ini
Akan lebih terang
Cahayanya untukmu
Matahari pagi ini
Akan lebih hangat
Sinarnya untukmu
Udara siang ini
Akan lebih sejuk bagimu
Dihari ini aku
Hanya ingin bersamamu
Karena kamu.......
Aku hidup...........
Hari ini bukan waktunya
Untuk bersedih
Hari ini bukan waktunya
Untuk menangis
Karena aku yakin
Orang yang mencintaimu
Tidak akan rela
Melihatmu menangis


By : Najiullah
210588

Tata Nama Senyawa Anorganik

(TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK )

1. Cara penulisan rumus kimia senyawa :
Senyawa ion : A x+ + By – digabung menjadi senyawa → A y Bx
Senyawa kovalen dari atom P dengan biloks +m dan atom Q dengan biloks –n senyawanya dengan rumus kimia : PnQm

2. Cara memberi nama :
Ditulis ion /atom positif diikuti ion/atom negatifnya dengan catatan sbb :
a. Senyawa yang terdapat anion / atom negatifnya tunggal tidak beroksigen atau oksigen sendiri , senyawanya disebut senyawa biner dan namanya diberi akhiran ida atau ide . yaitu :
F- = fluoride S2- = sulfida
Cl- = klorida O2- = oksida
Br- = Bromida N3- = nitrida
I- = iodida H- = hidrida
b. Bila ion positif atau logamnya polivalen nama harus dibedakan dengan ditunjukkan bilangan oksidasinya bilangan oksidasinya sbb :
Fe2+ = ferro atau besi ( II ) Hg2+ = hidrargiri atau merkuri atau raksa(II)
Fe3+ = ferri atau besi ( III) Hg+ = hidrargiro atau merkuro atau raksa(I)
Cu2+ = cupri atau tembaga ( II) Sn4+ = stani atau timah (IV)
Cu+ = cupro atau tembaga ( I ) Sn2+ = stano atau timah (II)
Pb4+ = plumbi atau timbale ( IV)
Pb2+ = plumbo atao timbale (II)

1. Senyawa Garam → nama ion logam + diikuti nama ion – non logam
Contoh :
KCl = kalium klorida
AlBr3 = aluminium bromide
Fe2S3 = ferri sulfida / besi (III) sulfida / Iron (III) sulfide
CuS = cupri sulfida / Tembaga (II) sulfida / Cupper (II) sulfide
CuSO4 = cupri sulfat / Tembaga (II) sulfat / Cupper (II) sulfat
Hg(NO3)2 = merkuri nitrat / Raksa (II) nitrat / Hidrargirum (II) nitrat

2. Senyawa basa → nama selalu diakhiri kata hidroksida karena anionnya selalu OH-
Contoh :
Al(OH)3 = aluminium hidroksida
KOH = kalium hidroksida
Fe(OH)3 = ferri hidroksida
Cu(OH)2 = cuprri hidroksida
Ba(OH)2 = barium hidroksida

3. Senyawa Asam → nama asam selalu diawali kata asam karena kationnya selalu H+
Contoh :
H2SO4 = asam sulfat HCl = asam klorida
HClO4 = asam perklorat H2S = asam sulfida
HNO3 = asam nitrat

4. Senyawa biner tidak mempunyai ion yaitu untuk( senyawa kovalen non polar ).
Bila senyawanya biner non logam dengan non logam ( kovalen ) penulisan nama dengan urutan sbb : awalan jumlah atomnya diikuti nama unsure non logamnya dan nama unsure kedua( yang lebih besar elektronegatifitasnya ) diberi akhiran ida . Adapun awalan jumlah atom sbb :
1 = mono 5 = penta 9 = nona
2 = di / bi 6 = heksa 10 = deka
3 = tri 7 = hepta
4 = tetra 8 = okta
Contoh :
NO2 = nitrogen dioksida CCl4 = karbon tetraklorida
P2O5 = difosfor pentaoksida CS2 = karbon disulfida

5. Senyawa biner tidak mempunyai ion dan punya nama khusus .
Contoh :
NH3 = amoniak
H2O = aquadest atau air
H2O2= perhidrol

Minyak Bumi

MINYAK BUMI

A. Asal-Usul Minyak Bumi.
- Minyak bumi terjadi dari pelapukan jasad renik yang terkubur berjuta-juta tahun.
- Minyak bumi dan gas alam sering ditemukan bersama di dalam tanah berupa cairan kental berwarna merah.
Sebagian besar minyak bumi mengandung komposisi hidrokarbon dan beberapa senyawa lain. Komposisi kandungannya berbeda-beda tergantung tempat ditemukannya. Senyawa yang terdapat dalam minyak bumi adalah:

a. Alkana
Alkana banyak terdapat adalah alkana rantai lurus dan rantai bercabang. Contoh; CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 n oktana.
CH3

CH3 – C - CH2-CH-CH3 iso oktana
2,2,4 trimetil pentana
CH3 CH3

b. Sikloalkana
cintoh: H2C H2C
H2C CH – CH3 H2C CH-CH2-CH3
H2C CH2 H2C CH2
CH2
Metil siklopentana etil sikloheksana

c. Hidrokarbon aromatik
HC
HC CH bensena
HC CH
CH
d. Senyawa-senyawa lain
Contoh: senyawa belerang, senyawa nitrogen

B. Pengolahan dan komponen-komponen minyak bumi.
- Minyak bumi terdiri dari 5 komponen utama, yaitu:
Minyak bumi Komponen contoh
1. Hidrokarbon
2. Belerang
3. Oksigen
4. Nitrogen
5. Organologam 90-99%,
0,1-7%,
0,06-0,4%,
0,01-0,9%,
<0,01%,
alkana, sikloalkana, dan aromatis
tioalkana (R-S-R), alkanatiol (R-S-H)
asam karbksilat (R-COOH).
pirol ( C4H5N )
senyawa-senyawa dari logam Ni
.
Jumlah atom C
C1 –C5

C4 – C6
C5 – C12
C9 – C14
C14- C18
C16 – C18
C20 – C22

C25
C25 >>>

Untuk memperoleh minyak bumi, dilakukan dengan cara pengeboran yang hasilnya berupa minyak mentah yang belum dapat digunakan, sehingga dapat diolah lebih lanjut. Minyak mentah dipisahkan menjadi sejumlah fraksi-fraksi tertentu melalui proses destilasi/penyulingan bertingkat. Pemisahan minyak mentah ke dalam komponen-komponen murni (senyawa tunggal) tidak dapat dilakukan.
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilasi minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang mendidihpada suhu tertentu. Di dalam menara fraksinasi sebagian minyak mentah m,enguap dan bergerak melalui bubble cups. Sebagian uap mencair dan mengalir terpisah dari fraksi lain. Uap yang tidak mencair terus naik ke atas dan akan mencair sedikit demi sedikit sesuai titik didihnya _dan diperoleh fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan titik didihnya dalam fraksi gas-gas.

- Beberapa hasil minyak bumi untuk bahan bakar.
a. Nafta, disebut juga bensin berat.
Diperoleh dari destilasi +/- 140o C- 180o C. digunakan untuk bahan bakar pada pembuatan senyawa aromatis.
b. Bensin, disebut juga premium.
Diperoleh dari destilasi +/- 70oC-140oC. digunakan untuk bahan bakar kendaran.
c. Kerosin, dikenal dengan nama minyak tanah.
Diperoleh dari destilasi +/- 180oC-250oC, digunakan untuk bahan bakar/lampu
d. AVTUR (aviation turgine kerosin)
Avtur adalah kerosin yang digunakan untuk bahan bakar pesawat jet.
e. Solar, disebut juga minyak diesel
Diperoleh pada destilasi +/- 200oC-350oC, digunakan untuk bahan bakar mesin diesel.
f. LPG adalah campuran gas propane butana dan isobutana yang dicairkan pada tekanan tinggi. Titik didihnya di bawah suhu kamar. digunakan untuk bahan bakar rumag tangga.

Tabel hasil destilasi dan kegunaan minyak bumi
Jumlah atom C fraksi fase Kegunaan
1-4
5-6
6-8
6-12
12-15
15-18
16-24
21-40
40 Gas alam
Petrol eter
Ligroin
Bensin
Minyak tanah/kerosin
Solar
Pelumas
Lilin
aspal Gas
Cair
Cair
Cair
Cair
Cair
Cair
Padat
padat
Bahan bakar dan kompor LPG
Pelarut
Pelarut
bahan bakar motor
Bahan bakar
Bahan bakar
pelumas
penerangan
pengeras jalan

Keterkaitan SETS
Environment
- Penguapan gas
- Hujan asam
- Pencamaran air
Science
- Minyak bumi
- Bahan bakar
teknologi Society
- Sebagai bahan bakar kompor - Penghematan bahan
gas (LPG) dan pesawat jet - Efisien dan praktis
- Sebagai bahan mesin diesel
- Sebagai senyawa karbon untuk aspal.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H.M. Suparmin, Kimia Media Profesional, (Surakarta : Mediatama, 2005)
Untung Tri Haryanto, Kimia Kreatif (Klaten, Viva Pakarindo, 2000)
http//zon.Hardian. or.id/+manfaat+gas elpiji &hl=en&et

Hidrokarbon

Hydrogen adalah golongan senyawa karbon yang paling sederhana. Hydrogen hanya terdiri dari dua unsure karbon (C) dan hydrogen (H). walaupun hanya terdiri dari dua jenis unsure. Hydrokarbon merupakan suatu senyawa kelompok senyawa yang besar. Dalam bagian ini, akan dibahas tentang penggolongan hidrokarbon, kemudian membahas tiga golongan hidrokarbon, yaitu alkana, alkena, alkuna.

1. Penggolongan Hidrokarbon
Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon di golongkan ke dalam hidrokarbon alifatik, alisiklik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik dan aromatic memiliki rantai lingkar (cincin). Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon di bedakan atas jenuh dan tak jenuh. Hidrokarbon jenuh adalah jika semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. (− C − C −) sedangkan hidrokarbon tak jenuh adalah jika terdapat satu ikatan rangkap (C − C = C −) atau ikatan rangkap tiga (− C ≡ C −).

2. Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jebuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbon. Karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. Rumus Lewis, rumus bangun, rumus molekul, serta model dan nama dari 3 anggota pertama alkana diberikan pada table 7.2.

a. Rumus Umum Alkana
Perhatikan rumus molekul metana, etana, dan propona di bawah ini:
Metona : CH4 , Etana : C2h6 , Propora : C3H8
Ternyata rumus molekul dari 3 senyawa yang berurutan berbeda sebesar CH2. selain itu, perbandingan jumlah atom C dengan atom H selalu sama dengan n : (2n + 2). Jadi rumus umum alkana adalah :
CnH2n+2

b. Deret Homolog
Suatu kelompok senyawa karbondengan rumus umum yang sama dan sifat yang bermiripan disebut satu homolog (deret sepancaran).
* Rumus Molekul dan Nama Alkana dengan jumlah Atom C−1 sampai dengan C−10.
Jenis
atom C RumusMolekul Nama
1 CH4 Metana
2 C2H6 Etona
3 C3H8 Propona
4 C4H10 Butana
5 C5H12 Pentona
6 C6H14 Heksana
7 C7H16 Heptana
8 C8H18 Oktana
9 C9H10 Nonana
10 C10H22 Dekana

c. Tata Nama Alkana
Penamaan senyawa korban telah diatur oleh komisi tatanama dari himpunan kimia sedunia atau IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan aturan ini disebut nama sistematis atau nama IUPAC. Berikut ini kita akan membahas tata nama alkana bercabang :
1) Nama IUPAC alkana bercabang terdiri dari dua bagian.
2) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul.
3) Cabang diberi nama alkyl, yaitu sama dengan nama alkana yang sesuai tetapi akhiran ana digantai dengan it, misalnya metana menjadi metil dan etana menjadi etil (lihat gambar 7.6)
4) Posisi cabang (cabang-cabang) ditunjukkkan dengan awalan angka. Untuk itu, rantai induk diberi nomor. Penomoran dimulai dari salah satu ujung sedemikian rupa sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.
5) Bila terdapat dari satu cabang sejenis, nama cabang disebut sekali saja dengan diberi awalan yang mengatakan jumlah cabang, misalnya 2 = di; 3 = tri; 4 = tetra, 5 = penta, dan seterusnya.
6) Bila terdapat lebih dari satu jenis cabang, maka cabang-cabang tersebut ditulis sesuai dengan urutan abjad, misalnya etil harus ditulis lebih dahulu daripada metil.

3. Alkena
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap – C ≡ C
Rumus Struktur Rumus Molekul Nama
H H

C = C

H H
C2H4
Etana
H H H

C = C ─ C ─ H

H H C3H6 Propena
H H H H

C = C ─ C ─ C ─ H

H H H

H H H H

H ─ C ─ C = C ─ C ─ H

H H C4H8


a. Rumus Umum Alkena
Berdasarkan rumus molekul etana, propena dan butena : C2H4, C3H6, C4H8 dapat disimpulkan rumus umum alkena sebagai :
CnH2n

b. Tata Nama Alkena
Pemberian nama IUPAC alkena adalah sebagai berikut :
1. Rantai induk adalah rantai terpangang yang mempunyai ikutan rangkap.
2. Penomaran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian rupa sehingga ikatan rangkap mendapat nomor terkecil.
3. Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka, yaitu nomor dan atom karbon berkaitan rangkap yang paling pinggir (nomor terkecil)
4. Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana.
6 5 4 3 2 1
CH3 − CH − CH2 − CH ═ CH − CH 5 − metil − 2 − heksana

CH3 Induk Cabang Induk

posisi ikatan rangkap
Cabang Posisi cabang


Catatan :
Penomoran dimulai dari ujung kanan sehingga posisi ikatan rangkap mendapat nomor terkecil.

4. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh dengan satu ikatan karbon-karbon rangkap tiga ─ C ≡ C ─ . senyawa yang mempunyai 2 ikatan karbon-karbon rangkap tiga disebut alkatriena sedangkan senyawa dengan 1 ikatan karbon-karbon rangkap tiga disebut alkenuna.
Nama, Rumus struktur dan rumus molekul dari beberapa alkuna
Nama Rumus Struktur Rumus Molekul
Etuna H − C ≡ C − H C2H2

Propuna H

H − C ≡ C − C − H

H
C3¬H4


1─ Butuna

H H

H − C ≡ C − C − C −H

H H C4H6
a. Rumus Umum Alkuna
Dari table di atas maka rumus umum
Alkuna adalah :
CnH2n - 2

b. Tata Nama Alkuna
Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana¬ menjadi una.
Contoh.
C2H2 : Etuna C3H4 : Propuna
Tata nama alkuna bercabang, yaitu pemilihan rantai induk, penomoran dan cara penulisan, sama seperti pada alkena.
Contoh.
1 2 3
H3 − C ≡ C 4
− CH

5/6C2H5 5
− CH3
cabang
Induk
Aplikasi alkana, alkena, alkuna dalam kehidupan sehari-hari

Polimer Monomer Penggunaan
Polietilena Etilena Isolasi listrik, alat permainan, kantong palstik, botol air minum
Polipropilena Propilena (propuna) Film, karpet, alat laboratorium
Poliakrilonitril (PVC) Vinil klorida Pipa, kartu kredit, jas hujan, korden mandi
Poliakrilonitril (Orlon) Akrilonitril Serat akrilik untuk karpet, pegangan setrika, pakaian
Polistirena (stirofoam) Stirena Piring dan gelas stirofoam, busa penyekat
Polimetilmetakrilat (fleksiglas) Metil metakrilat Kaca lampu mobil, lensa kontak
Polibutadiena 1,3-butadiena Benang ban mobil
SBR kopolimer Stirena, 1,3-butadiena Ban

Larutan Penyangga

oleh: najiullah

Suatu system reaksi kimia adakalanya hanya berlangsung pada kondisi lingkungan yang mempunya pH tertentu. Misalnya reaksi pemecahan protein di dalam lambung oleh enzim peptidase dapat berjalan dengan baik bila cairan lambung mempunyai pH=3. Oksigen dapat terikat dengan baik oleh butir-butir darah merah bila pH darah sekitar 6,1- 7. untuk menjaga agar pH larutan tersebut pada kisaran angka tertentu (tetap), maka diperlukan suatu sitem yang dapat mempertahankan pH.

Larutan penyangga adalah:
Larutan buffer adalah larutan yang memiliki sifat dapat mempertahankan atau relatif tidak merubah nilai pH dengan adanya penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat dan adanya pengenceran.
Larutan penyangga disebut juga larutan buffer atau larutan dapar merupakan campuran asam lemah dengan garamnya dari basa kuat atau campuran basa lemah dengan garamnya dari asam kuat.

Contohnya :
a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut.
Contoh:
- CH3COOH dengan CH3COONa
- H3PO4 dengan NaH2PO4
b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut.
Contoh:
- NH4OH dengan NH4Cl
Sifat larutan buffer:
- pH larutan tidak berubah jika diencerkan.
- pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.
Ph Larutan buffer

a. Sistem penyangga asam lemah dan basa konjugasinya
Faktor yang berperan penting dalam larutan penyangga adalah system reaksi kesetimbangan yang terjadi pada asam lemah atau basa lemah. Pada system penyangga asam lemah (misalanya HA) dengan basa konjugasinya, misalnya ion A- yang berasal dari NaA, maka didalam system larutan terdapat kesetimbangan :
HA (aq) H+ (aq) + A (aq)
NaA (aq) Na+ (aq) + A- (aq)

b. System penyangga asam lemah dan basa konjugasinya
Seperti halnya pada system penyangga asam lemah dan basa konjugasinya, di dalam sistem penyangga basa lemah dan asam konjugasinya yang berperan dalam system tersebut adalah reaksi kesetimbangan pada basa lemah.
Cara Menghitung Larutan Buffer
1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus:
[H+] = Ka. Ca/Cg
pH = pKa + log Ca/Cg
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat dengan 0.1 mol natrium Asetat dalam 1 1iter larutan !
Ka bagi asam asetat = 10-5
Jawab:
Ca = 0.01 mol/liter = 10-2 M
Cg = 0.10 mol/liter = 10-1 M
pH= pKa + log Cg/Ca = -log 10-5 + log-1/log-2 = 5 + 1 = 6

2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus:
[OH-] = Kb . Cb/Cg
pOH = pKb + log Cg/Cb
dimana:
Cb = konsentrasi base lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

Contoh:
Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH4OH dengan 0.1 mol HCl ! (Kb= 10-5)
Jawab:
NH4OH(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l)
mol NH4OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol mol NH4OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol mol NH4Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH4Cl) maka campurannya akan membentuk Larutan buffer.
Cb (sisa) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
Cg (yang terbentuk) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
pOH = pKb + log Cg/Cb = -log 10-5 + log 10-1/10-1 = 5 + log 1 = 5
pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9

Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari

Fungsi Larutan dalam tubuh manusia
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaski yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai katalis hanya dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang relative tetap, unutk itu maka diperlukan larutan penyangga.
Didalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang berfungsi sebagai larutan penyangga. Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra sel (dalam sel) dan cairan ekstra sel (luar sel) memerlukan system penyangga tersebut unutk mempertahankan harga pH cairan tersebut. System penyangga ekstra sel yang penting adalah penyangga karbonat ( H2CO3/HCO3-) yang berperan dalam menjaga pH darah, dan system penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) yang berperan menjaga pH cairan intra sel.

Fungsi Larutan penyangga dalam industri
Dalam indutri farmasi, larutan penyangga berperan untuk pembuatan obat-obatan agar zat aktif dari obat tersebut mempunya pH tertentu. Selain itu larutan penyangga juga digunakan unutk industri makanan dan minuman ringan seperti yang sering digunakan adalah Natrium asetat dan asam sitrat.
Contohnya pada asam sitrat :
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.

Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air (lihat keterangan tentang kegunaan di bawah).

Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat"
http://id. Chemistry. org/larutan penyangga. Ed. 07”
Unggul Sudarmo, Kimia SMA 2 untuk SMA kelas XI, PhiβETA, Surakarta : 2007

Laporan KKN

Laporan KKN

Oleh:

Maria Ulfa NIM: 4105031
Bukhori Rusdi NIM: 073111617
Nur Farihah NIM: 053511289
Arif Fadholi W.A NIM: 053711328


KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Margosari Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal ini dapat kami selesaikan dengan lancar.
Sehubungan dengan telah terlaksananya Program Kerja KKN ini maka dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.Ag Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
2. Bpk. Hj. Dra. Siti Nur Markesi selaku Bupati Kendal.
3. Bpk. Drs. Teguh Dwidjanto selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal Bpk.Widodo, selaku Camat Limbangan Bpk. Triyono, selaku Sekretaris Wilayah Kecamatan Limbangan , Bpk. Drs. Budi Hartoyo, S. H, M. H., selaku Kepala UPTD Dinas Dikpora Kecamatan Limbangan .
4. Bpk. Moh. Faozan , selaku Kepala Desa Margosari .
5. Bpk.. Darmuin , selaku kepala Lembaga Pusat Pengabdian Masyarakat (PPM) IAIN Walisongo Semarang.
6. Ibu Tsuwaibah, M. Ag selaku Dosen Pembimbing Lapangan Desa Margosari.
7. Segenap teman-teman KKN ke- 52 IAIN Walisongo Semarang.
8. Segenap Perangkat Desa Margosari yang telah memberikan informasi kepada kami selama KKN.
9. Seluruh Warga Desa Margosari yang kami sayangi dan kami banggakan.
10. Seluruh Warga Belajar kelompok Fatimah dan Aisyah yang kami cintai dan kami banggakan.
11. Semua pihak yang tidak mampu kami sebutkan dan telah membantu terlaksananya KKN IAIN 2009-2010 ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.



Kami sadari bahwa penyusunan Laporan KKN ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan waktu. Oleh karena itu sangat kami harapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak.
Akhirnya semoga Laporan Kuliah Kerja Nyata ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

TIM KKN IAIN WALISONGO SEMARANG

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan 3
C. Rencana Kegiatan KKN Tematik PBA 3
D. Tempat Pelaksanaan KKN Tematik PBA 4
E. Waktu Pelaksanaan KKN Tematik PBA 8
F. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan 8

BAB II: PROSES PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN
A. Pendataan Calon Warga Belajar 11
B. Pembentukan Kelompok Belajar 11
C. Proses Pelaksanaan Pembelajaran 11
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan KKN Tematik PBA 15
E. Pelaksanaan Evaluasi Hasil Pembelajaran 16
F. Tingkat Pencapaian Hasil Pembelajaran 16
G. Faktor Pendukung dan Penghambat 17
H. Upaya Mengatasi Hambatan 17

BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Rekomendasi 20
C. Kata Penutup 20
D. Daftar Lampiran ..................................................................... 21


DAFTAR LAMPIRAN


1. Daftar nama dan identitas lengkap calon warga belajar yang berhasil didata mahasiswa peserta KKN Tematik PBA.
2. Daftar nama dan identitas lengkap warga belajar yang mengikuti proses pembelajaran.
3. Daftar nama dan identitas lengkap warga belajar yang lulus evaluasi hasil pembelajaran.
4. Rekapitulasi nilai hasil ujian Warga Belajar
5. Rekapitulasi jumlah warga belajar pendidikan keaksaraan yang lulus evaluasi.
6. Dokumen lain yang relevan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Desa sebagai satu bagian dari wilayah Indonesia yang penduduknya paling dominan merupakan satu aset yang strategis dalam pengembangan masyarakat untuk terus membangun dan dikembangkan sesuai dengan potensinya. Pembangunan, baik fisik material maupun mental spiritual merupakan tanggung jawab bersama seluruh warga Negara Indonesia. Sehingga, sistem sentralisasi dan desentralisasi yang dipadukan merupakan langkah yang paling tepat, di samping program umum dari pusat juga ada kebijakan lokal sesuai dengan wilayah setempat. Dengan demikian, pembangunan membutuhkan kerja keras dan pengabdian dari segenap masyarakat, karena itu usaha pembangunan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak termasuk lembaga perguruan tinggi beserta civitas akademiknya.

Perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang, di samping mendidik mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta kegairahan untuk meneliti dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara, menggiatkan mahasiswa sehingga bermanfaat bagi pembangunan daerah dan nasional.

Perguruan tinggi dituntut untuk lebih berorientasi dan menyerasikan kurikulumnya kepada kebutuhan pembangunan yang dapat menghayati dan mengatasi problema pembangunan dan kemasysrakatan serta berfungsi sebagai penerus pembangunan. Hal ini akan bermakna karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus diabdikan kepada pembangunan manusia seutuhnya.

Dalam konteks pemikiran yang demikian itu maka, Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masysrakat yang diharapkan akan dapat menjawab terhadap tantangan pembangunan dan masa depan tersebut.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengintegrasian kegiatan antara masyarakat dengan pendidikan dan penelitian terutama oleh mahasiswa dengan bimbingan perguruan tinggi dan pemerintah daerah, dilaksanakan secara interdisipliner dan intrakurikuler.

Keaksaraan fungsional terdiri dari dua konsep yaitu “keaksaraan” dan “fungsional”. Keaksaraan (literacy) secara sederhana diartikan sebagai kemampuan untuk membaca, menulis, dan berhitung. Istilah “keaksaraaan” didefinisikan sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan oleh semua warga Negara dan salah satu fondasi bagi penguasaan kecakapan-kecakapan hidup yang lain. Sedangkan terminologi “fungsional” (functional) dalam keaksaraan berkaitan erat dengan fungsi dan atau tujuan dilakukannya pembelajaran dalam program pendidikan keaksaraan, serta adanya jaminan bahwa hasil pembelajarannya benar-benar fungsional (bermakna dan bermanfaat) bagi peningkatan mutu dan taraf hidup warga belajar dan masyarakatnya.

Keaksaraan fungsional merupakan suatu pendekatan ataupun bentuk pemberdayaan masyarakat buta aksara melalui peningkatan kemampuan membaca, menulis, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar, dan berbicara yang berorientasi pada peningkatan harkat dan martabat kehidupan warga belajar dari belenggu kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan.

Dengan demikian penuntasan buta aksara melalui kelompok belajar keaksaraan fungsional yang merupakan bentuk pelayanan Pendidikan Luar Sekolah tidak hanya berhenti pada kecakapan melek aksara, melainkan lebih jauh pada peningkatan kemampuan memanfaatkan kecakapan melek aksara untuk membangun kepercayaan diri dan pengembangan daya nalar praktis (fungsional), yang pada gilirannya mampu mengembangkan potensi diri guna memenuhi hajat hidupnya sehingga tetap exist dan survive dalam menghadapi perkembangan kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
Mengacu pada program pemerintah untuk menuju warga Indonesia bebas buta aksara, maka IAIN yang dalam hal ini merupakan sebuah lembaga agama Islam bekerja sama dengan pemerintah. Dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah ingin mewujudkan program tersebut yang mana menuju warga Indonesia bebas buta aksara. Oleh karena itu IAIN menerjunkan praktikan KKN untuk membantu warga agar dapat membaca, menulis, berhitung, dan mengaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari yang diadakan di Kota Kendal.

C. Rencana Kegiatan KKN Tematik PBA
Sebelum mahasiswa terlibat dalam kelompok belajar untuk melakukan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip program keaksaraan fungsional yaitu konteks lokal, desain lokal, partisipatif, dan fungsional, maka mahasiswa harus melakukan observasi keaksaraan yang dimaksudkan untuk mengetahui potensi masyarakat dan masalah yang dihadapi.

Melalui kegiatan observasi keaksaraan, maka mahasiswa akan mendapatkan gambaran yang tepat tentang kemampuan dasar dan kebutuhan membaca, menulis, serta berhitung masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melibatkan warga belajar dalam proses pembuatan kesepakatan belajar dan rencana pembelajaran.
Kesepakatan belajar merupakan kegiatan pertama dalam kelompok belajar untuk memulai proses pembelajaran. Kesepakatan belajar berisi tentang bentuk kesepakatan antara tutor dengan warga belajar dalam mengidentifikasi bahan ajar atau materi pembelajaran serta menentukan waktu dalam proses pembelajaran. Kesepakatan belajar tersebut akan sangat membantu kelompok belajar dan tutor untuk mengelola dan mengevaluasi kemajuan pembelajaran warga belajar.
Rencana pembelajaran disusun oleh tutor dan didiskusikan dengan warga belajar. Rencana pembelajaran harus memuat aktivitas diskusi, membaca, menulis, berhitung, dan aksi (penerapan) sesuai dengan topik pembelajaran yang telah dipilih dan disepakati oleh warga belajar. Semua aktivitas yang tercantum dalam rencana pembalajaran harus mengarah pada pencapaian penerapan hasil belajar yang dilakukan warga belajar dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tempat Pelaksanaan KKN Tematik PBA
1. Letak Geografis
Desa Margosari merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di wilayah Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Desa Margosari memiliki luas wilayah 253.395 ha yang dibagi dalam 4 RW dan 14 RT. Desa Margosari terdiri dari empat dusun, yaitu: Dusun Krajan, Dusun Jetis, Dusun Tanggul Angin dan Dusun Cemangklek. Di Desa Margosari juga terdapat wahana wisata kampoeng jawa sekatul , dimana mayoritas pegawainya adalah warga asli desa Margosari . Sehingga dengan adanya wahana wisata tersebut dapat mengurangi angka pengangguran .
a. Batas-batas wilayah
Sebelah Utara : Desa Taman Rejo
Sebelah Selatan : Desa Ngesrep Balong
Sebelah Barat : Desa Tabet
Sebelah Timur : Desa Jawi sari

b. Luas daerah secara keseluruhan
1) Tegalan : 19.700 Ha
2) Sawah - Teknis : 38.890 Ha
- 1/2 Tekhnis : 15.628 Ha
- Sederhana : 17.900 Ha
- Tadah Hujan : 42.900 Ha
3) Pekarangan atau bangunan : 93.900 Ha
4) Perkebunan : 19.370 Ha
5) Peternakan : 5.000 Ha
c. Lapangan olah raga
- Sepak Bola : 2 Ha
d. Lain-lain
- Kuburan : 5 Ha
- Wahana Wisata : 100 Ha

e. Keadaan Tanah
Desa Margosari terdiri dari areal persawahan dengan kondisi tanah yang subur. Sebagian besar penduduk memanfaatkan lahan desa sebagai lahan pertanian. Lahan tersebut menghasilkan dua sampai tiga kali panen padi dan satu kali panen palawija yang terdiri dari jagung. Selain itu penduduk juga menanam cengkeh dan kopi yang dipanen setiap bulan Agustus-September. Tetapi karena akhir-akhir ini banyak sekali hama yang menyerang cengkeh , yaitu ulat daun . Maka dari pengalaman tersebut warga beralih dengan menanam pohon sengon dan alpukat . Pohon sengon ini dapat di manfaatkan kurang lebih setelah berumur antara 3 – 5 tahun . Sedangkan alpukat dapat di panen dengan cara musiman .

f. Sumber Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat. Desa Margosari mempunyai sistem irigasi yang rapi dan teratur sehingga dapat mencukupi seluruh perairan sawah dan kebun dengan adil dan merata.

2. Monografi dan Demografi Desa
Kecamatan Limbangan terdiri dari 16 desa dimana salah satunya adalah desa Margosari. Desa ini terdiri dari tiga (4) Dusun yaitu: Dusun Krajan, Dusun Jetis, Dusun Tanggul Angin dan Dusun Cemangklek yang terbagi menjadi 4 RW, yaitu RW I terdiri dari 4 RT, RW II terdiri dari 4 RT , RW III terdiri dari 2 RT , dan RW IV terdiri 4 RT . Sehingga di desa Margosari terdiri dari 14 RT.Sedangkan jumlah kepala keluarga di desa Margosari adalah 625 Kepala Keluarga dengan jumlah keseluruhan penduduk 2.298 orang.

3. Keadaan Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa Margosari mempunyai mata pencaharian yang beragam. Ada yang menjadi petani, baik petani sendiri maupun buruh tani, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, pegawai negeri, tenaga kerja Indonesia, peternak , pensiunan dan lain-lain. Sebagian besar penduduk Margosari mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.

4. Keadaan Sosial Budaya
Situasi sosial kultural masyarakat desa Margosari dapat dilihat dari kebiasaan (adat), baik yang berkaitan dengan ritual keagamaan maupun tradisi lokal dari masyarakat tersebut, diantaranya:
a. Selamatan orang yang telah meninggal
Tradisi ini dilakukan setiap ada orang yang meninggal dunia dan dilaksanakan oleh keluarga yang ditinggalkan. Adapun waktu pelaksanaannya :
1) Bertepatan dengan kematian yaitu dengan membaca tahlil
2) Tiga hari setelah kematian (nelung dino)
3) Tujuh hari setelah kematian (mitung dino)
4) Empat puluh hari (matang puluh)
5) Seratus hari setelah kematian (nyatus)
6) Seribu hari setelah kematian (nyewu)

b. Upacara mitoni
Upacara ini diselenggarakan untuk memperingati usia kehamilan yang sudah menginjak tujuh bulan, dengan harapan agar si jabang bayi mendapatkan berkah dari Allah SWT, menjadi anak yang sholih dan sholihah berguna bagi nusa bangsa serta agamanya, juga berbakti kepada kedua orang tuanya.

c. Upacara kelahiran bayi
Upacara ini merupakan acara adat bagi setiap orang Islam dalam rangka menjalankan sunah Rasul Serta rasa syukur terhadap karunia yang telah di berikabn oleh allah SWT, berupa kelahiran anak, yang merupakan amanah yang perlu di jaga dan di rawat, dan di didik. Untuk menjadi generasi penerus yang dapat di andalkan

d. Upacara pernikahan dan khitan
Upacara pernikahan adalah upacara yang sakral yang merupakan kewajiban serta tuntunan dalam syariat Islam, dalam membina rumah tangga. Sedang upacara khitan merupakan tuntunan setiap muslim, yang sudah dilakukan sejak Nabi Ibrahim as hingga sekarang.

e. Sedekah bumi atau apitan
Sedekah bumi merupakan upacara yang dilaksanakan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT karena tanaman-tanaman mereka baik itu padi, palawijo atau yang lainnya berhasil di panen dengan hasil yang memuaskan. Dengan menggelar acara Do'a bersama kemudian berakhir dengan makan bersama (sedekah).

5. Keadaan Sosial Keagamaan
Hampir seluruh lapisan masyarakat di desa Margosari beragama Islam, dengan mengikuti organisasi NU, yang berlandaskan pada Ahlusunnah Waljama'ah. Sehingga lebih mudah untuk menerapkan program PBA dan program lain yang mendukung di desa tersebut.

6. Lembaga Pemerintahan
Aparat desa dengan jumlah (Kades+Sekdes+Kaur):7x100%=100%,
Pengajian yang diadakan setiap seminggu sekali, adapun kegiatan yang dilaksanakan bagi ibu-ibu yaitu PKK dan KPK, yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali, LKMD, dan BPD merupakan lembaga pemerintahan desa yang turut mengembangkan desa dalam hal pengawasan atas kegiatan desa.

7. Pendidikan
Pendidikan Formal Sekolah: TK/RA, SD/MI, Madrasah diniyah (Ibtida’iyah) dan TPQ. Pendidikan Non Formal: Kejar Paket A , Kejar Paket B, kejar Paket C, Keaksaraan Fungsional, Pengajian rutin selapanan, ngaji kitab di mushola / Masjid, dan Barjanji

E. Waktu Pelaksanaan KKN Tematik PBA
KKN tematik PBA dilaksanakan pada hari Senin 13 April sampai 28 Mei 2009 atau selama 6 (enam) minggu, dengan perincian minggu pertama pencarian data calon warga belajar, minggu kedua, ketiga, dan keempat proses pembelajaran, minggu kelima evaluasi warga belajar, minggu ke enam penyerahan STSB dan terakhir acara perpisahan yang di laksanakan di Balai Desa Margosari, serta penyerahan kenang-kenangan dari Peserta KKN PBA IAIN Walisongo yang bertempat di Balai Desa Margosari

F. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
a. Pencarian data
Pada awalnya semua pratikan KKN melakukan Observasi yaitu pada tanggal 6 - 8 April 2009 di desa masing – masing tempat KKN akan diselenggarakan . Kecamatan Limbangan mendapat kesempatan untuk melaksanakan Observasi pada hari pertama yaitu pada tanggal 6 . Disana kami mencari data warga yang masih buta aksara di balai desa , tetapi kami tidak mendapat data . Hal ini dikarenakan Desa Margosari sudah ada program KF (Keaksaraan Fungsional ) yang dilaksanakan oleh PKK dan Muslimat NU . Diantara Dusun yang sudah berjalan adalah Dusun Krajan dan Dusun Cemangklek . Kemudian untuk Dusun Jetis sudah ada program keaksaraan dari Dinas Peternakan . Akhirnya kami menemui ketua PKK untuk membantu kami mencarikan data yang belum pernah ikut KF . Dari hal ini kami mendapat data sementara warga buta aksara 12 orang .

Kemudian pada saat rapat antara UPTD Dikpora dengan pihak KKN pada tanggal 15 April 2009 , semua praktikan KKN mendapat data warga belajar. Akan tetapi setelah dilakukan pencarian data oleh mahasiswa KKN ternyata data tersebut tidak valid sehingga mahasiswa harus mendata ulang warga belajar tersebut. Oleh karena itu mahasiswa KKN meminta bantuan dari kelurahan dalam pencarian data, yang di bantu oleh Perangkat desa, Sekretaris Desa, Bakel (Bayan Kelurahan), RT / RW dan tokoh masyarakat Desa Margosari. Dari bantuan tersebut praktikan mendapatkan data yang langsung hadir pada acara yasinan pada hari kamis tanggal 16 April 2009, di dusun Tanggul Angin, Margosari. Melalui kesepakatan warga belajar proses pembelajaran dilaksanakan pada hari sabtu pukul 15.30 WIB. Namun dari sekian yang di undang, hanya sebagian yang hadir. Sedangkan bagi Warga Belajar yang tidak hadir, mahasiswa KKN dengan ikhlas mendatangi langsung di rumah RT agar mengumpulkan warganya hanya untuk belajar di rumah Ibu Sutini RT 02 / RW 02. Sehingga Mahasiswa KKN dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik dan lancar

b. Pembelajaran
Dalam melakukan proses pembelajaran para praktikan menggunakan satu sistem pembelajaran, yaitu :
• Sistem Kelompok
Sistem kelompok yaitu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengelompokkan warga belajar yang terdiri dari dua orang atau lebih dalam satu tempat. Tetapi atas permintaan warga belajar yang berinisiatif agar proses pembelajaran dua kelompok dijadikan satu sekaligus , maka poses pembelajaran dilaksanakan dirumah Ibu Sutini RT 02/ RW 02 setiap hari senin, rabu dan sabtu pukul 15.30 WIB. Sehingga dengan cara tersebut para praktikan akan lebih mudah dalam melakukan kegiatan pembelajaran, maka dengan langkah tersebut dapat mempersingkat waktu, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para praktikan.

BAB II
PROSES PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN

A. Pendataan Calon Warga Belajar
Dalam melakukan sistem pendataan warga belajar para praktikan menempuh beberapa pendekatan antara lain:
- Mendatangi kantor kelurahan
- Mendatangi rumah perangkat desa, RT, RW dan Tokoh masyarakat
- Ke rumah Ketua RW
- Ke rumah Ketua RT
- Ke rumah Tokoh Masyarakat
- Ke UPTD Kecamatan Limbangan
- Ke Kantor Kecamatan

B. Pembentukan Kelompok Belajar
Untuk membentuk kelompok warga belajar maka para praktikan membagi warga belajar berdasarkan atas lokasi tempat tinggal warga, yaitu mengelompokkan warga belajar yang tempat tinggalnya antara warga satu dengan yang lain berdekatan, sehingga proses belajar-mengajar berjalan sesuai dengan harapan.

C. Proses pelaksanaan pembelajaran
Mengingat waktu pelaksanaan KKN PBA yang relatif singkat dan pelaksanaan proses pembelajaran juga sangat terbatas, maka agar target penuntasan buta aksara dapat tercapai, para praktikan memakai metode sebagai berikut:

1. Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB)
Orang dewasa akan lebih cepat belajar membaca dan menulis, jika mereka diajak membaca dan menulis informasi yang sesuai dengan pengalamannya. Metode PPB merupakan cara pembelajaran keaksaraan (baca-tulis) berdasarkan pengalaman warga belajar. Mereka belajar membaca dan menulis melalui proses membuat bahan belajar yang berasal dari ide/gagasan atau kalimat yang diucapkan oleh warga belajar sendiri, bukan dari tutor.

2. Metode Struktur Analisis Sintesis (SAS)
Metode ini menekankan bahwa belajar membaca dan menulis akan bermanfaat dan menarik minat warga belajar, jika menggunakan berbagai informasi yang dekat dengan warga belajar sendiri.
Metode SAS menekankan bahwa belajar membaca dan menulis akan efektif jika warga belajar dihadapkan terlebih dahulu kepada konsep "kalimat baru", kemudian dikenalkan kepada bagian-bagian dari kalimat tersebut (deduktif).

3. Metode Suku Kata
Metode suku kata sangat efektif untuk membantu warga belajar yang buta huruf murni. Konsep utama dalam metode ini adalah mempelajari suku-kata tertentu yang sering dilafalkan daan memiliki makna yang jelas, dengan prinsip mengulangi, menghafal, dan melatih tentang semua huruf baik huruf konsonan maupun vocal yang membentuk suku-kata tersebut.
Metode ini diawali dengan pengenalan dan pemahaman terhadap suku-kata tertentu yang mudah dibentuk, ditulis, dilafalkan, dan yang paling banyak digunakan dalam pengucapan. Kemudian suku-kata diurai menjadi huruf dan huruf dibentuk menjadi suku kata yang benar.

4. Metode Abjad
Metode abjad merupakan metode pembelajaran yang menggunakan media "Poster Abjad" dan "Kamus Abjad". Poster abjad digunakan sebagai media pembelajaran untuk membantu warga belajar mengerti bagaimana cara mengingat huruf, ejaan, dan kata-kata baru. Warga belajar tidak hanya sekedar mengenal lambang bunyi dari "A" sampai "Z" yang belum tentu mempunyai makna bagi mereka, tetapi juga diajarkan bagaimana memaknai sebuah huruf/abjad dengan benda konkret yang dipilih sendiri oleh warga belajar sesuai dengan minat, kebutuhan, dan situasi lingkungan sekitarnya.

5. Metode Kata Kunci
Metode kata kunci adalah salah satu metode pembelajaran membaca dan menulis dengan mengunakan kata-kata kunci (key words) dan tema-tema pengerak (generative themes) yang di kenal oleh warga belajar dan yang di temui dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata kunci tersebut dipilih dari berbagai alernatif kata yang diajukan oleh warga belajar, kemudian kata-kata yang telah dipilih digunakan untuk memancing pikiran kritis warga belajar. Alasan penggunaan "key words" dan "Generative Themes" adalah berdasarkan pertimbangan pentingnya menghubungkan kemampuan baca-tulis dengan kehidupan sehari-hari warga belajar.
Salah satu cara yang digunakan untuk memancing warga belajar adalah dengan penyajian gambar-gambar, simbol-simbol, atau poster yang melukiskan tentang situasi kehidupan nyata masyarakat. Sambil mengamati gambar-gambar, simbol-simbol, atau poster tersebut, warga belajar dirangsang untuk mengenali kenyataan kehidupan mereka dan selanjutnya ditantang untuk merefleksikan dan memikirkan kenyataan tersebut

6. Metode Pembelajaran Berhitung
Pengalaman di lapangan menunjukkan, bahwa warga belajar sudah memiliki kemampuan dalam menghitung nilai nominal uang, jumlah anggota keluarga dan lain-lain, namun mereka belum mampu menuliskan dan mengunakan simbol untuk penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perbandingan. Tutor perlu membantu belajar berhitung yang sudah di kenal dan dipergunakan warga belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran berhitung, warga belajar tidak hanya diajarkan menjumlah, mengurang, mengali, dan membagi angka-angka, tetapi juga selalu dikaitkan dengan kegiatan menimbang, menakar, mengukur barang atau benda untuk kegiatan ketrampilan fungsional, seperti tentang nomor rumah, RT, RW, nomor telepon, jarak, ukuran menjahit, takaran resep masakan, berat badan, pertumbuhan anak, dan lain sebagainya.

7. Metode Pembelajaran Melalui Kegiatan Diskusi
Tujuan kegiatan diskusi adalah untuk membuka pikiran warga belajar dalam menganalisis dan memanfaatkan pengetahuannya. Oleh karena itu untuk mengantarkan pada pelaksanaan proses diskusi, tutor perlu membantu warga belajar untuk mengungkapkan gagasan dan memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Topik yang pertama kali di diskusikan pada kelompok belajar adalah menyangkut minat dan kebutuhan warga belajar, serta potensi dan hambatan yang mungkin ditemukan selama proses pembelajaran.

8. Metode Pembelajaran Keterampilan Fungsional
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran diskusi, menulis, membaca, dan berhitung, sekaligus tutor juga membelajarkan keterampilan fungsional untuk memperbaiki mutu dan taraf hidup warga belajar. Kegiatan pembelajaran keterampilan fungsional ini diarahakan pada pemberian keterampilan yang bersifat ekonomi produktif dan keterampilan sosial. Keterampilan fungsional menjadi tekanan pada kegiatan pendidikan keaksaraan fungsional, karena sebagian besar warga belajar sasaran program penuntasan buta aksara adalah masyarakat miskin, sehingga secara ekonomi perlu diberdayakan atau ditingkatkan.

Bentuk pembelajaran keterampilan fungsional harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan warga belajar, serta bersifat fungsional (bermanfaat secara langsung bagi kehidupan warga belajar), seperti :
a. Keterampilan membuat kue.
b. Keterampilan memasak.
c. Keterampilan Bertani.
d. Keterampilan Keagamaan.
e. Dan lain-lain (sesuai kebutuhan warga belajar).

D. Tempat dan waktu pembelajaran
Tempat pembelajaran bagi warga belajar disesuikan dengan sistem pembelajaran kelompok. Tempat yang digunakan dalam pembelajaran kelompok dikumpulkan di rumah Warga Belajar sendiri .
Adapun waktu pelaksanaan pembelajaran sesuai kesepakatan warga belajar. Waktu yang digunakan untuk pembelajaran dimulai habis Ashar yaitu jam 15.30 WIB sampai dengan jam 17.30 WIB atau lebih.

No Hari Waktu Tempat Tutor
1 Senin 15.30-17.30 WIB Rumah Ibu Sutini RT 002 / RW 003 1. Maria Ulfa
2. Bukhori Rusdi
3. Arif Fadholi W.A
4. Nur Farihah
2 Rabu 15.30-17.30 WIB Rumah Ibu Sutini RT 002 / RW 003
1. Maria Ulfa
2. Bukhori Rusdi
3. Arif Fadholi W.A
4. Nur Farihah
3 Sabtu 15.0-17.30 WIB Rumah Ibu Sutini RT 002 / RW 003 1. Maria Ulfa
2. Bukhori Rusdi
3. Arif Fadholi W.A
4. Nur Farihah

E. Pelaksanaan Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi atau penilaian dalam program Keaksaraan Fungsional (KF) merupakan satu kesatuan terintegrasi dengan proses pembelajaran yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Penilaian pada hakekatnya merupakan upaya pengamatan, pengukuran, dan pembinaan yang terus menerus sejak tahap permulaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang input, proses dan hasil belajar setiap warga belajar yang di lakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan.
Kegiatan penilaian menitikberatkan pada keaktifan warga belajar dan penerapan hasil pembelajaran. Pada setiap tahapan penilaian dilakukan secara partisipatif dan menghindari suasana pengujian atau test terhadap warga belajar yang mengesankan suasana formalistik dan situasi yang menegangkan. Sehinga langkah yang di tempuh untuk melaksanakan evaluasi pada saat belajar ketrampilan bertani. Warga belajar di harapkan mampu menulis dan menghitung bahan-bahan yang digunakan dalam hal bertani tersebut, sekaligus sebagai kesan salam perpisahan peserta KKN dengan warga belajar.

F. Tingkat Pencapaian Hasil Pembelajaran
Kemampuan setiap warga belajar pada awalnya masuk kelompok belajar tidaklah sama, setiap warga memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda, dari yang belum mengenal aksara sama sekali sampai dengan yang sudah mengetahui keaksaraan dalam standar tertentu. Oleh karna itu tutor mengelompokkan warga belajar yang belum mengenal aksara sama sekali menjadi sub kelompok dan memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki warga belajar, serta memberikan perhatian penuh kesabaran, sehinga tingkat pencapaian hasil pembelajaran dapat segera mencapai sasaran.

Adapun warga belajar yang sudah mengenal aksara dengan standar tertentu, tutor memberikan kesempurnaan keaksaraan, selain itu tutor juga memberikan bimbingan dan arahan, sehingga warga belajar dapat membaca dan menulis, serta berhitung secara trampil dengan baik dan benar, mampu memahami cerita-cerita pendek dan dapat menceritakan kembali cerita pendek tersebut.

G. Faktor Pendukung Dan Penghambat
Faktor-faktor yang mendukung proses penyelengaraan pendidikan keaksaraan, antara lain:
1. Kepala Desa siap membantu,
2. Perangkat desa siap membantu,
3. Ketua LKMD, BPD, RT, RW dan Tokoh Masyarakat turut berpartisipasi
4. Masyarakat desa yang menyambut baik dan ramah,
5. Semangat warga belajar yang optimis,
6. Terjalinnya hubungan kekeluargaan antara tutor dan warga belajar.

Faktor-faktor yang menghambat proses penyelengaraan pendidikan keaksaraan, antara lain:
1. Warga belajar malu mengikuti pembelajaran dengan berbagai alasan
2. Waktu yang digunakan proses pembelajaran terbatas karena sibuk dengan pekerjaannya (bertani) dan musim panen.
3. Daya pikir warga belajar rendah,
4. Warga belajar berfikir sudah terlambat untuk belajar.

H. Upaya Mengatasi Hambatan
1. Mahasiswa selalu memberikan motivasi kepada warga dengan cara memberikan do’a-do’a agar dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan diselingi dengan Tanya jawab tentang keagamaan, sehingga mereka selalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
2. Mahasiswa menyesuaikan waktu pembelajaran sesuai dengan waktu luang warga belajar.
3. Mahasiswa memberikan nyanyian di sela-sela pembelajaran yang sedang berlangsung.
4. Mahasiswa menyediakan fasilitas kegiatan belajar mengajar.
5. Mahasiswa selalu memberikan semangat pada warga belajar serta memberikan pengarahan tentang pentingnya pendidikan.
6. Mahasiswa berusaha mengubah pola pikir masyarakat, bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan program PBA TEMATIK di Desa Margosari ini, kami dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
a. Kuliah kerja nyata (KKN) kali ini adalah pelaksaan program pemerintah yang bekerja sama dengan perguruan tinggi se-Jawa Tengah dalam rangka Penuntasan Buta Aksara (PBA), yang mana mahasiswa KKN terjun langsung ke masyarakat (grass root) agar masyarakat mampu menulis, membaca, dan berhitung dengan baik.
b. Dalam melaksanakan program ini di perlukan kerja yang ekstra keras, baik tenaga, pikiran, kesabaran, keuletan dan sarana prasarana yang menunjang diantarnya program ketrampilan, dan program desa yang lagi trend. Untuk mempermudah tercapainya cita-cita pemerintah dalam penuntasan buta aksara di seluruh Indonesia.
c. Setelah praktikan terjun langsung ke lapangan, dan berbaur dengan masyarakat yang beragam, barulah terasa bagaimana sesungguhnya hidup bermasyarakat. Sehingga dapat memberikan motivasi dan pelajaran serta pengalaman, juga manfaat besar bagi semua peserta KKN khususnya IAIN Walisongo. Apabila nanti telah berkeluarga dan terjun di masyarakat yang mereka tempati.
d. Adapun proses pembelajaran PBA terhadap warga belajar yang kami lakukan di Desa Margosari, tentulah masih belum cukup membawa hasil terhadap apa yang diharapkan. Mengingat waktu yang relatif singkat, data calon warga belajar yang kurang memadai, juga banyaknya warga belajar yang sudah lanjut usia, sangat sulit untuk di beri materi yang bersifat tematik terlebih lagi padatnya kesibukan warga belajar masing-masing. Apalagi saat ini warga belajar sedang menghadapi musim panen.

B. Rekomendasi
1. Kuliah Kerja Nyata (KKN) TEMATIK PBA sangat tepat kalau diterapkan untuk menyelesaikan masalah individu dan masyarakat. Kami harapkan untuk tahun depan KKN seperti ini dapat dilaksanakan kembali, dan diterjunkan langsung dalam komunitas masyarakat yang benar-benar belum bisa baca dan tulis (buta aksara), yang kebanyakan adalah masyarakat ekonomi rendah.
2. Dalam pelaksanaan KKN semacam ini di perlukan adanya saling koordinasi dan musyawarah baik antara mahasiswa dengan dosen pembimbing lapangan serta masyarakat yang bersangkutan untuk saling memberikan informasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kegiatan KKN dapat berjalan dengan sukses dan berhasil dengan hasil yang memuaskan.

C. Kata Penutup
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) TEMATIK PBA di Desa Margosari ini dapat terselesaikan dengan baik, harapan kami sumbangsih terhadap apa yang telah kami lakukan selalu mendapat ridha dan berkah serta manfaat bagi kita semua. Dan kami menyadari bahwa manusia di dunia ini tiada yang sempurna, maka tentunya tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan untuk itu kami minta maaf yang sebesar-basarnya. Kepada warga masyarakat, Kepala Desa serta perangkatnya dan semuanya baik ketua LKMD beserta anggotanya, ketua BPD beserta anggotanya, ketua PKK dan KPK beserta anggotanya, maupun ketua RT dan RW Desa Margosari, selanjutnya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga bermanfaat di dunia dan akhirat serta menambah pengetahuan bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.