Pages

June 15, 2010

bab 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan.1
Pada bidang pendidikan guru merupakan salah satu unsur penting yang harus ada. Peran dan tanggung jawab guru sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Guru dalam bidang pendidikan tidak hanya bertugas untuk mengajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, melainkan guru juga bertugas mendidik siswanya, khususnya untuk mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan disetiap lembaga pendidikan dan umumnya untuk dapat mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan di Negara Republik Indonesia tercinta yang disebut Tujuan Pendidikan Nasional.
Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.2 Belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari adalah perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi yang mempunyai pengaruh besar terhadap pendidikan ilmu kimia di sekolah. Pengaruh tersebut terutama pada ruang lingkup materi pokok pengajarannya dan metode pembelajaran. IPA pada umumnya bertumpu pada fakta, yang dimulai dari tes dan pengukuran, sehingga dalam mempelajari IPA kurang berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan laboratorium. Laboratorium merupakan suatu ruangan khusus dimana orang dapat melakukan eksperimen/percobaan. Fungsi dari metode eksperimen merupakan penunjang kegiatan proses belajar mengajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan.3 Karena kimia berkembang dengan cepat, maka materi yang harus diajarkan juga selalu berkembang, sehingga metode pengajarannya juga harus selalu disesuaikan dan dikembangkan.
Guru yang memandang mengajar sebagai usaha untuk merangsang anak untuk belajar dan berfikir sendiri dan menentukan sendiri atas soal-soal atau masalah yang dihadapinya, akan cenderung menggunakan metode penemuan atau metode pemecahan masalah. Bahwa metode penemuan ini memberi hasil yang lebih mendalam, lebih mantap dan tidak mudah dilupakan. Ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium. Lain halnya dengan mengajar yang berpusat pada guru cenderung menggunakan metode memberitahukan sebagai metode utama. Dengan adanya metode ini pengertian yang diperoleh anak tidak mendalam karena hanya mendorong anak untuk menghafal, jadi menggunakan daya ingatan sebagai alat utama untuk menguasai bahan pelajaran yang kemudian mudah dilupakan.
Pada kegiatan pembelajaran, penggunaan satu metode kurang dapat digunakan untuk menjelaskan semua materi pokok, sehingga akan sulit rasanya untuk menggolongkan nilai keefektifan suatu metode, karena metode yang baik untuk suatu topik bahasan belum tentu baik untuk topik bahasan yang lain. Namun demikian sebagai calon pendidik harus berupaya semaksimal mungkin untuk menemukan metode mana yang dapat menghasilkan prestasi atau hasil belajar semaksimal mungkin.
Menciptakan kegiatan belajar yang mampu mengembangkan hasil belajar yang maksimal merupakan tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien.
Materi pokok termokimia merupakan materi yang mengkaji hubungan kuantitatif antara kalor dan bentuk lain energi, seperti energi yang dikaitkan dengan gejala elektromagnet, permukaan dan kimia. Konsep termokimia bagi para ahli kimia yaitu untuk menentukan kelayakan atau kesertamertaan suatu perubahan kimia. Termokimia berkaitan erat dalam hal pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan. Tak hanya sering kita ketahui berapa energi dapat diperoleh dari reaksi-reaksi, tetapi juga pengkajian perubahan energi itu bersifat mendasar untuk teori ikatan kimia dan struktur.4
Metode eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.5 Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri/melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.6
Kenyataan di sekolah pembelajaran kimia pada materi termokimia di MAN utamanya di kelas XI ternyata tidaklah mudah. Adanya anggapan bahwa materi termokimia adalah pelajaran yang hanya dihafal dan tidak masuk dalam pelajaran yang menentukan saat akhir sekolah (ujian) sehingga membuat siswa menjadi kurang berapresiasi. Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut tentunya siswa akan sangat bosan. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa para guru dalam mengajar pada materi termokimia masih menggunakan cara lama dengan strategi mengajar yang konvensional yaitu metode mengajar dengan menggunakan metode ceramah, yang mana hal itu sebenarnya kurang sesuai dengan ilmu kimia itu sendiri. Pada pembelajaran dengan materi pokok termokimia, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan taraf kemampuannya dan siswa kesulitan dalam mempelajari materi termokimia. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran seperti ini adalah dengan menggunakan metode eksperimen. Adapun alasan menggunakan metode eksperimen yaitu karena dengan kegiatan laboratorium siswa akan dapat mempelajari melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses kimia, dapat menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam diri siswa, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai “Studi Komparasi Antara Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Termokimia Yang Menggunakan Metode Eksperimen Dan Yang Menggunakan Metode Ceramah Kelas XI IPA Semester I MAN Tahun Ajaran 2009/2010”.

B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.Metode eksperimen merupakan metode mengajar yang efektif, sebab dapat membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Selain itu, dapat menumbuhkan serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam diri siswa, sehingga anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep dibandingkan dengan metode ceramah, para siswa hanya menerima pesan, mendengarkan, memperhatikan dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru.
2.Adanya kesulitan atau hambatan siswa dalam mempelajari materi pokok termokimia, adakah perbedaan antara hasil belajar siswa materi pokok termokimia yang menggunakan metode eksperimen dan yang menggunakan metode ceramah siswa kelas XI IPA semester I MAN , yang pada akhirnya akan diketahui metode mengajar yang tepat untuk materi pokok termokimia untuk diterapkan guru agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
C.Pembatasan Istilah
Untuk memudahkan dan menghindari kesalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis memberikan batasan-batasan istilah dalam judul yang berbunyi “Studi Komparasi Antara Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Termokimia Yang Menggunakan Metode Eksperimen Dan Yang Menggunakan Metode Ceramah Kelas XI IPA Semester I MAN Tahun Ajaran 2009/2010” sebagai berikut:
1.Studi Komparasi
Studi atau penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.7 Dalam penelitian ini, peneliti ingin membandingkan hasil belajar siswa materi pokok termokimia yang menggunakan metode eksperimen dan yang menggunakan metode ceramah kelas XI IPA semester I MAN.
2.Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama melakukan situasi latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.8
3.Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai.9
4.Materi Pokok Termokimia
Materi pokok termokimia merupakan bagian dari materi ilmu kimia yang disampaikan di kelas XI IPA pada awal semester I, dengan standar kompetensi pada materi pokok termokimia sebagaimana tercantum dalam buku yang disusun dengan acuan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
5.Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.10 Hasil belajar siswa yang diteliti yaitu aspek kognitif..
6.Siswa Kelas XI IPA
Merupakan populasi penelitian, yang nantinya akan dikenai generalisasi penelitian.
7.MAN
Menunjukkan wilayah penelitian atau tempat diadakannya suatu penelitian, tepatnya
Dari pembatasan istilah di atas maka dapat penulis ambil satu pengertian bahwa dalam studi ini penulis ingin membandingkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang diberi metode eksperimen dengan siswa yang diberi metode ceramah untuk materi pokok termokimia pada kelas XI IPA semester 1 MAN tahun ajaran 2009/2010.

D.Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : adakah perbedaan antara hasil belajar siswa pada materi pokok termokimia yang menggunakan metode eksperimen dan yang menggunakan metode ceramah kelas XI IPA semester I MAN tahun ajaran 2009/2010”.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran kimia baik siswa, guru maupun sekolah.
1.Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan agar siswa dapat mempelajari kimia melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses kimia, serta dapat melatih ketrampilan berfikir ilmiah, dapat mengembangkan dan menanamkan sikap ilmiah sehingga pendekatan ketrampilan proses lebih efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.Bagi Guru
Untuk membantu para guru dalam memilih metode kegiatan laboratorium yang sesuai dengan keadaan laboratorium masing-masing sekolah dalam rangka meningkatkan kadar CBSA, dengan harapan agar proses belajar mengajar berjalan lebih efektif dan efisien.
3.Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan untuk memberi sumbangan informasi kepada para guru IPA khususnya kimia di Madrasah Aliyah Negeri, akan pentingnya suatu kegiatan laboratorium dalam mengajar serta menunjang tercapainya hasil belajar yang maksimal dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang akan diterapkan bagi perbaikan di masa yang akan datang.

bab two

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


A.Deskripsi Teori
1.Mind Mapping (Pemetaan Pikiran)
a.Definisi Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)
Metode adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.1 Jika dikaitkan dengan proses belajar metode dapat dijelaskan suatu cara untuk menyampaikan materi demi tercapainya tujuan pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik.
Metode Mind Mapping pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Tony Buzan pada awal 1970-an. Para ahli mengemukakan definisi tentang mind mapping diantaranya sebagai berikut.
1)Menurut Tony Buzan dalam bukunya “Buku Pintar Mind Map”, mind mapping adalah suatu cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakkan pikiran-pikiran;2
2)Menurut Sutanto Windura dalam buku Memori dan Pembelajaran, Mind Mapping merupakan metode pencatatan yang didapat mengakomodir untuk keseluruhan dari suatu topik, kepentingan, serta hubungan relatif antar masing-masing komponen dan mekanisme penghubungannya;3
3)Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya.4
Mind Map sebenarnya adalah suatu sistem grafis yang melibatkan seluruh potensi otak kiri dan otak kanan5. Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.
b.Hubungan Pencatatan Informasi dan Ingatan
Belajar adalah kegiatan otak yang paling utama. Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan merupakan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit  dan  unik  di seluruh  bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir,  bergerak  dan  mengalami  hidup (rangsangan indrawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya.
Otak manusia tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi, tetapi harus mencari, memilah, memilih, merumuskan, merapikan, mengatur, menghubungkan, dan menjadikan campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah mempunyai arti bahwa kata-kata itu sudah dipahami. Pada saat yang sama kata-kata ini dirangkai dengan gambar, simbol, citra (kesan), bunyi, dan perasaan. Jadi, yang dimiliki adalah sekumpulan besar kata yang bercampur aduk tak terangkai di dalam otak, tetapi keluar satu per satu dan dirangkai dengan logika, diatur oleh tata bahasa, dan menghasilkan arti yang dapat dipahami.
Informasi yang diperoleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa tentu menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
Tujuan mencatat adalah mendapatkan point kunci dari buku-buku pelajaran yang ada. Catatan yang baik dan efektif dapat membantu untuk mengingat detail-detail tentanng poin-poin kunci, memahami konsep-konsep utama, dan melihat kaitannya.6 Teknik bagaimana seseorang membuat catatan tentu menjadi salah satu faktor seseorang memahami dan kemampuan menyimpan informasi lebih lama.
Bagi seorang pelajar, mencatat sering kali diartikan sebagai alat pembanding antara pelajar yang mendapat nilai tinggi dan pelajar yang mendapat nilai rendah saat ujian. Alasannya, karena mencatat dapat meningkatkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang dicatat. Selain itu, siswa yang membuat catatan, berarti pikirannya terfokus terhadap apa yang dicatat, dan pada umumnya seseorang akan lebih ingat dengan apa yang telah dicatat.
Mencatat adalah suatu kegiatan untuk mendokumentasikan informasi yang kita dengar atau pelajari agar lebih mudah diingat. Syaikh Az-Zamuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim, mengungkapkan:
و ا ذ ا ما حفظت شيئا ا عد ه # ثم ا كد ه غا ية التا كيد
ثم علقه كى تعو د اليه # و الى د ر سه على التا بيد

(Jika kamu telah memahami suatu pelajaran, maka ulangilah, kemudian kukuhkanlah dalam hati sekukuh-kukuhnya, setelah itu catatatlah, karena jika sewaktu-waktu lupa, kamu dapat mempelajarinya kembali.) 7

Dari ungkapan di atas, peserta didik sangat dianjurkan untuk mencatat pelajarannya, sebagai salah satu usaha untuk mengingat-ingat pelajaran. Tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan. Tujuan pencatatan adalah:8
1.membuat informasi tersebut tertulis dan permanen;
2.mengetahui ide utama dari bahan pelajaran tersebut;
3.membantu dalam mengingat informasi tersebut secara lebih baik;
4.membantu dalam memahami informasi tersebut secara lebih baik;
5.sewaktu-waktu dapat ditunjukkan pada orang lain.
Riset mengenai proses pengolahan informasi yang sangat komplek di dalam otak, mengakibatkan evaluasi ulang tentang bagaimana buku-buku pelajaran ditulis, bagaimana efektifnya pengajaran diberikan, dan bagaiman efektifnya catatan dibuat.
c.Mind Mapping sebagai Metode Pencatatan
Mencatat sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh kebanyakan siswa. Mencatat bukan hanya sekedar tradisi karena mencatat merupakan salah satu cara untuk dapat mengingat materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran. Namun saat catatan tersebut dibuka, yang terlihat adalah kumpulan kata-kata panjang yang isinya hampir sama panjangnya dengan buku pelajaran. Catatan seperti ini tentu tidak akan menarik perhatian atau bahkan cenderung membosankan. Sistem catatan ini hanya menggunakan kalimat, frasa daftar dan garis, serta angka. Sistem seperti ini hanya menggunakan prinsip-prinsip otak kiri yang terkait dengan kata, daftar, logika, mengatur, urutan, dan angka.
Telah dipaparkan pada pembahasan sebelumya, bahwa belajar efektif salah satunya adalah dengan menggunakan kedua belahan otak, yakni otak kiri dan otak kanan (Use both sides of your brain).9 Hal ini pun juga harus diterapkan pada bagaimana cara untuk membuat catatan yang efektif. Catatan yang efektif adalah catatan yang dapat menghemat waktu, dapat membantu menyimpan informasi dan mengingatnya kembali jika diperlukan.10 Disinilah peran mind mapping dalam membantu untuk membuat catatan yang baik dan efektif. Karena mind mapping bisa memanfaatkan kedua belahan otak Mind mapping (peta pikiran) merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.11
Teknik ini dikembangkan oleh Tony Buzan, yang didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak sendiri sebenarnya seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk, dan perasaan. Dan peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola-pola dari ide yang saling berkaitan. Jika dibandingkan dengan metode catatan biasa (tradisional), peta pikiran jauh lebih mudah. Peta pikiran menjadi cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam dan ke luar otak, karena mind mapping bekerja sesuai dengan cara kerja alami otak yang melibatkan kedua sisi otak yakni menggunakan gambar, warna, dan imajinasi (wilayah otak kanan) bersamaan dengan kata, angka, dan logika (wilayah otak kiri).12
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi tiap harinya. Hal ini tentu sesuai dengan perbedaan emosi dan perasaan masing-masing siswa tiap harinya. Materi pelajaran yang dibuat mind mapping akan mempermudah otak untuk memproses informasi dan memasukkannya ke dalam memori jangka panjang.
d.Manfaat Mind Mapping
Mind Mapping sangat bermanfaat dalam proses belajar, diantaranya:
1.Menurut De Porter dan Hernacki, manfaat peta pikiran adalah:13
a.Mind mapping bersifat fleksibel, yakni memudahkan siswa dalam mengingat kembali suatu subyek pelajaran.
b.Memusatkan perhatian siswa
c.Meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
d.Menyenangkan dan tidak membosankan, karena mind mapping menggunakan perpaduan antara tulisan, gambar, dan warna yang sekaligus dapat memaksimalkan fungsi otak kanan dan kiri yang merupakan kunci dari belajar efektif.
2.Peta pikiran dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam memahami suatu konsep dan mengembangkan suatu ide, karena peta pikiran dapat menghubungkan antara satu ide dengan ide lainnya dengan memahami konteksnya. Sehingga dapat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi
3.Dalam bukunya yang berjudul Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas, Tony Buzan menyatakan bahwa Mind Map memberikan kemudahan dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran yang melibatkan cara kerja alami otak sejak awal. Ini berarti bahwa upaya untuk mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari akan lebih mudah, serta lebih dapat diandalkan daripada menggunakan cara pencatatan tradisional.14 Sedangkan dalam bukunya The Ultimate book of The Mind Maps menyatakan dengan menggunakan peta pikiran dapat menjadikan manusia lebih kreatif, menghemat waktu, memecahkan masalah, membantu berkonsentrasi, mengatur dan menjernihkan pikiran, mengingat lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, belajar lebih mudah, dapat melatih dan melihat gambaran keseluruhan pikiran secara terperinci, berkomunikasi, dan lain-lain.15
4.R. Teti Rostikawati dalam sebuah artikel on line berjudul “Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning: Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa”, menyatakan penggunaan catatan mind mapping yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.16




e.Cara Membuat Mind Mapping
Beberapa hal penting dalam membuat peta pikiran ada dibawah ini, yaitu:17
1)pastikan tema utama terletak ditengah-tengah;
2)dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama;
3)cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau simbol;
4)gunakan garis, warna, panah atau cabang dan bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan hubungan diantara tema-tema turunan tersebut;
5)gunakan huruf besar;
6)buat peta pikiran di kertas polos. Ide dari Peta Pikiran adalah agar siswa berpikir kreatif. Karenanya digunakan kertas polos;
7)sisakan ruangan untuk penambahan tema.
Contoh mind mapping dapat dilihat pada lampiran 55.
f.Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Mind map (peta pikiran) adalah suatu metode yang sangat efektif untuk mencatat.18 Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (mind mapping).19







Tabel 2.1. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Catatan Biasa
Peta Pikiran (Mind Mapping)
1.Hanya berupa tulisan-tulisan saja
2.Hanya dalam satu warna
3.Untuk mereview ulang Memerlukan waktu yang lama
4.waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
5.Statis
1.Berupa tulisan, simbol dan gambar
2.Berwarna-warni
3.Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
4.Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
5.Membuat individu menjadi lebih kreatif.

g.Perbedaan Mind Mapping dengan Peta Konsep
Pengertian peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan pada konsep-konsep lainnya pada kategori yang sama.20 Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk kata-kata.21 Jadi siswa-siswa mengatur sejumlah konsep atau kunci-kunci dalam satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis sepanjang kata-kata itu ditulis.
Tabel 2.2. Perbedaan Mind Mapping dengan Peta Konsep
Mind Mapping
(Pemetaan Pikiran)
Concept Mapping
(Peta Konsep)
1.Dapat mengaktifkan belahan otak kiri dan otak kanan
2.Kata-kata kunci dipadukan dengan gambar dan warna sehingga tampak menarik
3.Dimulai dari bagian tengah (kertas kosong) dan menyebar ke segala arah
4.Menggunakan garis lengkung untuk menghubungkan antar konsep.
1.Hanya mengaktifkan otak kiri saja
2.Kata kunci didominasi dengan kata-kata dan garis-garis yang menghubungkan antar konsep
3.Dimulai dari bagian atas ke bagian bawah

4.Menggunakan garis lurus untuk menghubungkan antar konsep.


2.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
a.Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien. Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model pembelajaran jika: (1) ada kajian ilmiahnya dari penemu atau ahlinya, (2) ada tujuannya, (3) ada tingkah laku yang spesifik, (4) ada kondisi spesifik yang diperlukan agar tindakan/ kegiatan pembelajaran tersebut dapat berlangsung secara efektif.22
Pemilihan model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada peserta didik dan mampu menciptakan komunikasi dua arah, sehingga suasana kelas menjadi lebih aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran juga mempunyai fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
b.Pembelajaran Kooperatif
1)Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dalam budaya Indonesia bisa juga disebut sistem pengajaran gotong royong. Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, saling membantu, dan berlatih berinteraksi komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah suatu miniatur dalam hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Slavin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah berbagai metode pembelajaran yang memungkin para siswa bekerja didalam kelompok kecil, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi tententu. Dalam pembelajaran, para siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi, berdebat, atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain. Slavin juga menambahkan, bahwa pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial dalam kelas, yang merupakan manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan.23
2)Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif ini berbeda dengan kelompok belajar biasa, bukan hanya sekedar kumpulan individu melainkan merupakan satu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan emosi tersendiri. Beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a)Pembelajaran Tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu, semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai keberhasilan tim.
b)Manajemen Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat manajemen yang sangat berperan sebagai pedoman dalam bekerja sama. Empat fungsi pokok dari manajemen kooperatif ini yaitu: fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.


c)Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan kooperatif merupakan keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok. Setiap anggota kelompok tidak hanya melaksanakan tugas masing-masing tetapi perlu adanya kerjasama sesama anggota kelompok. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 yang mengajarkan bahwa manusia harus bekerja sama,24
…وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ…
…” dan tolong menolonglah kamu atas kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong atas kejelekan dan dosa”…25
d)Ketrampilan Bekerja Sama
Ketrampilan bekerjasama merupakan keanekaragaman kegiatan yang dilaksanakan dalam sebuah kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat mewujudkan komunikasi dan interaksi dengan anggota lain dalam menyampaikan ide, dan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
3)Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam kutipan buku Anita Lie mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, sebagai berikut.26

a)Ketergantungan positif;
b)Tanggung jawab perseorangan;
c)Interaksi tatap muka;
d)Partisipasi dan komunikasi antar anggota;
e)Evaluasi proses kelompok.
Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu:27
a)siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajaran;
b)kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta dari latar belakang yang berbeda;
c)penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
4)Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial.28
a)Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b)Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
c)Pengembangan ketrampilan sosial
Pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan kepada siswa ketrampilan ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi. Ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, karena bermasyarakat sebagian besar dilakukan di dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan masyarakat secara budaya semakin beragam.
3.Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dan merupakan komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif (kelompok). Langkah-langkah dalam pembelajarannya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.29 Satu fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC adalah sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya memenuhi tujuan tujuan dalam bidang-bidang lain.30
Tujuan CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa dalam mempelajari dan melatih kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.31 Pentingnya belajar secara kooperatif (belajar bekerja sama) dikemukakan pula oleh Syekh Al-Zarnuji, dalam Kitab Ta’limul Muta’allim:
ذا كرالناس بالعلوم لتحي لا تكن من اولى النهى ببعيد32
(Diskusikanlah ilmu dengan orang lain agar ilmu tetap hidup dan janganlah kau jauhi orang-orang yang berakal pandai)

Menurut Anita Lie, model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan.33

4.Hasil Belajar
a.Definisi Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar dapat terjadi kapanpun dan di manapun manusia berada, baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Belajar berlangsung seumur hidup tanpa batas.
Menurut Hilgard dan Bower mengemukakan definisi belajar sebagai berikut:
“Learning refers to the change in a subject's behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject's repeated experiences in that situation,provided that the behavior change cannot be explained on the basis of the subject's native response, tendencies, maturation,or temporari states.”34


(Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengamalannya berulang-ulang dalam situasi itu,dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan pada dasar kecenderungan respon bawaan ,kematangan atau keadaan sesaat seseorang)

Dalam kitab Mudkhola ilal Manahij wa Turuqut Tadris
التعلم هوتغيرفى ألآداء ينجم عن علمليه تدريب35
(Belajar adalah merubah dengan mengadakan beberapa pelatihan.)

Belajar menurut Gesalt adalah fenomena kognitif.36 Kelas yang berorientasi Gesalt akan dicirikan oleh hubungan memberi dan menerima antara murid dengan guru. Guru akan membantu siswa memandang hubungan dan mengorganisasikan pengalaman mereka ke dalam pola yang bermakna. Semua aspek pelajaran dibagi menjadi unit-unit yang bermakna, dan unit-unit itu harus berkaitan dengan seluruh konsep atau pengalaman, sehingga hal-hal yang dipelajari bukan hanya diingat tetapi juga dengan mudahnya diaplikasikan ke dalam situasi yang baru dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha atau proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman atau interaksi dengan lingkungannya. Jadi ciri khas suatu suatu proses belajar adalah jika individu tersebut mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu sebagai indikasi telah terjadinya proses belajar. Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.37
b.Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan objek evaluasi dari proses belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari dari proses mengajar guru dan belajar siswa. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar seorang siswa, maka perlu adanya informasi yang berhubungan dengan indikator-indikator adanya perubahan perilaku dan sikap siswa. Hal ini dapat diketahui melalui hasil belajar siswa. Perubahan tingkah laku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat digolongkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
H. Abin Syamsuddin, dalam buku psikologi kependidikan mendefinisikan prestasi atau hasil belajar siswa adalah:
1)daya atau kemampuan seseorang untuk berfikir dan berlatih ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu dan kegiatan pembelajaran di sekolah;
2)prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya (transferable) karena yang bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi;
3)prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan – ulangan atau ujian yang ditempuhnya.38
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar harus mencakup tiga aspek antara lain: 1). ranah kognitif; 2). ranah afektif (sikap dan nilai); dan 3). ranah psikomotorik.39 Dalam ranah kognitif, ditinjau dari segi pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis, dan sintesis. Ranah afektif ditinjau dari segi penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasi, dan karakterisasi. Dan ranah psikomotorik ditinjau dari segi ketrampilan tindakan dan sikap. Adapun hasil belajar ranah kognitif adalah hasil belajar yang mencakup kegiatan otak.
Ranah kognitif membahas tujuan pembelajaran berkenan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang secara hierarkis berturut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut.40
1)Tingkat pengetahuan (knowledge)
Yakni kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Jadi pada ranah ini, peserta didik diharapkan mampu mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai. Kata kerja operasionalnya adalah: menyebutkan, menunjukkan, mendefinisikan, mengenal, dan mengenal kembali. Contoh: siswa dapat menyebutkan kembali definisi tentang kelarutan.
2)Tingkat pemahaman (comprehension)
Yakni kemampuan dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Tidak hafal secara verbalistis, tetapi juga memahami konsep yang ada. Kata kerja operasionalnya adalah: membedakan, mengubah, mengatur, menyajikan, menentukan, dan menjelaskan. Contoh: siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri tentang pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan.
3)Tingkat penerapan (Application)
Yakni kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya.. Kata kerja operasionalnya adalah: menggunakan, menerapkan, menghubungkan, memilih, menyusun, dan mengklasifikasikan. Contoh: siswa dapat menghubungkan kelarutan suatu zat dengan pH zatnya.
4)Tingkat Analasis (Analysis)
Yakni menguraikan, memilah-milah sesuai dengan bagian-bagian sistematikanya. Kata kerja operasionalnya adalah membedakan, menemukan, menganalisis, dan membandingkan. Contoh: siswa dapat menganalisis mengapa petani garam bias memanen garam dari laut.
5)Tingkat Sintesis (Synthesis)
Yakni kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasionalnya adalah: menghubungkan, menyimpulkan, menggabungkan, dan menghasilkan. Contoh: siswa dapat menyimpulkan pengaruh pH dari suatu bgambaran materi.
6)Tingkat evaluasi (Evaluation)
Yakni kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya. Kata kerja operasionalnya adalah: menilai, membandingkan, menentukan, melakukan, memutuskan, dan menaksir. Contoh: siswa dapat membandingkan harga Ksp dengan pH larutan yang berbeda.
c.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinu. Dari proses tersebut akan di peroleh sesuatu hasil yang disebut hasil belajar. Berhasil atau tidaknya seseorang belajar disebabkan beberapa faktor, yakni faktor dari dalam diri siswa (internal), dan faktor yang datang dari luar diri siswa (eksternal). Pengenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:41
1)Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa
2)Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
3)Faktor pendekatan dalam belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
d.Proses belajar dan Pemrosesan Informasi pada Otak
Dalam proses belajar, siswa tentu mendapatkan pertambahan materi, berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta atapun kejadian-kejadian.Informasi akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi inilah yang melibatkan kerja sistem otak, yang akan diolah menjadi suatu ingatan. Jadi, otak tidak hanya menerima informasi, tetapi jiga mengolahnya.42 Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak, dan melalui hidup (rangsang inderawi).
Berdasarkan tahapan evolusi, otak pada makhluk hidup terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :43
1)Batang atau otak reptilia, yang merupakan komponen otak reptile, berperan terkait dengan insting,pertahanan hidup, bernapas dan mencarui makan. Manusia memiliki unsur-unsur yang sama dengan otak reptilia dan merupakan komponen kecerdasan dari manusia.


2)Sistem limbik atau disebut juga otak emosional yang berperan mengendalikan emosi. Sistem limbik inilah yang memberikan kontibusi yang mendasar terhadap proses belajar, yakni melakukan peran vital dalam meneruskan informasi yang diterima kedalam memori.
3)Neocortex atau cerebral cortex terbagi menjadi dua belahan yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak ini memiliki kemampuan tersendiri. Otak kiri berkenan dengan angka,kata-kata,matematika,dan urutan atau disebut sebagai otak yang terkait dengan pembelajaran. Sedang otak kanan terkait dengan musik, gambar dan imajinasi atau yang disebut dengan otak yang berkaitan dengan aktifitas kreatif. Namun, meskipun tiap bagian otak ini memiliki kemampuan yang berbeda, dua belahan otak tidak berfungsi secara sendiri-sendiri. Antara otak kiri dan otak kanan bekerja saling terkait satu sama lain.
Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan  unik  di seluruh  bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir,  bergerak  dan  mengalami  hidup (rangsangan indrawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya.
Informasi yang diperoleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan. Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.
Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Peta pikiran membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.44
5.Materi Kimia Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan salah satu materi pokok yang harus dipelajari oleh siswa SMA/ MA kelas XI IPA semester II. Materi ini terdiri dari:
a.Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
1)Kelarutan (s)
Kelarutan (solubility) suatu senyawa didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram maupun dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu pada suhu tertentu.45 Satuan kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram L-1 atau mol L-1.
2)Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Tetapan hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan kesetimbangan yang menggambarkan kesetimbangan antara senyawa ion yang sedikit larut dengan ion-ionnya dalam larutan berair.46
3)Hubungan Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Kelarutan AmBn dimisalkan s mol/L. Ini berarti dalam larutan jenuh, AmBn terlarut sebanyak s mol/L menjadi ion A dan ion B sehingga konsentrasi ion A= s mol/L dan konsentrasi ion B = s mol/L. Persamaan tetapan kesetimbangan atau persamaan tetapan hasil kali kelarutan dari AmBn adalah sebagai berikut.
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-(aq)
s mol L-1 m s mol L-1 n s mol L-1
Sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah:

= (m s)m (n s)n
= mm x nn(s)m+n
Dari rumus tersebut, harga kelarutannya sebagai berikut.
Ksp AmBn = mm x nns(m+n) atau
Besarnya harga Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu tetap. Bila terjadi perubahan suhu maka harga Ksp zat tersebut akan mengalami perubahan.
b.Pengaruh Ion Sejenis
Keberadaan ion yang sama, yang terlarut dapat menurunkan kelarutan garam dalam larutan. Misalnya, ke dalam larutan jenuh Ag2CrO4 ditambahkan sedikit ion CrO42-, yaitu ion senama, dari sumber lain misalnya K2CrO4(aq). Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang, menanggapi peningkatan salah satu pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan kearah asal pereaksi tersebut.47 Kesetimbangan awalnya adalah sebagai berikut.
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Jika ditambahkan CrO42-, maka reaksinya akan mengarah:
(ke kiri)
Yaitu mengarah pada kesetimbangan baru, dengan ciri:
Tambahnya endapan [Ag+] semakin [CrO42-] lebih besar Ag2CrO4(s) berkurang dibanding kesetimbangan awal
Jadi, bila dalam sistem kesetimbangan kelarutan ditambahkan ion yang senama akan mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang.
c.Kelarutan dan pH
Beberapa zat padat hanya sedikit larut dalam air, tetapi sangat larut dalam larutan asam. Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat.
1)Kelarutan Hidroksida
Salah satu pengaruh pH terhadap kelarutan berlangsung dengan logam hidroksida. Sebagai contoh pada reaksi penguraian Zn(OH)2(s):
Zn(OH)2(s) Zn2+(aq) + 2 OH-(aq)
Hasil kali kelaratannya adalah:
Ksp= [Zn2+][OH-]2
Jika larutan di buat lebih asam, konsentrasi ion hidroksida berkurang, yang menyebabkan kenaikan konsentrasi ion Zn2+(aq). Jadi, seng hidroksida lebih larut dalam larutan asam dari pada dalam air murni.
2)Kelarutan Garam Basa
Kelarutan garam dimana anionnya adalah basa lemah atau basa kuat yang berbeda juga dipengaruhioleh pH. Contohnys larutan fuorida yang sedikit larut, seperti kalsium fluorida. Kesetimbangan larutannya adalah:
CaF2(s) Ca2+(aq) + 2F-
Jika larutan dibuat lebih asam, beberapa ion fluoride bereaksi dengan ion hidronium, menjadi:
H3O+(aq) + F-(aq) HF(aq) + H2O(aq)
Jika asam ditambahkan, konsentrasi ion fluoride berkurang, sehingga konsentrasi ion kalsium naik untuk mempertahankan kesetimbangan CaF2.48
d.Reaksi Pengendapan
Dalam sebuah larutan yang dicampurkan dengan suatu garam yang dapat larut, seperti AgNO3, dengan larutan kedua seperti NaCl. Maka, dari pencampuran ini, apakah terbentuk endapan perak klorida?
Secara lebih rinci, proses terjadinya endapan AgCl ketika larutan yang mengandung ion Cl- ditetesi dengan larutan Ag+, jika antara ion Ag+ dan ion Cl- dapat berada bersama-sama dalam larutan hingga larutan jenuh, yaitu sampai hasil kali [Ag+][Cl-] sama dengan nilai Ksp AgCl. Apabila penambahan ion Ag+ dilanjutkan hingga hasil kali [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl, maka kelebihan ion Ag+ dan ion Cl- akan bergabung membentuk endapan AgCl. Jadi, pada penambahan larutan Ag+ ke dalam larutan Cl- dapat terjadi tiga hal, yaitu:
Jika [Ag+][Cl-] < Ksp, larutan belum jenuh Jika [Ag+][Cl-] = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh Jika [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl, terjadi pengendapan

B.Penelitian yang Relevan
Tony Buzan dalam bukunya yang berjudul Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas, menyatakan bahwa Mind Map merupakan alat paling hebat yang dapat membantu otak berpikir secara teratur. Mind Map juga merupakan peta perjalanan yang hebat bagi ingatan. Karena memberikan kemudahan dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran yang melibatkan cara kerja alami otak sejak awal. Ini berarti bahwa upaya untuk mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari akan lebih mudah, serta lebih dapat diandalkan daripada menggunakan cara pencatatan tradisional.
Dalam sebuah artikel online yang berjudul “Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa” oleh R. Teti Rostikawati, Mind Map didefinisikan sebagai cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut, mengembangkan cara pikir divergen, dan berpikir kreatif. Mind Map juga dapat didefinisikan sebagai alat berpikir organisasional yang sangat hebat. Mind Map merupakan cara termudah menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan.
Dalam skripsi Arif Purnawan (4301401035) FMIPA Jurusan Kimia yang berjudul “Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Kimia Siswa SMA kelas X dengan Metode Pemetaan Pikiran (Mind-Mapping) Menggunakan CD Pembelajaran Interaktif pada Materi Pokok Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2004/2005” menyimpulkan bahwa metode mind mapping menggunakan CD pembelajaran sangat efektif dalam pembelajaran kimia.
Slavin (1986) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972 sampai 1986 yang menyelidiki tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Hingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.49
Dari kajian penelitian yang telah diteliti tersebut, penelitian ini memadukan antara metode mind mapping dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, dengan judul “Pengaruh Metode Mind Mapping (Pemetaan Pikiran) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) terhadap Hasil Belajar Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI Semester II MAN”

C.Metode Mind Mapping dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC) dalam Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
Metode pembelajaran sangat berperan dalam hal perolehan konsep dan ketrampilan siswa dalam memahami pelajaran, terutama dalam hal ini adalah pelajaran ilmu kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan, dimana banyak terdapat perhitungan-perhitungan yang memerlukan pemahaman konsep yng mendalam. Siswa tentu akan merasa bosan jika pembelajarannya bersifat monoton, sehingga siswa tidak termotivasi untuk aktif mencari informasi sendiri. Oleh karena itu di perlukan suatu metode penyampaian materi yang memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia. Salah satu pembelajaran yang dirasakan cocok untuk mempelajari kimia adalah dengan memadukan model pembelajaran dengan metode Mind Mapping dan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC ).
Telah dipaparkan di pembahasan sebelumnya, bahwa metode mind mapping adalah suatu metode pembelajaran yang ditujukan untuk membantu siswa dalam mempelajari sebuah konsep kimia agar mudah dipahami dengan cara meringkas secara sistematis. Mind Mapping sangat berguna untuk kegiatan mencatat, meringkas dan mengkaji ulang pelajaran.50 Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan tim-tim Kooperatif untuk membantu para siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.51 Kegiatan ini meliputi presentasi dari guru, latihan tim, latihan independen, pra penilaian teman, latihan tambahan, dan tes.52
Dengan metode Mind Map siswa mengingat dengan lebih baik, menghemat waktu, belajar lebih mudah dan lebih cepat serta efisien. Karena siswa hanya tinggal melihat gambar ataupun simbol dalam Mind Map yang sudah mengatakan dan menjelaskan banyak hal serta mewakili beberapa kalimat. Misalnya ketika akan membuat Mind Map tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan, disebutkan tentang pengaruh adanya ion senama terhadap kelarutan. Sebagai gambaran umum terhadap materi, siswa diberikan gambaran tentang panen garam oleh petani garam. Sehingga, dalam benak siswa ketika mempelajari tentang pengaruh adanya ion senama, adalah konsep petani garam dalam memanen garamnya. Dan hal ini, selanjutnya dituangkan dalam mind mapping.
Memadukan antara metode mind mapping dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC tentu menjadi sangat cocok. Selain peserta didik dapat meringkas catatan dan kemudahan mengingat, peserta didik dapat secara leluasa mendiskusikan materi yang belum dipahami pada temannya.
Proses pembelajaran kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan metode Mind Mapping dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC) sebagai berikut.
1)Guru menjelaskan gambaran materi kepada para peserta didiknya dengan menggunakan mind mapping;
2)Guru memberikan latihan soal termasuk juga langkah-langkah dalam menyelesaikannya;
3)Guru siap melatih peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar dalam menyelesaikan soal;
4)Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen beranggotakan 4 orang siswa;
5)Guru melatih peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar dalam menyelesaikan soal melalui pembelajaran kimia dengan menggunakan metode mind mapping dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC;
6)Guru mempersiapkan lembar diskusi soal dan membagikannya pada peserta didik dalam tiap-tiap kelompoknya;
7)Guru memberitahukan agar setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan sebagai berikut.
a)Salah satu anggota kelompok membaca dan anggota yang lainnya memperhatikan sambil mencermati lembar diskusi;
b)Membuat prediksi tentang maksud soal dan menuliskan apa yang diketahui dan mencoba membuat rancangan penyelesaian soal;
c)Saling membantu membuat ikhtisar penyelesaian soal;
d)Menuliskan penyelesaian soal secara sistematis dengan membuat mind mapping;
e)Saling merevisi dan mengkoreksi hasil penyelesaian soal.
8)Menyerahkan hasil tugas pada guru;
9)Guru berkeiling mengawasi kerja kelompok;
10)Salah satu anggota kelompok melaporkan hambatan dan segala kesulitan yang dialami anggota kelompok kepada guru. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional;
11)Guru meminta kepada salah satu anggota kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di depan kelas;
12)Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.


D.Rumusan Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis pada penelitian ini adalah : “Ada pengaruh penerapan metode Mind Mapping dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di MAN.”

bAb one

BAB I
PENDAHULUAN



A.Latar Belakang Masalah
Belajar sudah menjadi kebutuhan pokok pada masa kini. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini telah menyebabkan informasi dapat tersedia dalam jumlah yang tak terbatas dan dengan akses yang mudah. Hal ini menjadikan banyak perubahan serta perkembangan dari berbagai aspek kehidupan. Perubahan ini tentunya perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Kualitas yang demikian sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil agar bisa bersaing secara terbuka di era global.
Sejak dikeluarkannya kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) ternyata muncul suasana yang berbeda dalam iklim dunia pendidikan, setiap sekolah harus memahami dan mampu beradaptasi dengan kurikulum tersebut. Karena selama ini yang dihadapi siswa yang kebanyakan menyerap pendidikan dengan metode tradisional. Hal ini ditambah lagi dengan revisi KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Walaupun muatan di dalamnya sama namun aplikasi dari KTSP membutuhkan sebuah usaha aktif dan kreatif dari guru. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu metode pembelajaran yang sesuai sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Suatu realita yang sering dijumpai di sekolah-sekolah, siswa selalu menerima banyak sekali beban pelajaran dalam setiap harinya. Terlebih di sekolah-sekolah yang menggunakan sistem full day school, sejak pukul 07.00 sampai pukul 15.30. Siswa menghabiskan separuh waktunya ada di sekolah. Hal itu dapat dibayangkan betapa banyak pengetahuan dan informasi yang diterima siswa-siswi setiap harinya.
Di hampir setiap pelajaran, kegiatan yang sering sekali dilakukan siswa ketika menerima pelajaran adalah mencatat. Umumnya siswa membuat catatan dalam bentuk tulisan panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Dan ketika dilakukan ulangan atau mengerjakan soal latihan, siswa akan mengerahkan energi yang sangat besar untuk dapat mengingat dan menuliskan kembali catatan-catatan yang pernah dibuatnya. Tentu saja, hal tersebut merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan dan siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil saja materi yang diajarkan.
Selain itu, para siswa meskipun mendapatkan nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap ke situasi yang lain. Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu.
Ketika berlangsung proses belajar mengajar, nampak sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Selama proses pembelajaran itu pula, guru juga belum mampu memberdayakan seluruh potensi dirinya, sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan lainnya hanya pada tingkat ingatan, sehingga pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari atau cepat terlupakan.
Metode ceramah merupakan salah satu metode penyampaian informasi kepada siswa yang sering di gunakan oleh guru. Metode ini cukup mudah dilakukan dan kurang menuntut usaha yang terlalu banyak baik dari guru maupun siswa, akibatnya materi pelajaran yang di sampaikan kurang dipahami siswa. Siswa hanya dibiarkan duduk, mendengar, mencatat, menghafal dan tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif sehingga suasana kelas terasa membosankan. Metode pembelajaran ini dianggap mampu memberikan informasi yang lebih banyak sesuai dengan tuntutan kurikulum namun kurang memberikan konsep-konsep kimia yang telah disampaikan. Kurangnya pemahaman konsep kimia akan berakibat pada rendahnya hasil belajar kimia.
Pada bahan kajian pelajaran kimia kelas XI semester 2 materi kelarutan dan hasil kali kelarutan banyak terdapat perhitungan-perhitungan yang memerlukan penalaran logis. Siswa tentu akan merasa bosan jika pembelajarannya bersifat monoton, sehingga siswa tidak termotivasi untuk aktif mencari informasi sendiri. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak cukup hanya menggunakan metode ceramah, tetapi harus juga dikembangkan model pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih menemukan dan memahami konsep-konsep sulit jika mereka saling mendiskusikan dengan temannya.
Mengingat besarnya pengaruh metode pembelajaran terhadap perolehan konsep dan ketrampilan siswa dalam memahami ilmu kimia, maka di perlukan suatu metode penyampaian materi yang memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia. Salah satu pembelajaran yang dirasakan cocok untuk mempelajari kimia adalah dengan memadukan model pembelajaran dengan metode Mind Mapping dan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).
Metode Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran yang ditujukan untuk membantu siswa dalam mempelajari sebuah konsep kimia agar mudah dipahami dengan cara meringkas secara sistematis. Mind Mapping sangat berguna untuk kegiatan mencatat, meringkas dan mengkaji ulang pelajaran.1 Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan tim-tim Cooperative untuk membantu para siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.2 Kegiatan ini meliputi presentasi dari guru, latihan tim, latihan independen, pra penilaian teman, latihan tambahan, dan tes.3 Para ahli memberikan beberapa alasan tentang penerapan pembelajaran kooperatif yang dikutip oleh Wina Sanjaya, sebagai berikut.
1.Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri;
2.Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan.4
Dari uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Penggunaan Metode Mind Mapping dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI Semester II MAN . Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”.

B.Identifikasi Masalah
Dari pemaparan masalah di atas, diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1.Kimia merupakan salah satu ilmu yang umumnya tidak disukai oleh para siswa. Di benak para siswa, pelajaran kimia identik dengan rumus-rumus dan perhitungan-perhitungan rumit;
2.Pada umumnya guru menyampaikan pelajaran dengan metode konvensional (ceramah), sehingga saat pembelajaran siswa kurang aktif karena hanya duduk, dengar, dan mencatat semua penjelasan guru;
3.Catatan yang menjadi kegiatan utama siswa masih menggunakan cara tradisional, yakni bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh materi pelajaran, sehingga saat diadakan ulangan atau ujian, siswa membutuhkan banyak energi untuk mengingat apa yang pernah diajarkan guru..

C.Pembatasan Masalah
1.Mind Mapping
Mind Mapping disebut juga peta pikiran. Yakni suatu cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakkan pikiran-pikiran.5 Dalam kegiatan belajar, mind map berguna untuk mencatat (note-taking).6 Dalam skripsi ini, mind map adalah sebagai metode mencatat (note-taking).
2.Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif (kelompok). Langkah-langkah dalam pembelajarannya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
3.Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil dari dari proses mengajar guru dan belajar siswa. Hasil belajar meliputi tiga aspek, yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotorik.7 Dalam penelitian ini, hasil belajar yang digunakan oleh peneliti adalah hasil belajar ranah kognitif, dengan tidak mengesampingkan ranah afektif dan psikomotorik.
4.Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan salah satu materi pokok yang harus dipelajari oleh siswa SMA/ MA kelas XI IPA semester II. Materi ini terdiri dari:
a.Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
b.Pengaruh Ion Sejenis
c.Kelarutan dan pH
d.Reaksi Pengendapan

D.Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh penggunaan metode Mind Mapping dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC terhadap hasil belajar siswa kelas XI MAN . pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan?”

E.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.Memberikan gambaran kepada guru tentang pembelajaran metode Mind Mapping dengan model pembelajaran tipe CIRC terhadap hasil belajar siswa kelas XI MAN . pada;
2.Memudahkan siswa dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep kimia materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan melalui pengalaman nyata dalam pembelajaran.

bAB 2

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.DESKREPSI TEORI
1.Teori Kecerdasan
a.Kecerdasan menurut teori Neurofisiologis Dominan
Menurut psikolog Donald Olding Hebb bahwa intelegensi (kecerdasan) berasal dari pengalaman, dan karenanya tidak ditentukan secara genetik. Setelah meneliti pasien penfield selama lima tahun, Hebb mengambil kesimpulan intelegensi yaitu: ”pengalaman dimasa kanak-kanak biasanya akan mengembangkan konsep, mode pemikiran , dan cara memahami sesuatu, yang menjadi unsur penyusun inteligensi. Cedera pada otak bayi akan mengganggu proses itu, tetapi cedera yang sama pada usia dewasa tidak”1
Konsep utama teori Hebb adalah kumpulan dan sekuensi fase. Satu kumpulan sel merupakan paket neural yang diasosiasikan dengan satu objek lingkungan yang jika distimulisasi tanpa kehadiran objek yang diasosiasikan dengannya maka akan muncul ide tentang objek tersebut. Sedangkan sekuensi fase adalah sederetetan kumpulan sel yang saling terkait. Menurut Hebb ada dua jenis belajar, yaitu: pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara pelan di awal kehidupan. Jenis belajar yang lebih mendalam dan berwawasan yang menjadi ciri-ciri orang dewasa yang melibatkan penataan ulang atas kumpulan sel dan sekuensi fase. Teori yang dikemukakan Hebb telah mendorong timbulnya riset-riset baru tentang otak dan inteligensi.
b.Riset tentang Otak dan Inteligensi.
Lingkungan yang amat terbatas menyebabkan gangguan dalam pekembangan normal, maka ada kemungkinan bahwa lingkungan yang kaya, yaitu lingkungan dengan berbagai macam pengalaman motorik dan sensoris, akan memperkaya perkembangan. Hal ini telah dibuktikan oleh Hebb yang melakukan penelitian terhadap dua ekor tikus, satu dibesarkan di sangkar, kelompok kedua dibesarkan di rumah Hebb yang memiliki banyak permainan. Setelah beberapa minggu dibandingkan. Ditemukan bahwa kinerja tikus piaraan dalam memecahkan jalur teka teki jauh lebih baik ketimbang tikus yang dibesarkan disangkar laboratorium. banyak studi mendukug riset awal Hebb. Misalnya, serangkaian eksperimen yang dilakukan di University of Calivornia oleh Bennett dkk. (1964) mengonfirmasikan bahwa tikus yang dibesarkan di lingkungan yang kaya belajar lebih cepat ketimbang tikus yang dibesarkan terbatas. Lingkungan yang kaya itu adalah sangkar besar yang berisi banyak tikus dan banyak objek seperti mainan. hewan dalam kelompok kontrol dibesarkan sendirian disangkar yang tidak berisi objek apa pun.
Banyak ilmuan dahulu percaya bahwa hanya otak muda sajalah yang bersifat plastis. Mereka percaya bahwa koneksi antar sel syaraf terbentuk hanya pada beberapa tahun pertama dari masa kanak-kanak, lalu koneksi tersebut menetap dan sangat sulit untuk diubah. Tetapi, penelitian-penelitian terbaru telah membuka fakta-fakta bahwa otak tidak pernah berhenti berubah dan menyesuaikan diri seumur hidup. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas tersebut dapt mendorong dalam pemrosesan bahasa walaupun otak tersebut sedang mengalami hambatan-hambatan.2
Teori kecerdasan Hebb dan riset-riset tenteng otak diatas, menjadi dasar Caral Dwech untuk meneliti dan mengembangkan teori mindset.


2.Mindset
a.Pengertian Mindset
Mindset terdiri dari dua kata yaitu Mind dan Set. Mind is seat of thought and memory; the center of consciousness that generates thoughts, feelings, ideas, and perceptions, and stores knowledge and memories (sumber pikiran dan memori, pusat kesadaran yang menghasilkan pikiran, perasaan, ide, persepsi menyimpan pengetahuan dan memori. Set is a preference for or increased ability in a particular activity (mendahulukan peningkatan kemampuan dalam suatu kegiatan, biasa juga diartikan keadaan utuh /solid).3 Menurut James Artur Ray mindset artinya kepercayaan–kepercayaan (sekumpulan kepercayaan) yang mempengaruhi sikap seseorang, atau suatu cara berfikir yang menentukan prilaku pandangan, sikap, dan masa depan seseorang.4
Dari definisi diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa Mindset sebenarnya kepercayaan (belief), sekumpulan kepercayaan atau cara berfikir yang mempengaruhi prilaku (behavior) dan sikap (attitude) seseorang, yang akhirnya akan menentukan level keberhasilan hidupnya.5
b.Macam-macam Mindset
Menurut Carol S. Dweck, Ph.D seorang peneliti di bidang kecerdasan dan motivasi, di dalam buku terbarunya, Mindset: The New Psycology of Success (2006), di dunia ini terdapat dua macam mindset, yaitu sebagai berikut.
a)Mindset tetap (fixed mindset )
Orang yang memiliki mindset tetap percaya bahwa kecerdasan bersifat tetap. Ciri-ciri orang yang bermindset tetap adalah:
1.Menghindari tantangan dan risiko
2.Jika ada halangan atau rintangan: membela diri atau mudah menyerah.
3.Memandang usaha sebagai kesalahan dan kesia-siaan.
4.Tidak memperdulikan kritik yang membangun
5.Merasa terancam dengan kesuksesan orang lain
6.Akibatnya, mereka cepat berada dalam taraf plateau (stabil tanpa kemajuan) dalam pelajaran dan pencapaiannya lebih rendah daripada kemampuan sebenarnya
b)Mindset berkembang (growth mindset )
Orang yang memiliki mindset berkembang percaya bahwa kecerdasan dapat dikembangkan.
Ciri-ciri orang yang bermindset berkembang adalah sebagai berikut:
1.Menyukai tantangan
2.Jika ada halangan atau rintangan: bertahan menghadapi kemunduran
3.Memandang usaha sebagai langkah untuk menguasaan (mastery)
4.Belajar dari kritik.
5.Menemukan palajaran dan inspirasi dari kesuksesan orang lain6
Berdasarkan ciri-ciri orang yang dengan fixed mindset dan growth mindset, keduanya dapat dibedakan melalui indikator sebagai berikut:
a.keyakinan (belief) terhadap intelegensi, bakat dan sifat
b.pengambilan resiko terhadap tantangan
c.pensikapan terhadap halangan dan rintangan
d.usaha yang dilakukan
e.penerimaan terhadap kritik dan saran
f.kemauan menemukan pelajaran dan inspirasi dari pengalaman orang lain.
c.Faktor-faktor yang mempengaruhi mindset
1)Repetisi
Merupakan suatu informasi yang di ulang-ulang, cepat atau lambat, bila seseorang hati-hati dan sadar, akan diterima sebagai kebenaran. Tujuan repetisi atau pengulangan adalah untuk menembus filter mental yang ada di pikiran sadar, sehingga unit informasi bisa masuk ke pikiran bawah sadar.
2)Indentifikasi kelompok atau keluarga
Hal- hal yang dipercaya keluarga atau kelompok seseorang akan masuk kedalam diri seseorang dan di adopsi sebagai kepercayaan (belief).
3)Ide yang disampaikan figur yang dipandang memiliki otoritas
Apa yang disampaikan mereka cenderung mudah menembus ke pikiran bawah sadar dan diterima sebagai kebenaran atau belief.
4)Emosi yang Intens
Saat suatu pengalaman dialami dengan emosi yang intens, akan sangat mudah menjadi belief yang kuat. Emosi membuka pemikiran bawah sadar. Semakin intens emosi yang dialami seseorang, maka semakin terbuka pintu gerbang pikiran bawah sadar. Dengan demikian, kejadian yang dialami seseorang, yang masuk ke pikirannya dalam bentuk unit-unit informasi yang unik, akan terekam dengan sangat kuat dimemori, di pikiran bawah sadar, diikuti dengan emosi yang kuat.
5)Kondisi Alfa
Ini adalah kondisi alamiah anak-anak. Saat kecil, karena lebih banyak dalam kondisi alfa, anak mudah sekali tersugesti. Apa yang masuk ke pikiran bawah sadar mereka melalui sugesti, akan diterima sepenuhnya dan menjadi suatu kebenaran.
Jadi, pembentukan belief atau mindset adalah proses yang tidak bisa dihindari dan berkesinambungan. Belief membantu kita membandingkan situasi yang kita alami saat ini dengan pengalaman masa lalu.7

3.Kreativitas Siswa
a.Pengertian Kreativitas Siswa
Kreativitas merupakan istilah yang tidak asing lagi dan sering di gunakan baik dalam dunia pendidikan maupun yang lainnya. meskipun demikian masih terdapat kerancuan pemaknaannya. Perbedaan sudut pandang memunculkan beragam pendapat tentang devinisi kreativitas, sehingga sampai saat ini belum ada satupun pengertian kreativitas yang dapat diterima secara universal.
Ditinjau dari segi bahasa ”kreativitas” memiliki arti ”kemampuan untuk mencipta, daya cipta” tapi mencipta disini bukan menciptakan sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, jadi hal baru itu yang sifatnya inovatif.8
Di dalam Al Qur’an ada empat sifat allah sebagai maha pencipta yaitu Al-Khalik, Al-Khalaq, Al-Badi’ dan Al-Musawir. Kreativitas manusia terletak pada penciptaan bentuk ketiga seperti yang di gambarkan dalam surat al-an’am, ayat:101, yatu:

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿101﴾
Artinya: Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.

Pencipta ini yaitu dalam hal penciptaan yang terus menerus yakni merubah suatu bentuk kebentuk lain.9 Arti mencipta disini bukan menciptakan sesuatu yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya mungkin telah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruksi baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru itu yang sifatnya inovatif.
Secara terminologi, banyak ahli yang menyatakan pendapatnya tentang devinisi atau pengertian kreativitas, diantaranya:
1.Prof. Dr. Utami Munandar
Kreativitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
2.Rogers
Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
3.Clark Moustakis
Sebagai psikolog humanistik menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.

4.Haefele
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.10
Dari beberapa definisi di atas terdapat perbedaan dan terdapat pula kesamaannnya, tetapi yang jelas antara yang satu dengan yang lainnya saling mengisi dan melengkapi, secara global, hakikat kreativitas bisa disimpulkan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan sehari-hari.
b.Ciri-ciri kreativitas
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya. Proses kreatif memiliki beberapa tahap yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal (motivasi intrinsik) yaitu kemampuan kreatif maupun dorongan eksternal dari lingkungan, ada lingkungan yang tidak menghargai imajinasi atau fantasi dan menekan kreativitas dan inovasi.11
Sikap mental psiklogis dan sikap mental yang di miliki membantu menentukan ketrampilan kita untuk kreatif. Banyak karakteristik individual lain yang ditemukan untuk mendukung perilaku kreatif, diantaranya :
1.kesadaran dan sensitivitas terhadap problem ;
2.ingatan ;
3.kelancaran ;
4.fleksibilitas ;
5.keaslian ;
6.disiplin dan keteguhan diri ;
7.kemampuan adaptasi ;
8.”permainan” intelektual ;
9.humor ;
10.nonkomformitas ;
11.toleran terhadap ambiguitas ;
12.kepercayaan diri ;
13.skeptisisme ;
14.intelegensi ;
Indikator-indikator bagi individu yang kreatif adalah :
1)memiliki rasa ingin tahu
2)sering mengajukan pertanyaan
3)memberikan banyak gagasan atau usul dalam suatu masalah
4)merasa bebas dalam menyatakan pendapat
5)memiliki langkah penyelesaian masalah buatan sendiri
6)mencari dan menganalisis data yang diketahui dalam menyelesaikan masalah
7)mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang
8)memiliki rasa humor
9)mempunyai daya imajinasi
10)orisinal dalam mengungkapkan gagasan dalam penyelesaian masalah12



Usaha yang di lakukan dalam mengembangkan kreativitas anak antara lain, sebagai berikut.
1.Melatih bagaimana menemukan sebuah ide atau gagasan artinya membiarkan anak-anak mengetahui pandangan dan sikap orang tua tentang hidup, pekerjaan, politik, moral dan agama.
2.Memberikan apresiasi dan hadiah yang merangsang (stimulating gifts), hadiah untuk anak-anak dan sebaiknya tidak sekedar untuk menuruti kesenangan mereka,dan menyenangkan mereka untuk sementara, tetapi dapat berguna dan memperkembangkan mereka.
3.Memperkenalkan dengan orang-orang inovatif (inovative adults), membawa anak-anak ketempat kenalan-kenalan yang berprestasi, teman kerja yang produktif, tokoh-tokoh yang bervisi serta berkreasi dan memperkenalkan anak-anak kepada mereka.
4.Petualangan, membiarkan anak-anak pergi keluar rumah bergaul dengan teman-teman dan berpetualangan sekeliling secara sehat, bepergian jauh.
5.Mengembangkan fantasi (develop their fantacy), mendorong anak-anak menemukan cara lain untuk mengerjakan sesuatu yang sudah biasa, membayangkan kemungkinan lain dan mengamati hasil kreasi baru.
6.Melatih sikap positif (positive attitude), kalau menjumpai ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, hal baru, siswa dilatih tidak hanya untuk menemukan segi-segi menarik (interestingnya).13
c.Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Faktor internal individu dapat berupa kecerdasan, pemerkayaan bahan berfikir, keterampilan sikap, motivasi dan ciri kepribadian yang lain.
Menurut Hasan Langgulung, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas siswa, yaitu:
1)Penguasaan akademik
Faktor ini terdiri dari faktor kognitif, faktor ini dianggap sebagai latar yang tanpa itu seseorang tidak dapat menciptakan suatu karya ilmiah.
2)Intelektual
Faktor intelektual tertentu sangat menolong dalam menanggapi titik kelemahan atau kesalahan pada informasi-informasi yang ada, faktor tersebut memungkinkan siswa menemukan dan menentukan masalah.
3)Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang membebaskan, menggerakkan dan membimbing kekuatan psikologis seseorang anak untuk pekerjaannya.
4)Lingkungan
Lingkungan yang kondusif yang mendorong kreativitas adalah lingkungan yang memberikan keamanan dan kebebasan.14
d.Tahap-tahap kreativitas
Graham Wallas menjelaskan tentang tahap-tahap dalam proses kreativitas berlangsung sebagai berikut:
1)Persiapan (preparation)
Pada tahap ini ide datang dan timbul dari berbagai kemungkinan. Namun, biasanya ide berlangsung dengan hadirnya suatu ketrampilan, keahlian, atau ilmu pengetahuan tertentu sebagai latar belakang atau sumber dari mana itu lahir.
2)Inkubasi (incubation)
Dalam pengembangan kreativitas, pada masa ini diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan terhadap ide yang tadi timbul. Berbagai teknik dalam menyegarkan dan meningkatkan kesadaran itu, seperti meditasi, latihan peningkatan kreativitas, dapat dilangsungkan untuk memudahkan ”perembetan”, perluasan, dan pendalaman ide.
3)Iluminasi (illumination)
Suatu tingkat penemuan saat inspirasi yang tadi diperoleh, dikelola, digarap, kemudian menuju kepada pengembangan suatu hasil (product development).
4)Verivikasi (verivication)
Perbaikan dari perwujudan hasil dan taggung jawab terhadap hasil menjadi tahap terakhir dari proses ini. Diseminasi dari perwujudan karya kreatif untuk diteruskan kepada masyarakat yang lebih luas terjadi setelah perbaikan dan penyempurnaan terhadap karyanya itu berlangsung.15

4.Ruang Lingkup Materi Praktikum Kimia Kelas XI IPA Semester II.
a.Asam Basa
Ada beberapa pendapat yang menerangkan tentang asam-basa, yaitu :
1.Teori Arrhenius
Basa adalah suatu senyawa yang di dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-). Berdasarkan daya hantar listriknya, basa dibedakan menjadi basa kuat dan basa lemah.
Untuk asam monoprotik lemah dalam larutan air, akan terjadi pengionan sebagai berikut:
HA + H2O H3O+ + A-
ketetapan ionisasi asamnya adalah:
Ka =
Dengan, Ka = tetapan ionisasi asam
[HA] = Konsentrasi Asam
Untuk semua larutan encer, konsentrasi molar dari air [H2O] yakni praktis sama.
Sedangkan rumus untuk tetapan kesetimbangan untuk larutan basa lemah dapat dipergunakan:
NH4OH NH4+ + OH -
Tetapan ionisasi basanya (Kb) adalah
Kb=
Sorensen mengusulkan konsep pH agar memudahkan para kimiawan dalam mengukur dan mengikuti perubahan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan. pH adalah bilangan yang menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan dari suatu larutan.16 Dan dirumuskan sebagai berikut:
pH = -log [H+]
dengan analogi yang sama, untuk menentukan harga konsentrasi OH- dalam larutan dapat dirumuskan sebagai berikut:
pOH = -log [OH-]
Untuk mencari pH dengan menggunakan pOH. Diperoleh suatu hubungan dengan menarik minus logaritma dari kedua ruas hasil kali ion dengan air.
[H+][OH-] = Kw
-log [H+] –log [OH-] = -log Kw
pH + pOH = pKw17
2.Teori Brönsted-Lowry
Suatu asam adalah donor proton, dan suatu basa adalah akseptor (penerima) proton, misalnya :

NH4+ + NH2 - NH3 + NH3
asam (1) basa (2) asam (2) basa (1)
3.Teory Lewis
Menurut Lewis, asam adalah penerima pasangan elektron dan basa adalah donor (pemberi) pasangan elektron. Jadi, asam adalah zat yang mempunyai orbital yang belum penuh dan kekurangan elektron, basa adalah zat yang memiliki pasangan elektron yang dapat digunakan bersama.
Contoh :
H

··
H+ + - ׃O H ׃O H18
·· ··
asam basa
Petunjuk praktikum yang dilakukan bisa di lihat pada Lampiran 13.
b.Larutan Penyangga
Suatu larutan yang mengandung suatu asam lemah ditambah suatu garam dari asam itu, atau suatu basa lemah ditambah suatu garam dari basa itu, mempunyai kemampuan bereaksi baik dengan asam kuat maupun dengan basa kuat. Sistem tersebut dinamakan sebagai larutan buffer (penyangga), karena sedikit penambahan asam kuat atau basa kuat itu hanya mengubah pH sedikit.
Larutan berbuffer digunakan secara meluas dalam kimia analitis, biokimia, dan bakteriologi, demikian pula dalam fotografi dan industri kulit dan zat warna. Larutan buffer standar dapat dibuat dari asam lemah dan garam dari asam lemah. pH suatu buffer yang mengandung asam lemah HA dapat dihitung sebagai berikut:
Ka =
= Ka X
–log = –log Ka – log
pH = pKa – log
atau
pH = pKa + log 19
Sama halnya, bila buffer itu terbuat dari basa lemah MOH dan garamnya, yang mengandung kation M+, kesetimbangan disosiasi yang terjadi dalam larutan demikian adalah
MOH↔ H+ + OH-
ketetapan ionisasi basanya adalah :
Kb = (i)
dengan pertimbanga yang serupa, dapat ditulis:
cb = (MOH) (ii)
cs = (M+) (iii)
maka, Kw= H+ OH- = 10-14 (iv)
Jadi rumus keseluruhan dari (i), (ii), (iii) dan(iv) adalah:
H+ =
atau pH =14 – p Kb – log
dimana 14 = -log Kw = pKw20

c.Hidrolisis
Bila garam-garam dilarutkan dalam air, larutan itu tidak selalu bereaksi netral. Hal ini disebabkan oleh garam yang berinteraksi dengan air, hal ini dinamakan hidrolisis. Akibatnya, ion hidrogen atau ion hidroksil tertinggal dengan berlebihan dalam larutan, dan larutan itu sendiri masing-masing menjadi asam atau bersifat basa.
Hidrolisis merupakan istilah yang umum di gunakan untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis berasal dari kata hydro yang berarti air dan lysis yang berarti peruraian). Menurut konsep ini , komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah beraksi dengan air (terhidrolisis) membentuk ion H3O+ (= H+) atau ion OH-. Hidrolisis kation menghasilkan ion H3O+, sedangkan hidrolisis anion menghasilkan ion OH-.
Reaksi hidrolisis.
a.Garam dari asam kuat dan basa kuat
Natrium klorida (NaCl) bila dilarutkan dalam air, menunjukkan reaksi yang netral, karena baik anion ataupun kationnya, masing-masing tak ada yang bergabung dengan ion hidrogen ataupun ion hidroksil.
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Na+(aq) + H2O(l) (tidak ada reaksi)
Cl-(aq) + H2O(l) (tidak ada reaksi)
b.Garam dari basa kuat dan asam lemah
Natrium asetat terdiri dari kation Na+ dan anion CH3COO-. Ion Na+ berasal dari basa kuat (NaOH), sehingga tidak bereaksi dengan air. Ion CH3COO- berasal dari asam lemah (CH3COOH), sehingga bereaksi dengan air. Jadi, NaCH3COO terhidrolisis sebagai (parsial).
NaCH3COO(aq) Na+(aq) + CH3COO-(aq)
CH3COO-( aq) + H2O(l) ↔ CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Na+(aq) + H2O(l) (tidak ada reaksi)


c.Garam dari asam kuat dan basa lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial, yaitu hidrolisis kation.
Amonium klorida (NH4Cl) terdiri dari kation NH4+ dan anion Cl-. ion NH4+ yang merupakan asam konjugasi dari basa lemah NH3 , sedangkan ion Cl-, yang merupakan basa konjugasi dari dari asam kuat HCl, tidak terhidrolisis.
NH4Cl (aq) → NH4+(aq) + Cl-(aq)
NH4+( aq) + H2O(l) ↔ NH3( aq) + H3O+( aq)
Cl-( aq) + H2O(l) (tidak ada reaksi)
d.Garam dari asam lemah dan basa lemah
Baik kation maupun anion dari garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah terhidrolisis dalam air, sehingga disebut hidrolisis total.
Bila dilarutkan dalam air , mengalami hidrolisis yang agak kompleks. Hidrolisis kationnya mengakibatkan pembentukan basa lemah yang tak-berdiosiasi.
M+ + H2O ↔ MOH + H+
Sedang hidrolisis anionnya menghasilkan asam lemah itu:
A- + H2O ↔ HA + OH-
Ion-ion hidrogen dan hidroksil yang terbentuk dalam proses ini sebagian bergabung kembali membentuk air:
H+ + OH- ↔ H2O21
Dalam titrasi, larutan asam atau basa dibiarkan bereaksi sampai suatu titik di mana terjadi penetralan. Pada titik ekuivalen (titik setara), tak ada lagi kelebihan asam atau basa dalam larutan, melainkan hanya garam yang dihasilkan dari penetralannya. Apakah larutan garam ini asam, basa, atau netral, ditentukan oleh: apakah garam dapat terhidrolisis atau mengalami pengionan lebih lanjut.
Indikator asam-basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan (dalam air, etanol, atau pelarut lain). Dalam titrasi asam-basa sejumlah kecil (beberapa tetes) larutan indikator ditambahkan ke dalam larutan yang sedang dititrasi. Indikator asam basa umumnya digunakan jika penentuan pH yang teliti tidak terlalu diperlukan.22

B.KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN
Dengan fokus kajian tentang Pengaruh mindset terhadap kreativitas siswa pada praktikum kimia semester II kelas XI IPA MAN yang penulis kaji ini, diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi rekonstruksi dan revitalisasi pendidikan di madrasah sehingga memungkinkan bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran dan pendidik berbasis growth mindset dan pengembangan kreativitas siswa. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan
Hasil penelitian Jenifer A. Mangels, Brady Butterfield, Justin Lumb, Catherine Good, dan Carol S. Dweck yang berjudul “ Why do belief about intelligence influence learning success? A social cognitive neuroscience model”. Penelitian ini menyatakan bahwa mindset tentang intelegensi siswa-siswa dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap kesuksesan belajar mereka23 .
Dalam skripsi yang disusun oleh Ni’matul Fithriyah (3103017) pada tahun 2008 mahasiswa fakultas dengan judul “Hubungan antara tingkat kecerdasan (IQ) dengan kreativitas belajar PAI siswa kelas V SD Hj. Isriati Semarang”, dengan menggunakan metode survey. Di dalam skripsi ini dijelaskan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara tingkat kecerdasan (IQ) secara bersama-sama dengan kreativitas belajar PAI pun meningkat, dalam skripsi ini dijelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas siswa adalah IQ.24
Pada penelitian yang di dilakukan terhadap 144 peneliti kreativitas, Robert J. Sternberg pakar psikologi mengatakan bahwa ketekunan dan daya tahan yang dihasilkan oleh orang dengan mindset berkembang akan menghasilkan kreativitas.25

C.PENGAJUAN HIPOTESIS
Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.26 Hipotesis ini juga diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.27 Hipotesis kerja atau disebut juga dengan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis kerja menyatakan ada pengaruh antara variabel X (Mindset) terhadap varibel Y (Kreativitas Siswa), atau adanya perubahan antara dua kelompok.28
Jadi dari dua definisi mengenai hipotesa tersebut dapat ditarik sebuah pemaknaan, bahwa hipotesa adalah kesimpulan yang belum final dan harus dibuktikan kebenarannya. Sehubungan dengan teori tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: ”Ada Pengaruh Mindset Terhadap Kreativitas Siswa pada Praktikum Kimia Semester II Kelas XI IPA MAN”.

bAB 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan kreativitas anak didik, sebagaimana diatur dalam pasal 3 UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang berbunyi ”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bartaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap dan kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggung jawab”.1
Pada masa kini pendidikan telah menjadi andalan untuk meningkatkan kualitas SDM di masa depan. Masyarakat percaya bahwa pendidikan, terutama pendidikan formal, kunci untuk meningkatkan kehidupan mereka. Tetapi pendidikan seringkali tidak seideal itu. Terbukti dari banyak sarjana-sarjana yang menganggur dari tahun ke tahun, masalahnya kebanyakan lembaga pendidikan mengajari orang ”Apa yang harus dipikirkan”, sedangkan ”Bagaimana caranya berpikir” telah dikesampingkan. Menurut Francis Bacon, pengetahuan semata bukanlah kekuasaan. Pengetahuan hanya bernilai di tangan seseorang yang mampu berpikir baik. Belajar bagaimana cara berpikir dengan baik adalah kunci untuk meraih impian serta mengoptimalkan potensi, dan belajar untuk menjadi lebih kreatif adalah salah satu kunci sukses masa depan.2
Di dalam ajaran Islam, manusia diperintahkan supaya memikirkan kejadian-kejadian di dunia dan apa yang bisa kita perhatikan supaya dijadikan pelajaran. Sebagaimana Firman ALLAH SWT dalam Surat Al-Ghaasyiyah ayat 17-20 sebagai berikut:
                     
Artinya:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,(18) Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?(19) Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?(20) Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” ( QS. Al-Ghaasyiyah ayat 17-20)

Menurut Rogers, kreativitas akan berkembang jika seseorang punya keinginan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dan mengembangkan kemampuannya. Salah satu cara mengajarkan bagaimana cara berpikir adalah dengan menanamkan mindset berkembang (growth mindset). Carol Dweck seorang profesor di Stanford University, telah meneliti mindset selama lebih dari 2 dekade, beliau menggaris bawahi bahwa terdapat dua jenis mindset yaitu mindset tetap (fixed mindset) dan mindset berkembang (growth mindset).3 Mindset tersebut memiliki pengaruh besar terhadap prestasi dan kesuksesan hidup seseorang. Yaitu terhadap usaha, prestasi hubungan, pendidikan, olah raga, dan bisnis. Secara lebih rinci, Dweck telah melakukan penelitian terhadap siswa-siswi SMP di New York, tentang bagaimana mindset tersebut mempengaruhi pembelajaran kimia dalam jangka waktu yang lama.4
Penelitian akan dilaksanakan di MAN .. Dipilihnya jenjang pendidikan MAN, yang setara dengan jenjang sekolah menengah tingkat atas, berdasarkan pertimbangan hasil penelitian Nurihsan (2006), yang menyatakan bahwa sebanyak 65,43% siswa SMA atau yang sederajad mengalami distres pada taraf sedang sampai sangat tinggi. Gejala distres tersebut merupakan yang paling tinggi diantara jenjang pendidikan yang lain. Selain itu, MAN . mempunyai karakteristik yang unik. Menurut beberapa guru di MAN ., sebagian besar siswa yang masuk di jurusan IPA sebenarnya tidak direkomendasi-kan untuk masuk jurusan IPA karena keterbatsan kemampuan dan minat mereka yang rendah terhadap pelajaran-pelajaran IPA, tetapi karena adanya beberapa alasan dari pihak sekolah, mereka tetap dimasukkan di kelas IPA. Hal itu berpengaruh pada praktek kimia semester II pada materi asam-basa, buffer, dan hidrolisis.
Pada saat praktikum, siswa cenderung tidak aktif dan tidak kreatif pada kelas XI IPA di MAN .. Hal ini, karena siswa beranggapan bahwa pelajaran kimia tidak menarik dan sulit, dan banyak diantara siswa beranggapan bahwa siswa tersebut tidak mempunyai bakat dalam pelajaran kimia. Mindset yang tidak berkembang yang dimiliki siswa tersebut harus diubah, sehingga siswa bisa memandang bahwa kimia adalah pelajaran yang menarik dan menyenangkan, selain itu siswa juga bisa memaknai bahwa siapa juga bisa mengembagkan kemampuannya dalam pelajaran kimia. Untuk mengatasinya, perlu dikembangkan pembelajaraan kimia berbasis growth mindset. Akan tetapi sebelum dilakukan pengembangan pembelajaran tersebut, perlu diketahui secara kuantitatif pengaruh mindset terhadap kreativitas siswa.

B.Penegasan Istilah
Untuk memberikan pemahaman dan menjaga agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang judul skripsi ini, maka diperlukan penegasan istilah.
1.Pengaruh
Pengaruh berarti “Daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”.5 Yang dimaksud pengaruh dalam penelitian ini adalah daya yang ditimbulkan dari mindset mampu mempengaruhi kreativitas siswa.

2.Mindset
Mindset adalah sekumpulan kepercayaan atau cara berfikir yang mempengaruhi perilaku (behavior) dan sikap (attitude) seseorang, yang akhirnya akan menentukan level keberhasilan hidupnya.6 Mindset dalam penelitian ini hanya dibatasi pada mindset terhadap intelegensi (kecerdasan), bakat dan kepribadian yang berkaitan dengan kelangsungan pembelajaran kimia.
3.Kreativitas
Menurut Reni Akbar Hawadi, kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, maupun karya nyata.7
4.Praktikum kimia pada semester II kelas XI
Pada skripsi ini, praktikum yang dilakukan hanya dibatasi pada materi pokok asam-basa, buffer dan hidrolisis.

C.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, dapat ditarik benang merah rumusan masalah yang ada adalah sebagai berikut. “Adakah pengaruh antara mindset terhadap kreativitas siswa pada praktikum kimia kelas XI IPA semester II (materi pokok asam-basa, buffer dan hidrolisis) di MAN .?”.

D.Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut. ”Mengetahui adakah pengaruh antara mindset terhadap kreativitas siswa pada praktikum kimia kelas XI IPA semester II (materi pokok asam-basa, buffer dan hidrolisis) di MAN .”.

E.Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.8 Atau jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.9 Selanjutnya berangkat dari permasalahan tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut “Terdapat pengaruh yang signifikan antara mindset terhadap kreativitas siswa pada praktikum kimia kelas XI IPA semester II (materi pokok asam-basa, buffer dan hidrolisis) di MAN ..”

F.Manfaat Penelitian
Dengan diketahui pengaruh mindset terhadap kreativitas siswa pada praktikum bisa menjadi pijakan untuk menyusun strategi belajar mengajar selanjutnya dan sebagai dasar penelitian untuk mengembangkan pembelajaran kimia berbasis growth mindset.