Pages

October 06, 2009

Proposal Pembuatan Bioetanol Dari Jerami

oleh:
Arif Fadholi Wahid Assyafi'i
Farrah Farida
2008

PEMBUATAAN BIOETANOL DARI JERAMI

I PENDAHULUAN

Keperluan sumber energi alternatif saat ini menjadi hal yang cukup mendesak mengingat hargaa minyak dunia semakin mencekik dan terus meroket ke kisaran 70 dolar per barelnya. Hakikatnya banyak yang dapat dilakukan untuk mengelola dampak kenaaikan hargaa BBM dengan cara menghasilkan cadangan energi BBM lewat energi alternatif diantaranya pembuatan bioetanol (bahan pencampur BBM bensin), biodisel (bahan pencampur solar) dan biogas yang merupakan energi alternatif pengganti elpiji.
Usaha ini dimaksudkan untuk membantu rakyat yang terhimpit kenaikan harga BBM juga dalam rangka penghemataan biaya dan devis negara karena diperkirakaan pada tahun 2015 Indonesia akan menjadi negara Net-Importir bahan baku minyak mentah.

II LATAR BELAKANG

Etanol saat ini yang diproduksi umumnyaa berasal dari etanol generasi pertama, yaitu etanol yang dibuat dari gula (tebu, molases) atau pati-patian (jagung, singkong, dll). Bahan- bahan tersebut adalah bahan pangan/ pakan. Banyak dugaan, terutama dari Eropa dan Amerika menyebutkan bahwa konversi bahan pangan/pakan menjadi etanol merupakan salah satu penyebab naiknya harga-harga pangan dan pakan.
Arah pengembangan bioetanol mulai berubah ke arah pengembangan bioetnol keaarah yang kedua, yaitu bioetanol dari biomassa lignoselulosa. Bahkan saat ini peneliti dibelahan dunia sedang gencar mencari dan mengembangkaan bioetanol generasi kedua ini. Namun salah satu problem mereka adalaah masalah bahan baku. Biomassa lignoselulosaa mereka terbatas. Apalagi mereka juga mengalami 4 macam musim yang sebagian musim itu tidak mendukung produksi biomassa lignoselulosa. Biomassa yang cukup besar antara lain adalah jerami-jeramian (wheat, oat, barley, corn).
Di negara kita ini, Indonesia memiliki keunggulan dalam hal biomassa lignoselulosa disbanding negara-negara beriklim dingin. Jika di luar negeri banyak yang mencari bahan baku tersebut, justru terjadi kebalikannya di Indonesia. Biomassa lignoselulosa di Indonesia melimpah, murah, tapi juga banyak yang sia-sia.
Di Indonesia penelitian pengolahan limbah selulosa menjadi etanol masih sangat minim. Swedia telah memproduksi bioetanol dari limbah pulp kertas. Swedia memulai riset etanol berbasis selulosa sejak 1995 pada skala laboratorium. Sejak 2005, negara itu membuat pilot plant skala kecil dengan memproduksi 200 liter/hari
Sedangkan di Amerika, para peneliti menganalisis ongkos produksi etanol asal selulosik dan dari biji-bijian. Mark Wright dan Robert Brown, periset Iowa State University, Amerika Serikat, dalam penelitiannya menunjukkan produksi bahan bakar asal biji-bijian secara konvensional meningkat 9 dolar AS sen/liter. Itu lantaran harga bahan baku menjulang. Sedangkan biaya produksi etanol selulosik turun 9,5 dolar AS sen/liter karena kemajuan teknologi.
Indonesia kaya dengan matahari dan air sehingga tanaman selulosa mudah tumbuh. Jika didukung penelitian memadai, produksi bioetanol selulosa efektif untuk dikembangkan. “Limbah biomassa paling potensial karena tidak bersaing dengan pangan,” kata Meine van Noordwijk, Direktur Regional International Centre for Research in Agroforestry, Bogor.
Produksi bioetanol dari limbah tidak butuh penanaman khusus sehingga tidak perlu perluasan lahan dan penggunaan pupuk kimia. Selain itu, penggunaan limbah juga membantu mengatasi permasalahan lingkungan seperti polusi air, udara, dan tanah.

III TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :
a) Berusaaha meneliti energi alternatif yang berasal dari bahan-bahan yang sekiranya tidak bernilai ekonomis. Seperti pada jeraami yang menjadi objek penelitin kami.
b) Secara tak langsung, usaha kami juga turut mendukung pengembangan biofuel (bahan bakar bio) sebagaai bahan bakar biomassa yangt daapat terbarukan.
c) Mamahami langkah-langkah pembuatan bioetanol itu sendiri sehingga kelak suatu saat bisa dimaanfaaatkan baik diri sendiri maupun orang lain.
d) Mempraktekkan serta dapat menganalisis segala proses yang terjadi dalam pembuatan bioetanol sesuai dengan ilmu-ilmu yang telah didapat dalam bangku perkuliahan.

IV MANFAAT PENELITIAN

Sedangkan manfaaat yang sedang diambil dari penelitian ini adalah :
a) Dapat memberikan gaambaran serta dukungaan terhadap pembuatan bioetanol sebagai energi alternatif.
b) Dapat menggunaakan atau memanfaatkan barang-barang yang sekiranya tidak bnernilai ekonomis atau bahkan sia-sia karena kurangnya pemanfaatan. Seperti dalam penelitian ini adalah pemaanfaatan jkeraami sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.

V DASAR TEORI
a) Bioetanol

Bioetanol (C2H5OH) adalah alkohol yang dibuat dari fermentasi bahn-bahn organik, seperti jagung, tebu, jerami (padi dn gandum) dalam suatu proses yang mirip dengan pembuatan bir. Hasil akhirnya dicampur dengan bensin untuk mengurangi polutan gas buang kendaran termasuk didaalamnya CO2.
Emisi CO2 yang dihasilkan pembakaaraan bioetanol sama dengan pembakaran bensin, akan tetaapi dengan bioetnol CO2 akan digunakan oleh tumbuhan ketika terjadi fotosintesis. Hal tersebut menjadikan bioetanol sangat menarik untuk mencari jalan keluar dalam mengurangi emisi.

b) Bahan Baku Bioetanol

1. Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete
2. Bahan berpati: tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu, singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia.
3. Bahan berselulosa (lignoselulosa) yang sekarang belum ekonomis, teknologi proses yang efektif diperkirakan akan komersial pada dekade ini. Sumber biomassa lignoselulosa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Limbah pertanian atau industri pertanian : jerami, tongkol jagung, sisa paangkasan jagung, onggok, dll.
2. Limbah perkebunan : TKKS, bagase, sisa paaangkasan tebu, kulit kakao, kulit buah kopi, dll.
3. Limbah kayu dan kehutanan : sisaa gergaajian, limbaah sludge pabrik kertas, dll.
4. Sampah organik : sampah rumah tangga, sampah pasar, dll.

c) Bioetanol dari Jerami
1. Jerami

Secara umum jerami dan bahan lignoselulosa lainnya tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa tersusun dari monomer-monomer gula sama seperti gula yang menyusun pati (glukosa). Selulosa ini berbentuk serat-serat yang terpilin dan diikat oleh hemiselulosa, kemudian dilindungi oleh lignin yang sangat kuat. Akibat dari perlindungan lignin dan hemiselulosa ini, selulosa menjadi sulit untuk dipotong-potong menjadi gula (proses hidrolisis). Salah satu langkah penting untuk biokonversi jerami menjadi ethanol adalah memecah perlindungan lignin ini.

Kandungan jerami menurut Karimi (2006) sebagai berikut :
Komponen Kandungan (%)
Hemiselulosa 27 (± 0,5)
Selulosa 39 (± 1)
Lignin 12 (± 0,5)
Abu 11 (± 0,5)
Potensi etanol dari jerami padi menurut Kim dan Dale (2004) adalah sebesar 0,28 L/Kg jerami. Dan menurut Badger (2002) adalah sebesar 0,20 L/Kg jerami. Dari data ini, tentunya bisa diperkirakan berapa potensi etanol daari padi di Indonesia, yaitu
Jerami Kim dan Dale (2004) Badger (2002)
54,700 15,316 juta liter 10,940 juta liter
82,050 22,974 juta liter 16,410 juta liter

2. Proses Biokonversi Jerami menjadi Etanol

Jerami padi yang baru saja dipanen dikumpulkan di suatu tempat. Jerami ini kemudian di cacah-cacah dengan mesin cacah agar ukurannya menjadi kecil-kecil dan siap untuk dilakukan pretreatment. Banyak cara untuk melakukan pretreatment, misalnya dengan cara ditekan dan dipanaskan secara cepat dengan uap panas (Steam Exploaded). Bisa juga dengan cara direndam dengan kapur selama waktu tertentu. Ada juga yang merendamnya dengan bahan-bahan kimia yang bisa membuka perlindungan lignin. Setelah pelindung lignin ini menjadi ‘lunak’, maka jerami siap untuk dihidrolisis.
Ada dua cara umum untuk hidrolisis, yaitu: hidrolisis dengan asam dan hidrolisis dengan enzyme. Hidrolisis asam biasanya menggunakan asam sulfat encer. Jerami dimasak dengan asam dalam kondisi suhu dan tekanan tinggi. Dalam kondisi ini waktu hidrolisisnya singkat. Hidrolisis bisa juga dilakukan dalam suhu dan tekanan rendah, tetapi waktunya menjadi lebih lama. Hidrolisis dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama sebagian besar hemiselulosa dan sedikit selulosa akan terpecah-pecah menjadi gula penyusunnya. Hidrolisis tahap kedua bertujuan untuk memecah sisa selulosa yang belum terhidrolisis. Dengan dua tahap hidrolisis ini diharapkan akan diperoleh gula dalam jumlah yang banyak.

3. Hidrolisat Jerami
Cairan hidrolisat (hasil hidrolisis) asam memiliki pH yang sangat rendah dan kemungkinan ada juga senyawa-senyawa yang beracun untuk mikroba. Hidrolisat ini harus dinetralkan dan didetoksifikasi sebelum difermentasi menjadi ethanol. Tujuan dari netralisasi dan detoksifikasi adalah untuk menetralkan pH dan menghilangkan senyawa racun tersebut. Hidrolisat yang sudah netral tersebut siap untuk difermentasi menjadi ethanol.
Cara kedua hidrolisis adalah dengan menggunakan enzyme selulase. Enzyme ini memiliki kemampuan untuk memecah selulosa menjadi glukosa. Penggunaan enzyme lebih efisien dalam menghidrolisis selulosa. Keuntungan lainnya adalah bisa digabungkan dengan proses fermentasi yang dikenal dengan metode SSF (simultaneous sacharification and fermentation). Namun untuk saat ini harga enzyme masih mahal.
Proses fermentasi hidrolisat selulosa sama seperti proses fermentasi etanol pada umumnya. Mikroba yang umum digunakan adalah ragi roti (yeast). Setelah hidrolisat difermentasi selama beberapa waktu, maka tahap berikutnya adalah purifikasi ethanol. Proses purifikasi ethanol ini tidak jauh berbeda dengan purifikasi ethanol dari singkong. Prosesnya meliputi distilasi dan dehidrasi. Proses distilasi akan meningkatkan kandungan ethanol hingga 95%. Sisa air yang masih ada dihilangkan dengan proses dehidrasi hingga kandungan ethanol mencapai 99.5%. Ethanol siap digunakan untuk mobil Anda.

VI ALAT DAN BAHAN
a) Alat
1. Gelas ukur
2. Termometer
3. Wadah besar (ember)
4. Blender
5. Peralatan distilasi
b) Bahan
1. Jerami
2. Ragi
3. Air kapur
4. H2SO4

VII CARA KERJA

a) Jerami yang masih segar (baru saja dipanen) disiapkan.
b) Dicacah-cacah / diblender agar ukurannya kecil.
c) Tahap p[retreatmen yaitu, untuk membuka perlindungan lignin dengan meremdam dengan air kapur selama 1 – 2 minggu.
d) Proses hidrolisis, bisa menggunakan asam atau dengan enzim. Hirolisis asam menggunakan H2SO4 encer. Jerami di masak dengan asam dalam suhu dan tekanan tinggi. Sedaangkaan hidrolisis dengan enzim menggunakan enzim selulase.
e) Cairan hasil hirolisis dengan asam memiliki pH sangat rendah, jadi harus dinetralkan dan didetoksifikasi sebelum difermentasi menjadi etaanol.
f) Selanjutnya proses fermentasi hidrolisat baik selulosa maupun dari asam dengan menggunakan ragi roti (yeast).
g) Setelah tahapan fermentaasi, yakni tahapan distilasi dan dehidrasi.

VIII KESIMPULAN

Dari hasil temuan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka mencari energi alternatif yang ekologis, ternyata bioetanol bahkan limbah hasil proses bioetanol pun masih bisa dimanfaatkan. Seperti jerami bisa untuk membuat bioetanol. Selain itu usaha pemanfaatan ini bisa menjadi solusi dalam rangka penghematan biaya dan devisa negara. Karena diperkirakan pada tahun 2015 Indonesia akan menjadi negara Net-Importir bahan baku minyak mentah.

IX PENUTUP

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya proposal dapat selesai, tidak ada yang patut penulis banggakan, selain semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama penulis.
Namun demikian mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan. Dan kepada semua pihak yang ikut memberikan masukan serta dukungan dalam penulisan proposal ini, penulis ucapkan terima kasih.

X DAFTAR PUSTAKA

Fessenden & Fessenden, 1986, Kimia Organik, Jilid 2, Jakarta : Gramedia
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-annissawul-26767
http://dwienergi.blogspot.com/2007/07/bioethanol.html
http://mitrafm.com/blog/2008/01/04/prospek-biodiesel-sebagai-bahan-bakar-alternatif/
http://isroi.wordpress.com/2008/03/04/bioethanol-dari-jerami/

5 comments:

  1. makasih . . .
    ini sgt membantu
    mksih bnyak. .. :D


    by: angela

    ReplyDelete
  2. mas bisa di post kan juga komposisinya?
    saya butuh komposisinya :)
    makasih

    ReplyDelete
  3. waduh, dh dari tahun 2008 sih.
    Q lupa,,, maaf y bwt gunRow.

    ReplyDelete
  4. butuh biaya berapa untuk penelitian mengubah jerami menjadi bioetanol... ada gak penelitian mengubah limbah minyak ikan menjadi biodiesel

    ReplyDelete