Pages

October 08, 2009

Teori Asam Basa

oleh:
Naela Ervana


A. Teori Asam Basa Arrhenius
Sejak beabad-abad yang lalu, para pakar mendefinisikan asam dan basa berdasarkan sifat larutannya. Larutan asam mempunyai rasa masam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer dan berbagai bahan lain), sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin, seperti bersabun).
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, dan yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859-1927) pada tahun 1884.
1. Teori Asam
Svante Arrhenius mengemukakan bahwa asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam air akan menghasilakn ion hidronium (H ).
Ion H adalah ion pembawa sifat asam. Rumus umumnya adalah sebagai berikut :
HX H + X
Contoh :
HCl H + Cl
Tidak semua senyawa hanya dapat melepaskan satu ion H seperti contoh diatas, tetapi banyak senyawa lain yang dapat melepaskan ion H lebih dari satu. Banyaknya ion H yang dapat dilepaskan oleh asam tersebut dinamakan valensi asam. Sedangkan ionn negatife yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H disebut ion sisa asam.
Contoh :
H2SO4 2H + SO4

Valensi asam

Berdasarkan jumlah atom H yang diikat, senyawa asam dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Asam monoprotik, yaitu asam yang setiap molekulnya hanya dapat memberikan/menghasilkan satu ion H .
2) Asam diprotik, yaitu asam yang setiap satu molekulnya dapat memberikan/menghasilkan dua ion H .
3) Asam tripotik. Yaitu asam yang setiap satu molekulnya dapat memberikan/menghasilkan tiga ion H .

2. Teori Basa
Svante Arrhenius mengemukakan bahwa basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan kedalam air dapat menghasilkan ion-ion OH . Ion OH adalah ion pembawa sifat basa. Rumus umumnya:

Contoh:
KOH → K + OH
NaOH → Na + OH
Berdasarksan jumlah gugus OH yang diikat, senyawa basa dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1). Basa monohidroksida, yaitu senyawa basa yang memiliki satu gugus OH .
Contoh: NaOH, KOH, NH OH
2). Basa dihidroksida, yaitu senyawa yang memiliki dua gugus OH
Contoh: Mg(OH) , Ca(OH) , Sr (OH) , Ba (OH)
3). Basa trihidoksida, yaitu senyawa basa yang memiliki tiga gugus OH .
Contoh: Al(OH) , Fe(OH) .
Jumlah ion OH yang dilepaskan oleh basa disebut valensi basa.
Contoh: M(OH) → M + xOH

3. Senyawa Amfoter
Senyawa Amfoter adalah senyawa yang dapat bersifat asam atau basa, tergantung kondisi lingkungannya. Senyawa amfoter akan bersifat asam dalam suasana basa dan sebaliknya akan bersifat basa dalam suasana atau lingkungan asam kuat.
Contoh: Alumunium hidroksida
Al(OH) + OH → Al(OH)
Asam basa kuat

Al(OH) + 3H → Al + 3H O
Basa asam kuat
B. Derajat Keasaman (pH)
Kesamaan suatu larutan disebabkan adanya ion H . konsentrasi ion hidronium [H ] dalam lariutan encer umumnya sangat rendah, tetapi sangat menentukan sifat-sifat larutan, terutama larutan dalam air. Telah disebutkan bahwa pembawa sifat asam adalah ion H . Jadi, derajat tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi ion H dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H maka semakin asam larutan.
pH = - log [H ].
pH merupakan fungsi logaritma negatif dari konsentrasi ion H dalam suau larutan. Jadi, pH suatu larutan menyatakan derajat atau tingkat keasaman suatu larutan.
Dengan analogi yang sama, untuk menentukan harga konsentrasi OH dapat digunakan rumus harga pOH.
pOH = - log [OH ] atau [OH ] = 10
skala pH
- larutan bersifat netral : [H ] = [OH ] ; pH = 7
- larutan bersifat asam : [H ] > [OH ] ; pH < 7
- larutan bersifat basa : [H ] < [OH ] ; pH > 7

Hubungan tingkat keasaman dengan pH
pH sebagai parameter untuk menyatakan tingkat keasaman. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa tingkat keasaman berbanding terbalik dengan nilai pH. Artinya, semakin asam larutan, maka semakin kecil nilai pHnya, dan sebaliknya. Hal itu terjadi karena pH dan konsentrasi ion H di hubungkan dengan tanda negatif. Ssselanjutnya, karena bilangan dasar, logaritma adalah 10 maka larutan yang nilai pHnya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan konsentrasi ion H sebesar 10 .

C. Reaksi Asam dengan Basa (Reaksi Penetralan)
a. Reaksi Asam dengan Basa Menghasilkan Air dan Garam
Telah disebutkan bahwa larutan asam mengandung ion H dan suatu anion sisa asam, sedangkan larutan basa mengandung io OH dan suatu kation logam.
HA H + A
LOH → L + OH

Apa yang terjadi jika suatu larutan asam dicanmpurkan dengan suatu larutan basa? Oleh karena nilai tetapan ionisasi air (K ) relatif sangat kecil, maka sudah dapat dipastikan bahwa ion H dari asam akan bereaksi dengan ion OH dari basa membentuk air.
H + OH H O
Asam Basa Air

Itulah sebabnya reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan. Pembawa sifat asam (H ) bereaksi dengan pembawa sifat basa basa (OH ) membentuk air yang bersifat netral.
Selanjutnya, apa yang terjadi dengan ion negatif sisa asam dan ion positif basa? Ion-ion tersebut akan bergabung membentuk senyawa ion yang disebut garam. Jika garam yang terbentuk itu mudah larut dalam air, maka ion-ion akan tetap dalm larutan. Namun, jika garam tersebut sukar larut, maka senyawa itu akan membentuk endapan. Jadi, reaksi asam dengan basa menghasilkan garam dan air. Oleh karena itu, reaksi asam dengan basa disebut juga reaksi penggaraman.
Asam + Basa Garam + Air

b. Campuran Asam dengan Basa
Reaksi antara asam kuat dan basa kuat dapat dituliskan sebagai reaksi antara ion H dengan ion OH . Dalam hal ini ion H mewakili asam, sedangkan ion OH mewakili basa.
H + OH H O
• Jika mol H = mol OH , maka campuran akan bersifat netral.
• Jika mol H > mol OH , maka campuran akan bersifat asam; dan konsentrasi H dalam campuran ditentukan oleh jumlah H yang tersisa.
• Jika mol OH > mol H , maka campuran akan bersifat basa; dan konsentrasinya ion OH dalam campuran ditentukan oleh jumlah mol ion OH yang tersisa.

No comments:

Post a Comment