Pages

December 09, 2009

Makalah Komprehensip

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) PADA MATERI POKOK REAKSI REDUKSI OKSIDASI

oleh arif fadholi wahid assyafi'i

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya dengan menerapkan strategi pembelajaran yang efektif.

Belajar merupakan proses aktif peserta didik untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik baik ketika mereka berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik.

Keberhasilan proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah strategi belajar mengajar yang digunakan oleh guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didik dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru yang inovatif dan kreatif berani mencoba metode-metode baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Agar peserta didik dapat belajar dengan baik maka metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien, dan seefektif mungkin. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran seperti ini adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share).

Dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu belajar satu sama lainnya. Melalui kerja kelompok, peserta didik belajar untuk bersepakat memutuskan suatu masalah dan lebih menghargai pendapat serta perasaan orang lain. Teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.

Dengan menggunakan metode kooperatif TPS (Think Pair Share), diharapkan peserta didik dapat mengembangkan peranan yang lebih besar dalam kegiatan pembelajaran kimia, karena proses belajar mengajar tidak hanya berlangsung satu arah. Dengan belajar dalam keompok-kelompok kecil, peserta didik dapat lebih bebas bertanya hal-hal yang belum diketahui kepada temannya tanpa rasa takut dan malu. Sehingga pemahaman peserta didik terhadap suatu materi akan meningkat. Dengan meningkatnya pemahaman terhadap materi, diharapkan hasil belajarnya dapat meningkat pula.

B. RUMUSAN MASALAH

Berawal dari pemilihan judul di atas, maka penulis akan mengangkat pokok permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) pada materi pokok reaksi reduksi oksidasi.

C. PEMBAHASAN

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share)
a. Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yang mempunyai latar belakang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda. Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem belajar kelompok yang terstruktur. Yang artinya adalah setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif dan saling membantu. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.

David W. Johnson mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
Cooperative learning is a complex instructional procedure that requires conceptual knowledge if it is to be implemented successfully and used with fidelity for the rest of a teacher’s career. (Pembelajaran kooperatif adalah prosedur pembelajaran yang bersifat kompleks yang menunjukkan pengetahuan konseptual jika diterapkan dengan baik dan digunakan untuk meningkatkan kinerja guru).

Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu peserta didik belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Model pembelajaran kooperatif, peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan peserta didik dengan hasil belajar tinggi, rata-rata dan rendah, laki-laki dan perempuan, peserta didik dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas.

Jadi, pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan peserta didik untuk belajar di dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses pembelajaran.

2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Eggen dan Kauchak (1996:279) sebagaimana dikutip oleh Trianto, menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Di dalam pembelajaran kooperatif peserta didik dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama peserta didik yang berbeda latar belakangnya.

Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para peserta didik pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif peserta didik berperan ganda yaitu sebagai peserta didik ataupun sebagai guru untuk bekerja secara kolaboratif mencapai sebuah tujuan bersama. Peserta didik akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi :

”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS Al Maidah: 2).
Tolong menolong dalam kebaikan juga dijelaskan pada kitab Durratu An-Nashihin halaman 14 yang berbunyi:
من تعلم بابا من العلم ليعلم الناس اعطى له ثواب سبعين نبيا
“Barang siapa yang belajar satu bab dari ilmu (pelajaran) digunakan untuk mengajarkan manusia maka dia akan dibalas pahala 70 nabi”.


Tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu:
a) Hasil belajar akademik
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik, unggul membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

b) Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

c) Pengembangan ketrampilan sosial
Ketrampilan sosial berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan ketrampilan -ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi, dan juga ketrampilan tanya jawab.

3) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip pembelajaran kooperatif, antara lain:
a. Prinsip ketergantungan positif
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.

b. Tanggung jawab perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama, keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan hal yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

c. Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih peserta didik untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi.

b. Pengertian TPS (Think Pair Share)
Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan teman-temannya di Universitas Maryland, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memberi peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share adalah untuk memberikan lebih banyak waktu kepada peserta didik untuk berpikir, untuk merespon, dan untuk saling membantu.

Tahap-tahap dalam metode TPS (Think Pair Share) sebagai berikut:
Tahap 1. Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan pelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau masalah tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2. Berpasangan (Pairing)
Guru meminta peserta didik untuk berpasangan dengan peserta didik lain untuk mendiskusikan pertanyaan atau masalah yang telah mereka peroleh.
Tahap 3. Berbagi (Sharing)
Pada tahap akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang materi yang telah mereka bicarakan atau diskusikan.

Berdasarkan uraian Ibrahim di dalam bukunya pembelajaran kooperatif, maka langkah-langkah dalam TPS (Think Pair Share) adalah:
Langkah 1: Guru menyampaikan pertanyaan atau masalah.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaikan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Langkah 2: Peserta didik berpikir secara individu.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru.
Langkah 3: Setiap peserta didik mendiskusikan hasil pemikiran dengan masing-masing pasangan.
Guru mengkoordinasi peserta didik untuk berpasangan dengan temannya dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau menyakinkan.
Langkah 4: Peserta didik berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas.
Peserta didik mempresentasikan jawaban secara individual ataupun berpasangan di dalam kelas.
Langkah 5: Mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah didiskusikan.

2. Materi Pokok Reaksi Redoks
a. Perkembangan Konsep Reaksi Redoks.
1) Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen.
Oksidasi adalah suatu reaksi kimia di mana suatu unsur atau senyawa memperoleh tambahan oksigen. Dengan kata lain, dalam suatu reaksi oksidasi suatu unsur atau senyawa mengikat sejumlah oksigen. Contoh reaksi oksidasi:
C(s) + O2(g) --> CO2(g)
2Mg(s) + O2(g) --> 2MgO(s)
4Fe(s) + 3O2(g) --> 2Fe2O3(s)

Reduksi adalah suatu reaksi kimia di mana oksigen dilepaskan dari suatu unsur atau senyawa. Dengan kata lain, pada suatu reaksi reduksi suatu unsur atau senyawa kehilangan sejumlah oksigen. Contoh reaksi reduksi:
2HgO(s) --> 2Hg(l) + O2(g)
CuO(s) + H2(g) --> Cu(s) + H2O(g)
FeO(s) + CO(g) --> Fe(s) + CO2(g)

2) Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron.
Kelompok reaksi yang disebut reaksi oksidasi-reduksi (redoks) dikenal juga sebagai transfer elektron. Oksidasi adalah proses pelepasan elektron dari suatu zat. Reduksi adalah proses penangkapan elektron dari suatu zat. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks) melibatkan tranfer elektron dari zat pereduksi ke zat pengoksidasi.
Pada waktu melepaskan elektron suatu zat berubah menjadi bentuk teroksidasinya, karena itu zat tersebut bertindak sebagai zat pereduksi. Sebaliknya, zat pengoksidasi adalah zat yang menerima elektron dan karena itu zat tersebut mengalami reduksi. Reaksi oksidasi dan reduksi selalu berjalan serempak oleh karena itu jumlah elektron yang dilepas pada reksi oksidasi harus sama dengan jumlaah elektron yang ditangkap pada reaksi reduksi.

Contoh:
Na(s) + ½ Cl2(g) --> NaCl(s)
Dalam reaksi di atas terdapat dua peristiwa, yaitu:
Na --> Na+ + e (oksidasi)
½ Cl2 + e --> Cl- (reduksi)
Dalam reaksi Ca(s) + ½ O2(g) --> CaO(s) terdapat dua peristiwa, yaitu:
Ca --> Ca2+ + 2e (oksidasi)
½ O2 + 2e --> O2- (reduksi)

3) Konsep Redoks Berdasarkan Kenaikan dan Penurunan Bilangan Oksidasi.
Bilangan oksidasi dikenal sebagai tingkat oksidasi yang merujuk pada jumlah muatan yang dimiliki suatu atom. Untuk menentukan bilangan oksidasi suatu atom dalam senyawa dapat dipergunakan ketentuan berikut ini:
a) Bilangan oksidasi unsur bebas adalah 0 (nol). Contoh: O2, H2, N2, Cl2, Br2, I2, dan lain-lain.
b) Jumlah total bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu senyawa adalah 0 (nol). Contoh: H¬2SO4, jumlah bilangan oksidasi dari 2 atom H + 1 atom S + 4 atom O adalah 0 (nol).
c) Jumlah total bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu ion poliatomik sama dengan muatan ion tersebut. Contoh: Cr2O72-, jumlah bilangan oksidasi dari 2 atom Cr + 7 atom O adalah -2.
d) Unsur-unsur tertentu dalam membentuk senyawa mempunyai bilangan oksidasi tertentu, misalnya:
- Atom-atom golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1.
- Atom-atom golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, dan Ba) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +2.
- Atom-atom golongan IIIA (B, Al, dan Ga) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +3.
- Atom hidrogen (H) dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi +1, kecuali dalam hibrida logam. Pada hibrida logam, seperti LiH, NaH, CaH¬2, MgH2, dan AlH3, atom hidrogennya mempunyai bilangan oksidasi -1.
- Atom oksigen (O) dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi -2, kecuali pada senyawa peroksida dan OF2. Pada peroksida, seperti H2O2, Na2O2, dan BaO2, atom oksigennya mempunyai bilangan oksidasi -1, sedangkan pada OF2 atom oksigennya mempunyai bilangan oksidasi +2.

Di dalam konsep yang berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi, reaksi oksidasi adalah reaksi yang disertai dengan kenaikan bilangan oksidasi sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi yang disertai dengan penurunan bilangan oksidasi. Contoh:


b. Oksidator dan Reduktor dalam Reaksi Redoks.
Oksidator (pengoksidasi) adalah zat yang dalam reaksi redoks menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Dalam peristiwa ini zat pengoksidasi mengalami reduksi. Reduktor (pereduksi) adalah zat yang dalam reaksi redoks menyebabkan zat lain mengalami reduksi. Dalam peristiwa ini zat pereduksi mengalami oksidasi. Contoh:


c. Reaksi Autoredoks.
Reaksi ini sering disebut sebagai reaksi disproporsionasi. Pada reaksi autoredoks terjadi proses reaksi redoks, tetapi yang mengalami oksidasi dan reduksi merupakan spesies yang sama.
Contoh:

Pada reaksi di atas, Cl2 merupakan spesies yang mengalami oksidasi sekaligus mengalami reduksi. Jadi, reaksi di atas termasuk reaksi auturedoks.



d. Tata Nama Senyawa Redoks.
Tata nama senyawa redoks sesuai aturan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) ditentukan berdasarkan atas bilangan oksidasinya. Aturan penulisan nama-nama senyawa redoks sebagai berikut.
1) Senyawa yang Berasal dari Unsur-unsur Non Logam.
Pemberian nama senyawa unsur-unsur non logam dilakukan dengan cara menyebutkan jumlah unsur non logam pertama, nama unsur non logam pertama, jumlah unsur non logam kedua, dan nama unsur non logam kedua. Pada penamaannya, jumlah unsur disebutkan dengan angka Yunani.
Tabel 1.1 Jumlah Unsur dalam Angka Yunani

Jumlah Unsur Angka Yunani
1 Mono-
2 Di-
3 Tri-
4 Tetra-
5 Penta-
6 Heksa-
7 Hepta-
8 Okta-
9 Nona-
10 Deka-


Contoh:
CO2 : karbon dioksida
CS2 : karbon disulfida
N2O3 : dinitrogen trioksida

2) Senyawa yang Berasal dari Unsur Logam dengan Non Logam.
Cara untuk menentukan nama senyawanya dengan menyebutkan nama logam dalam bahasa Indonesia diikuti bilangan oksidasinya (dalam angka Romawi) lalu diikuti nama anionnya.


Contoh:
FeCl2 : besi (II) klorida
CuO : tembaga (II) oksida
Fe2(SO4)3 : besi (III) sulfat

e. Peranan Lumpur Aktif dalam Pengolahan Air Limbah
Air limbah mengndung berbagai macam bahan/zat, diantaranya zat organik. Zat organik yang berada dalam air limbah akan mengalami oksidasi oleh oksigen yang terdapat dalam air, sehingga akan menurunkan kadar oksigen yang terlarut dalam air (Dissolved Oxygen). Kadar oksigen terlarut yang rendah (DO rendah) dapat berakibat kematian pada hewan-hewan air, misalnya ikan. Banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikro organisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu disebut Biochemical Oxygen Demand (BOD). Bila harga BOD dalam air terlalu besar dapat menimbulkan bau tidak sedap karena mengakibatkan oksidasi berlangsung tanpa oksigen.

Oleh karena itu, air limbah harus diproses untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan tersebut. Untuk mengurangi zat organik dalam air limbah dilakukan reaksi oksidasi menggunakan lumpur aktif. Lumpur aktif (activated sludge) adalah lumpur yang mengandung banyak baakteri aerob yang dapat menguraikan sampah organik.

D. KESIMPULAN

Pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi. Materi dalam hal ini adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Karena di dalam memahami materinya peserta didik dapat bertanya kepada teman pasangannya atau teman yang mengemukakan pendapat (presentasi) di depan kelas. Jadi, mereka lebih aktif dalam hal untuk memahami materi pelajaran. Tidak lagi pasif yang hanya berperan sebagai pendengar atau pencatat.

Di dalam pembelajaran kooperatif peserta didik diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan tentang fakta, konsep, dan teori dalam pembelajaran kimia. Setelah mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) peserta didik memahami materi maka diharapkan hasil belajarnya dapat meningkat.

E. PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyaadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapaat bermanfat bagi kita semua. Amien.

DAFTAR PUSTAKA


Achmad, Rukaesih, Kimia Lingkungan, Yogyakarta: Andi, 2004.

Arends, Richard I., Learning to Teach, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, Cet. 1.

Arifin, Mulyati, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, Bandung: JICA Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, 2000.

Chang, Raymond, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2004.

Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahannya, Jakarta: CV AS-SYIFA’, 2004.

Ibrahim, Muslimin, dkk., Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: UNESA University Press, 2001, Cet. 2.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson, Learning Together and Alone, Boston: University of Minnesota, 1994.

Lie, Anita, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT Grasindo, 2007, Cet. 5.

Nur, Mohamad, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Pusat Sains dan Matematika UNESA, 2005, Cet. 1.

Partana, Crys Fajar, dkk., Kimia Dasar 2, Yogyakarta: JICA Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, 2003.

Pranowo, Deni, dkk., Kimia Kelas X Semester 2 untuk SMA dan MA, Klaten: PT. Intan Pariwara, 2006.

Rivai, Harrizul, Asas Pemeriksaan Kimia, Jakarta: UI Press, 2006.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007, Cet. 3.

Sastrohamidjojo, Hardjono, Kimia Dasar, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005, Cet. 2.

Slavin, Robert E., Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2008, Cet. 1.

Sudarmo, Unggul, Kimia SMA 1 untuk SMA Kelas X, Jakarta: Phibeta, 2006.

Sugiyarto, Kristian H., Kimia Anorganik I, Yogyakarta: JICA Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta, 2004.

Sunardi, Kimia Bilingual untuk SMA/MA Kelas X, Bandung: CV. Yrama Widya, 2008, Cet. 3.

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, Cet. 1.

Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khubuwy, Durratu An-Nashihin, Bandung: Al-Ma’arif, t.t.
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000.

October 12, 2009

Ilmu Kimia

Ilmu kimia di kemudian hari berkembang sangat pesat dan dikenal banyak orang. Tapi, hanya sedikit yang tahu siapa sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu eksakta tersebut. Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia.

Kimia (dari bahasa Arab كيمياء "seni transformasi" dan bahasa Yunani χημεία khemeia "alkimia") adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom.

Kimia umumnya dibagi menjadi beberapa bidang utama. Terdapat pula beberapa cabang antar-bidang dan cabang-cabang yang lebih khusus dalam kimia.
• Kimia analitik adalah analisis cuplikan bahan untuk memperoleh pemahaman tentang susunan kimia dan strukturnya. Kimia analitik melibatkan metode eksperimen standar dalam kimia. Metode-metode ini dapat digunakan dalam semua subdisiplin lain dari kimia, kecuali untuk kimia teori murni.
• Biokimia mempelajari senyawa kimia, reaksi kimia, dan interaksi kimia yang terjadi dalam organisme hidup. Biokimia dan kimia organik berhubungan sangat erat, seperti dalam kimia medisinal atau neurokimia. Biokimia juga berhubungan dengan biologi molekular, fisiologi, dan genetika.
• Kimia anorganik mengkaji sifat-sifat dan reaksi senyawa anorganik. Perbedaan antara bidang organik dan anorganik tidaklah mutlak dan banyak terdapat tumpang tindih, khususnya dalam bidang kimia organologam.
• Kimia organik mengkaji struktur, sifat, komposisi, mekanisme, dan reaksi senyawa organik. Suatu senyawa organik didefinisikan sebagai segala senyawa yang berdasarkan rantai karbon.
• Kimia fisik mengkaji dasar fisik sistem dan proses kimia, khususnya energitika dan dinamika sistem dan proses tersebut. Bidang-bidang penting dalam kajian ini di antaranya termodinamika kimia, kinetika kimia, elektrokimia, mekanika statistika, dan spektroskopi. Kimia fisik memiliki banyak tumpang tindih dengan fisika molekular. Kimia fisik melibatkan penggunaan kalkulus untuk menurunkan persamaan, dan biasanya berhubungan dengan kimia kuantum serta kimia teori.
• Kimia teori adalah studi kimia melalui penjabaran teori dasar (biasanya dalam matematika atau fisika). Secara spesifik, penerapan mekanika kuantum dalam kimia disebut kimia kuantum. Sejak akhir Perang Dunia II, perkembangan komputer telah memfasilitasi pengembangan sistematik kimia komputasi, yang merupakan seni pengembangan dan penerapan program komputer untuk menyelesaikan permasalahan kimia. Kimia teori memiliki banyak tumpang tindih (secara teori dan eksperimen) dengan fisika benda kondensi dan fisika molekular.
• Kimia nuklir mengkaji bagaimana partikel subatom bergabung dan membentuk inti. Transmutasi modern adalah bagian terbesar dari kimia nuklir dan tabel nuklida merupakan hasil sekaligus perangkat untuk bidang ini.

Atom adalah suatu kumpulan materi yang terdiri atas inti yang bermuatan positif, yang biasanya mengandung proton dan neutron, dan beberapa elektron di sekitarnya yang mengimbangi muatan positif inti. Atom juga merupakan satuan terkecil yang dapat diuraikan dari suatu unsur dan masih mempertahankan sifatnya, terbentuk dari inti yang rapat dan bermuatan positif dikelilingi oleh suatu sistem elektron.

Unsur adalah sekelompok atom yang memiliki jumlah proton yang sama pada intinya. Jumlah ini disebut sebagai nomor atom unsur. Sebagai contoh, semua atom yang memiliki 6 proton pada intinya adalah atom dari unsur kimia karbon, dan semua atom yang memiliki 92 proton pada intinya adalah atom unsur uranium.

Ion atau spesies bermuatan, atau suatu atom atau molekul yang kehilangan atau mendapatkan satu atau lebih elektron. Kation bermuatan positif (misalnya kation natrium Na+) dan anion bermuatan negatif (misalnya klorida Cl−) dapat membentuk garam netral (misalnya natrium klorida, NaCl). Contoh ion poliatom yang tidak terpecah sewaktu reaksi asam-basa adalah hidroksida (OH−) dan fosfat (PO43−).

Senyawa merupakan suatu zat yang dibentuk oleh dua atau lebih unsur dengan perbandingan tetap yang menentukan susunannya. sebagai contoh, air merupakan senyawa yang mengandung hidrogen dan oksigen dengan perbandingan dua terhadap satu. Senyawa dibentuk dan diuraikan oleh reaksi kimia.

Molekul adalah bagian terkecil dan tidak terpecah dari suatu senyawa kimia murni yang masih mempertahankan sifat kimia dan fisik yang unik. Suatu molekul terdiri dari dua atau lebih atom yang terikat satu sama lain.

Suatu 'zat kimia' dapat berupa suatu unsur, senyawa, atau campuran senyawa-senyawa, unsur-unsur, atau senyawa dan unsur. Sebagian besar materi yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu bentuk campuran, misalnya air, aloy, biomassa,

Tata nama IUPAC : singkatan dari Internasional Union Pure and Aplied Chemistry , suatu badan internasional yang mengatur hal-hal peristilahan dan sistem tata nama kimia

KAREKTERISTIK MATA PELAJARAN KIMIA
Mata Pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA/MA pada kelas X secara umum sebelum penjurusan, dan pada kelas XI dan XII untuk jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pemahaman dan penerapan pembelajaran kimia merupakan suatu hal yang penting untuk dikaji agar proses pembelajaran kimia dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut akan dijelaskan beberapa yang berkaitan dengan kimia dan pembelajarannya.

a. Pengertian Kimia
Ilmu kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang secara khusus mempelajari gejala-gejala yang terjadi pada zat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan zat, yaitu komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energetika zat, baik dari skala mikro maupun dari skala makro. Skala mikro dari zat, yaitu atom-atom, molekul-molekul, sedangkan dari skala makro, yaitu zat secara umum dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP: 2006) objek ilmu kimia adalah gejala-gejala alam yang berkaitan dengan zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energi yang menyertainya. Sebagai suatu cabang ilmu kimia mempunyai beberapa bidang ilmu, diantaranya: kimia organik, kimia anorganik, biokimia, kimia nuklir dan radiokimia, kimia fisik, kimia makromolekul, dll.

b. Pembelajaran Kimia di SMA/MA
Mata Pelajaran Kimia di SMA/MA merupakan suatu dasar tentang kimia yang menjadi bekal pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan bagi peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Dengan demikian dalam pembelajaran kimia perlu mengaitkan antara keterampilan dengan penalaran. Secara umum menurut BNSP (2006) materi pelajaran kimia terdapat dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk temuan ilmuwan secara ilmiah (berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) dan kimia sebagai proses. Oleh karena itu, pembelajaran kimia baik dalam proses maupun penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karekteristik kimia sebagai proses dan produk

c. Tujuan Pembelajaran Kimia
Tujuan pembelajaran kimia di SMA/MA secara khusus, yaitu memberi bekal kepada peserta didik tentang pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Secara umum tujuan pembelajaran kimia di SMA/MA menurut BSNP (2006) ialah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari bahwa keteraturan dan keindahan alam merupakan kegagungan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain

Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat
Memahami konsep-prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Menurut Tresna Sastrawijaya (1998 : 113 ), tujuan pembelajaran kimia adalah memperoleh pemahaman yang telah lama perihal fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam penggunaan laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kimia tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar.

Proposal Skipsi Studi Komparasi

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA DENGAN BANTUAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DAN COURSE REVIEW HORAY POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 15 SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008

PROPOSAL

Oleh :
Arif Fadholi W.A
3105328

I. JUDUL : KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA DENGAN BANTUAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DAN COURSE REVIEW HORAY POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 15 SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008

II. PENDAHULUAN
Sering kali dalam proses pembelajaran adanya kecenderungan siswa tidak mau bertanya pada guru meskipun sebenarnya belum mengerti materi yang diajarkan. Strategi yang sering digunakan oleh guru untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkannya dalam diskusi. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah mendorong siswa untuk berpartisipasi. Sebagian siswa terpaku menjadi penonton, sementara arena diskusi hanya dikuasai segelintir siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Pengajar perlu menciptakan suasana belajar dimana siswa bekerja secara gotong royong.

Untuk itu, diperlukan pengembangan pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang dapat menumbuhkan semangat belajar dan memperkuat daya ingat siswa terhadap materi yang dipelajari. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain memilih metode yang tepat, sesuai materinya dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Salah satunya adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu belajar mengajar dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelomppok kecil. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan pada penelitian ini adalah Scramble dan Course Review Horay.
Kedua model pembelajaran ini mempunyai persaman yaitu membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari 2-4 siswa yang heterogen dan sama-sama menekankan adanya latihan soal pada setiap akhir pertemuan. Dengan adanya latihan soal tersebut diharapkan materi yang sudah dipelajari dapat terekam langsung oleh siswa. Jawaban yang sudah tersedia dan disusun secara acak pada model pembelajaran Scramble diharapkan dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mengerjakan soal tersebut. Selain itu, dengan adanya pembentukan kelompok diharapkan dapat melatih kerjasama siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

Berbeda dengan model pembelajaran Scramble, model pembelajaran Couerse Review Horay diharapkan dapat melatih kerjasama siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok. Selain itu, dengan adanya keikutsertaan siswa dalam penilaian soal diharapkan dapat menumbuhkan dan menanamkan kejujuran siswa. Ciri khas yel-yel dalam metode ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Dengan menuliskan jawabannya langsung setelah soal dibacakan oleh guru dapat menambah keaktifan siswa dan kecepatan dalam berfikir.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:
“Komparasi Hasil Belajar Kimia dengan Bantuan Model Pembelajaran Scramble dan Course Review Horay Pokok Bahasan Sistem Koloid siswa Kelas XI Semester II SMA Negeri 15 Semarang Tahun Ajaran 2007/2008.”

III. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan bantuan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay pada poko bahasan Sistem Koloid siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.
2. Jika ada perbedaan, manakah diantara kedua model pembelajaran tersebut yang memberikan hasil belajar lebih baik untuk pokok bahasan Sistem Koloid pada siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.

IV. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:
1. Ada tidaknya perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay pada pokok bahasan Sistem Koloid siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.
2. Manakah diantara kedua model pembelajaran tersebut yang memberikan hasil belajar yang lebih baik untuk pokok bahasan Sistem Koloid siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.

V. LANDASAN TEORI
5.1 Pengertian Belajar
Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Sedangkan menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memikili keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsure utama:
1. Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku.
2. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
3. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relative permanen.

5.2 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

5.3 Scramble
Scramble adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan membagi lembar kerja yang berisi pertanyaan pada akhir pertemuan dan harus dijawab oleh siswa. Lembar kerja tersebut sudah dilengkapi dengan jawaban yang disusun secara acak. Dengan jawaban yang telah disusun secara acak tersebut diharapkan dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mengerjakan soal tersebut. Dalam model pembelajaran ini akan dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah (1) Guru menyajikan materi sesuai topik, (2) guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (3) membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.

5.4 Course Review Horay
Course Review Horay adalah suatu model pembelajaran kooperatif dengan pengujian pemahaman menggunakan soal, jawaban soal tersebut dituliskan pada kartu yang telah dilengkapi oleh nomor, nomor tersebut berupa nomor soal yang telah ditentukan oleh guru. Setelah itu jawaban langsung didiskusikan bersama. Apabila jawaban siswa benar maka akan mendapatkan tanda (V) dan langsung berteriak horay. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-4 siswa, kemudian disuruh membuat kartu sesuai dengan kebutuhan dan tiap kartu diisi dengan nomor soal yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian guru membacakan soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kartu yang nomornya disebutkan guru kemudian jawaban langsung didiskusikan bersama, kalau benar jawaban diisi tanda benar (V) dan salah diisi tanda silang (X). Siswa yang sudah mendapat tanda benar (V) langsung berteriak horay. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa lebih semangat dalam belajar karena pembelajarannya tidak monoton diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran ini adalah sebakai berikut: (1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi sesuai topic, (3) memberikan siswa Tanya jawab, (4) guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (5) untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kartu sesuai dengan kebutuhan dan setiap kartu diisi angka sesuai dengan selara masing-masing, (6) guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban didalam kartu yang nomornya disebutkan oleh guru kemudian langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda (V) dan salah diisi dengan tanda (X), (7) siswa yang sudah mendapat tanda (V) harus berteriak horay, (8) nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan jumlah horay yang telah diperoleh.
Adapun contoh soal dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
Pertanyaan:
1. partikel yang berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm adalah……
2. jenis koloid dengan fase terdispersi padat dan fase pendispersi cair adalah……
3. pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut…

VI. METODOLOGI PENELITIAN
6.1 Metode Penentuan Objek
6.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang.
6.1.2 Sampel
Sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sebelum pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas populasi menggunakan uji Barlett, karena populasi memiliki homogenitas yang sama maka, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster random sampling, yaitu dengan mengambil dua kelas secara acak sebagai sampel dari kelas yang ada pada pada populasi.

6.2 Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab, dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay.
2. Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar kimia siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang yang diperlakukan dengan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay.

6.3 Teknik Pengumpulan Data
6.3.1 Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa dan daftar nilai mata pelajaran kimia semester II. Data tersebut dipakai untuk uji homogenitas dan uji kesamaan .
6.3.2 Tes
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dikaitkan dengan penggunaan model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay. Tes ini diberikan setelah kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II diberi perlakuan. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Sebelum tes digunakan untuk memperoleh data dari sampel sebagai objek penelitian, terlebih dahulu diadakan uji coba tes pada kelas diluar kelas eksperimen I dan eksperimen II.
6.3.3 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan yang meliputi pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Observasi ini bertujuan untuk mengambil data nilai afektif dan psikomotorik sebagai data sekunder. Observasi dilakukan pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman kriteria sebagai instrument pengamatan.

VII. HIPOTESIS
Hipotesis sementara yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan
model pembelajaran Scramble dan Course Review Horay. Pada pokok bahasan Sistem Koloid pada siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.
2. Hasil belajar kimia siswa yang menggunakan model pembelajaran Course Review Horay lebih baik dari pada Scramble pada pokok bahasan Sistem Koloid pada siswa kelas XI semester II SMA Negeri 15 Semarang tahun pelajaran 2007/2008.

VIII. PENUTUP
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya proposal dapat selesai, tidak ada yang patut penulis banggakan, selain semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama penulis.
Namun demikian mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan. Dan kepada semua pihak yang ikut memberikan masukan serta dukungan dalam penulisan proposal ini, penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA


Abu, Ahmadi dan Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anita,Lie. 2007. Cooperative Learning (mempraktikan cooperative learning di ruang-ruang kelas). Jakarta: Gramedia.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Http://learning-with me.blogspot.com/2006_09_01_learning-with-me_archive.html

Mohamad, Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

Kelebihan & Kekurangan TPS

oleh:
Arif Fadholi Wahid Assyafi'i

Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)
- Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
- Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
- Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
- Interaksi lebih mudah.
- Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
- Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
- Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
- Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
- Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
- Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
- Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
- Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
- Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
- Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
- Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
- Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
- Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
- Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
- Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
- Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
- Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
- Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
- Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
- Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
- Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
- Lebih sedikit ide yang muncul.
- Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
- Menggantungkan pada pasangan.
- Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
- Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
- Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
- Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
- Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.
- Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
- Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.
- Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
- Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.

Metode Think Pair Share

Metode TPS (Think Pair Share)

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Tingkah Laku Guru:
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

Fase-2 Menyajikan informasi
Tingkah Laku Guru:
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Tingkah Laku Guru:
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Tingkah Laku Guru:
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

TPS (Think-Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperaif, dari pada penghargaan individual ( Ibrahim dkk : 2000 ).

Metode pengajara tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca. Guru lebih memilih metode Think-Pair-Share dari pada metode tanya jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and answer).

TPS digunakan untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan ingin maju. Guru memberi informasi, hanya informasi yang mendasar saja, sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. Atau guru menjelaskan materi dengan mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak sehingga memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengalaman yang baru bahkan membuat anak didik mudah memusatkan perhatian. Karenanya guru sangat perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan anak didik yang didapatinya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, titik pusat (fokus) dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan. Dalam upaya itu, guru menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS. Strategi TPS dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam lingkungan seluruh kelompok.

Andaikan guru baru saja menyelesaikan suatu pengkajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas atau situasi teka-teki telah ditemukan. Dan guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau didalami.Guru akan membiarkan dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan menemukan sendiri informasi. Untuk menggairahkan anak didik dalam menerima pelajaran dari guru, anak didik diupayakan untuk belajar sambil bekerja dan belajar bersama dalam kelompok.

Anak didik yang bergairah belajar seseorang diri akan semakin bergairah bila dilibatkan dalam kerja kelompok. Tugas yang berat dikerjakan seorang diri akan menjadi mudah bila dikerjakan bersama. Anak didik yang egois akan menyadari pentingnya kehidupan bersama dalam hal tertentu. Dan anak didik untuk terbiasa menghargai pendapat orang lain dari belajar bersama yaitu anak didik yang belum mengerti penjelasan guru akan menjadi mengerti dari hasil dari hasil penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok. Dalam kasus-kasus tertentu penjelasan anak didik lebih efektif dimengerti dari pada penjelasan dari guru.
Kelebihan Strategi TPS (Think-Pair-Share) memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

Sedangkan kelemahan dari TPS (Think-Pair-Share) antara lain:
1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

Sesuai dengan namanya, berikut ini adalah langkah-langkah yang diterapkan dalam TPS (Think-Pair-Share):
Tahap 1: Think (berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yan berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2: Pairing (berpasangan). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengijinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Untuk lebih jelasnya disini akan dijelaskan langkah-langkah pada tahap ke-2 ini adalah:
1 Langkah 1 : Bekerja berpasangan. Tim atau kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan. Satu siswa di dalam pasangan itu mengerjakan lembar kegiatan atau masalah, sementara siswa yang lain membantu atau melatih.
2 Langkah 2 : Pelatih mengecek. Siswa yang menjadi pelatih mengecek pekerjaan partnernya. Apabila pelatih dan partnernya itu tidak sependapat terhadap suatu jawaban atau ide, mereka boleh meminta petunjuk dari pasangan lain.
3 Langkah 3 : Pelatih memuji. Apabila pelatih dan partner sependapat, pelatih memberikan pujian.
4 Langkah 4 : Bertukar peran. Seluruh partner bertukar peran dan mengulangi langkah 1-3 sampai semuanya setuju dangan jawaban yang dikerjakan.

Tahap 3: Sharing (berbagi). Pada tahp akhir, guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai yang telah mereka bicarakan. Langkah ini efektif jika guru bekeliling kelas dari pasangan yang satu kepasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melaporkan.

Kelompok Berpasangan
Kelebihan:
• meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana
• lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok
• interaksi lebih mudah
• lebih mudah dan cepat membentuknya.
Kekurangan:
• banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
• lebih sedikit ide yang muncul
• jika ada perselisihan,tidak ada penengah


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair and Share (TPS) – Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5) kesimpulan

Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain berasal dari segi siswa, yakni: siswa-siswa yang pasif, dengan metode ini mereka akan ramai dan mengganggu teman-temannnya. Tahap pair siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi bersama pasangan satu bangku dengannya tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi pelajaran, menggantungkan pada pasangan dan kurang berperan aktif dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut pada
pasangan yang lain. Jumlah siswa di kelas juga berpengaruh terhadap pelaksanaan metode think pair share ini. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok. Akibatnya terdapat kelompok yang beranggotakan lebih dari 2 (dua) siswa. Hal ini akan memperlambat proses diskusi pada tahap pair, karena pasangan lain telah menyelesaikan sementara satu siswa tidak mempunyai pasangan. Hambatan lain yang ditemukan yaitu dari segi waktu. Kelemahan lain yang terjadi pada tahap think adalah ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan siswa yang suka mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum diselesaikan. Hal ini berdampak pada hasil belajar ranah kognitif, yaitu siswa kurang menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya. Metode ini membutuhkan banyak waktu karena terdiri dari 3 (tiga) langkah yang harus dilaksanakan oleh seluruh siswa yang meliputi tahap think, pair, share. Untuk mengatasi hambatan dalam penerapan metode kooperatif think pair share yaitu guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus siswa lalui. Hal tersebut dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses pembelajaran ini. Guru akan memberikan point pada
siswa, jika siswa tersebut mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau memberikan sanggahan pada tahap share.

model pembelajaran Think-Pair-Share diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran Think-Pair-Share itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model pembelajaran Think-Pair-Share dapat disosialisasikan dan
digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think-Pair-Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain

Di samping mempunyai keunggulan, model pembelajaran Think-Pair-Share juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya adalah: (1) metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah, (2) sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal, (3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa (Lie : 2004).

Model pembelajaran Think-Pair- Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan
orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:57). Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair- Share adalah: (1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok
dan berdiskusi dengan pasangannya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004: 58). Think-Pair-Share memiliki prosedur ynag ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003 : 66). Sebagai contoh, guru baru
saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut.

Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share sederhana, namun penting trutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok . Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut:

Tahap 1 : Thingking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik.
Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think-Pair-Share adalah:
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranyya masing-masing.
Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.
Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah ang telah mereka diskusikan. Kegiatan “berpikir-berpasaangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Jones (2002), akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

Menurut Spencer Kagan ( dalam Maesuri, 2002:37) manfaat Think-Pair-Share adalah: (1) para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga mungkin
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.

Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif, model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royaong. Model ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh kelas.
Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah tertentu. Menurut Muslimin (2001: 26) langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu : Berpikir (Thinking), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share)
Tahap 1 : Thinking (berpikir)
Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Share (berbagi)
Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Keunggulan dari Think-Pair-Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model Think-Pair-Share ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah: a) memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan b) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah, c) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, d) siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar, e) memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12). Senada dengan pendapat Hartina, Lie (2005: 46) mengemukakan bahwa kelebihan dari kelompok berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang siswa) adalah 1) akan meningkatkan pasrtisipasi siswa, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, dan 5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah: 1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, 2) lebih sedikit ide yang muncul, dan 3) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran think-pair-share sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan dalam kerja kelompok. Dalam model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Adanya kegiatan berpikir-berpasangan-berbagi dalam metode thinkpair-share memberi banyak keuntungan. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat. Menurut Nurhadi (2003: 65), akuntabilitas berkembang karena setiap siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberi ide atau jawaban kepada pasangannya.

Kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk. (2000:6):
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
2. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan
mempengaruhi hasil belajar mereka.
3. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
4. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
5. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini
dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
6. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Kelemahan metode TPS adalah pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa (Ibrahim,2000:18).

Puisi_Puisi

Dimana Kasihku??
By : Arief

Aku adalah orang yang sepi
Aku adalah orang yang sendiri
Hati ini layu
Hati ini rapuh
Tak ada yang menemani
Hati ini butuh sesuatu...
Wahai kasihku,
Dimanakah kiranya engkau?
Kau adalah jiwaku
Kau adalah ruhku
Dan kau adalah semangatku
Hidupku hampa tanpamu
Hidupku tak berarti tanpamu
Dimanakah engkau,
Wahai kasihku?
Dimanakah engkau???
Dimanakah engkau???


MAKNA CINTA

Cinta adalah anugerah
Cinta adalah perasaan hati
Cinta itu suci, cinta itu putih
Cinta itu butuh pengorbanan
Cinta adalah misteri kehidupan
Cinta bisa membuat bahagia
Dapat pula membuat sengsara
Dengan cinta hidup bisa indah
Dapat pula menjadi sedih
Itulah makna dari Cinta
Yang kita tidak tahu arahnya

Ar I2 F- F4Dh+ O2 Li

Suara hati
By : F4Dh+O2Li-

Dulu kau adalah cintaku
Dulu kau adalah kasihku
Dulu kau adalah sayangku
Ku tak bisa jauh darimu
Walaupun hanya satu detik
Akan tetapi ketika ada
Yang menghalangi kita
Yaitu jarak yang memisahkannya
Hatiku gundah, hatiku resah
Ku tak bisa bertemu denganmu
Ku tak bisa dekat denganmu
Suara hati pun berkata,
Kenapa harus begini??
Kenapa harus seperti ini??
Suara hati pun bertanya,
Apakah ini takdirku???
Apakah kita tak bisa bertemu???
Dan apakah kita tak bisa bersatu???
Wahai Tuhanku. .............?


H I T A M K U

Aku merasa bersalah
Hingga hati ini resah
Dan juga gundah
Maafkan segala salahku
Atas semua perbuatanku
Akan ku hapus hitamku
Hanya untukmu
Trima kasih, sayangku
Jika kau maafkanku
Tak akan ku ulangi salahku
Jika ku mampu

Created By :
Ar + I2 + F2-

Lembar baru

Dia adalah masa laluku
Masa lalu yang terus tertinggal
Dan kau adalah masa depanku
Harapan baruku,
Dan juga penerang jiwaku
Masa lalu biarlah berlalu
Dan ku terus maju
Menghadapi lembar baru
S’lamat tinggal masa lalu
S’lamat datang masa baru

By : 150787
F4 Dh O2 Li

BINTANGKU

Bintang.......
Inginku jauhi dirimu
Tanpa menatapmu
Tanpa menyentuhmu
Tanpa membayangkanmu
Namun.......
Malam pun memihakmu
Tiap malam kau datang membayangiku
Walau bulan t’lah menghiburku
Tapi kenapa????
Sinarmu slalu ada
Mendampingi sang bulan
Yang membuatku masih resah

By : F4IzZ4H
210187


KARENAMU

Bintang malam ini
Akan lebih terang
Cahayanya untukmu
Matahari pagi ini
Akan lebih hangat
Sinarnya untukmu
Udara siang ini
Akan lebih sejuk bagimu
Dihari ini aku
Hanya ingin bersamamu
Karena kamu.......
Aku hidup...........
Hari ini bukan waktunya
Untuk bersedih
Hari ini bukan waktunya
Untuk menangis
Karena aku yakin
Orang yang mencintaimu
Tidak akan rela
Melihatmu menangis


By : Najiullah
210588

Tata Nama Senyawa Anorganik

(TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK )

1. Cara penulisan rumus kimia senyawa :
Senyawa ion : A x+ + By – digabung menjadi senyawa → A y Bx
Senyawa kovalen dari atom P dengan biloks +m dan atom Q dengan biloks –n senyawanya dengan rumus kimia : PnQm

2. Cara memberi nama :
Ditulis ion /atom positif diikuti ion/atom negatifnya dengan catatan sbb :
a. Senyawa yang terdapat anion / atom negatifnya tunggal tidak beroksigen atau oksigen sendiri , senyawanya disebut senyawa biner dan namanya diberi akhiran ida atau ide . yaitu :
F- = fluoride S2- = sulfida
Cl- = klorida O2- = oksida
Br- = Bromida N3- = nitrida
I- = iodida H- = hidrida
b. Bila ion positif atau logamnya polivalen nama harus dibedakan dengan ditunjukkan bilangan oksidasinya bilangan oksidasinya sbb :
Fe2+ = ferro atau besi ( II ) Hg2+ = hidrargiri atau merkuri atau raksa(II)
Fe3+ = ferri atau besi ( III) Hg+ = hidrargiro atau merkuro atau raksa(I)
Cu2+ = cupri atau tembaga ( II) Sn4+ = stani atau timah (IV)
Cu+ = cupro atau tembaga ( I ) Sn2+ = stano atau timah (II)
Pb4+ = plumbi atau timbale ( IV)
Pb2+ = plumbo atao timbale (II)

1. Senyawa Garam → nama ion logam + diikuti nama ion – non logam
Contoh :
KCl = kalium klorida
AlBr3 = aluminium bromide
Fe2S3 = ferri sulfida / besi (III) sulfida / Iron (III) sulfide
CuS = cupri sulfida / Tembaga (II) sulfida / Cupper (II) sulfide
CuSO4 = cupri sulfat / Tembaga (II) sulfat / Cupper (II) sulfat
Hg(NO3)2 = merkuri nitrat / Raksa (II) nitrat / Hidrargirum (II) nitrat

2. Senyawa basa → nama selalu diakhiri kata hidroksida karena anionnya selalu OH-
Contoh :
Al(OH)3 = aluminium hidroksida
KOH = kalium hidroksida
Fe(OH)3 = ferri hidroksida
Cu(OH)2 = cuprri hidroksida
Ba(OH)2 = barium hidroksida

3. Senyawa Asam → nama asam selalu diawali kata asam karena kationnya selalu H+
Contoh :
H2SO4 = asam sulfat HCl = asam klorida
HClO4 = asam perklorat H2S = asam sulfida
HNO3 = asam nitrat

4. Senyawa biner tidak mempunyai ion yaitu untuk( senyawa kovalen non polar ).
Bila senyawanya biner non logam dengan non logam ( kovalen ) penulisan nama dengan urutan sbb : awalan jumlah atomnya diikuti nama unsure non logamnya dan nama unsure kedua( yang lebih besar elektronegatifitasnya ) diberi akhiran ida . Adapun awalan jumlah atom sbb :
1 = mono 5 = penta 9 = nona
2 = di / bi 6 = heksa 10 = deka
3 = tri 7 = hepta
4 = tetra 8 = okta
Contoh :
NO2 = nitrogen dioksida CCl4 = karbon tetraklorida
P2O5 = difosfor pentaoksida CS2 = karbon disulfida

5. Senyawa biner tidak mempunyai ion dan punya nama khusus .
Contoh :
NH3 = amoniak
H2O = aquadest atau air
H2O2= perhidrol

Minyak Bumi

MINYAK BUMI

A. Asal-Usul Minyak Bumi.
- Minyak bumi terjadi dari pelapukan jasad renik yang terkubur berjuta-juta tahun.
- Minyak bumi dan gas alam sering ditemukan bersama di dalam tanah berupa cairan kental berwarna merah.
Sebagian besar minyak bumi mengandung komposisi hidrokarbon dan beberapa senyawa lain. Komposisi kandungannya berbeda-beda tergantung tempat ditemukannya. Senyawa yang terdapat dalam minyak bumi adalah:

a. Alkana
Alkana banyak terdapat adalah alkana rantai lurus dan rantai bercabang. Contoh; CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 n oktana.
CH3

CH3 – C - CH2-CH-CH3 iso oktana
2,2,4 trimetil pentana
CH3 CH3

b. Sikloalkana
cintoh: H2C H2C
H2C CH – CH3 H2C CH-CH2-CH3
H2C CH2 H2C CH2
CH2
Metil siklopentana etil sikloheksana

c. Hidrokarbon aromatik
HC
HC CH bensena
HC CH
CH
d. Senyawa-senyawa lain
Contoh: senyawa belerang, senyawa nitrogen

B. Pengolahan dan komponen-komponen minyak bumi.
- Minyak bumi terdiri dari 5 komponen utama, yaitu:
Minyak bumi Komponen contoh
1. Hidrokarbon
2. Belerang
3. Oksigen
4. Nitrogen
5. Organologam 90-99%,
0,1-7%,
0,06-0,4%,
0,01-0,9%,
<0,01%,
alkana, sikloalkana, dan aromatis
tioalkana (R-S-R), alkanatiol (R-S-H)
asam karbksilat (R-COOH).
pirol ( C4H5N )
senyawa-senyawa dari logam Ni
.
Jumlah atom C
C1 –C5

C4 – C6
C5 – C12
C9 – C14
C14- C18
C16 – C18
C20 – C22

C25
C25 >>>

Untuk memperoleh minyak bumi, dilakukan dengan cara pengeboran yang hasilnya berupa minyak mentah yang belum dapat digunakan, sehingga dapat diolah lebih lanjut. Minyak mentah dipisahkan menjadi sejumlah fraksi-fraksi tertentu melalui proses destilasi/penyulingan bertingkat. Pemisahan minyak mentah ke dalam komponen-komponen murni (senyawa tunggal) tidak dapat dilakukan.
Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilasi minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang mendidihpada suhu tertentu. Di dalam menara fraksinasi sebagian minyak mentah m,enguap dan bergerak melalui bubble cups. Sebagian uap mencair dan mengalir terpisah dari fraksi lain. Uap yang tidak mencair terus naik ke atas dan akan mencair sedikit demi sedikit sesuai titik didihnya _dan diperoleh fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan titik didihnya dalam fraksi gas-gas.

- Beberapa hasil minyak bumi untuk bahan bakar.
a. Nafta, disebut juga bensin berat.
Diperoleh dari destilasi +/- 140o C- 180o C. digunakan untuk bahan bakar pada pembuatan senyawa aromatis.
b. Bensin, disebut juga premium.
Diperoleh dari destilasi +/- 70oC-140oC. digunakan untuk bahan bakar kendaran.
c. Kerosin, dikenal dengan nama minyak tanah.
Diperoleh dari destilasi +/- 180oC-250oC, digunakan untuk bahan bakar/lampu
d. AVTUR (aviation turgine kerosin)
Avtur adalah kerosin yang digunakan untuk bahan bakar pesawat jet.
e. Solar, disebut juga minyak diesel
Diperoleh pada destilasi +/- 200oC-350oC, digunakan untuk bahan bakar mesin diesel.
f. LPG adalah campuran gas propane butana dan isobutana yang dicairkan pada tekanan tinggi. Titik didihnya di bawah suhu kamar. digunakan untuk bahan bakar rumag tangga.

Tabel hasil destilasi dan kegunaan minyak bumi
Jumlah atom C fraksi fase Kegunaan
1-4
5-6
6-8
6-12
12-15
15-18
16-24
21-40
40 Gas alam
Petrol eter
Ligroin
Bensin
Minyak tanah/kerosin
Solar
Pelumas
Lilin
aspal Gas
Cair
Cair
Cair
Cair
Cair
Cair
Padat
padat
Bahan bakar dan kompor LPG
Pelarut
Pelarut
bahan bakar motor
Bahan bakar
Bahan bakar
pelumas
penerangan
pengeras jalan

Keterkaitan SETS
Environment
- Penguapan gas
- Hujan asam
- Pencamaran air
Science
- Minyak bumi
- Bahan bakar
teknologi Society
- Sebagai bahan bakar kompor - Penghematan bahan
gas (LPG) dan pesawat jet - Efisien dan praktis
- Sebagai bahan mesin diesel
- Sebagai senyawa karbon untuk aspal.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H.M. Suparmin, Kimia Media Profesional, (Surakarta : Mediatama, 2005)
Untung Tri Haryanto, Kimia Kreatif (Klaten, Viva Pakarindo, 2000)
http//zon.Hardian. or.id/+manfaat+gas elpiji &hl=en&et

Hidrokarbon

Hydrogen adalah golongan senyawa karbon yang paling sederhana. Hydrogen hanya terdiri dari dua unsure karbon (C) dan hydrogen (H). walaupun hanya terdiri dari dua jenis unsure. Hydrokarbon merupakan suatu senyawa kelompok senyawa yang besar. Dalam bagian ini, akan dibahas tentang penggolongan hidrokarbon, kemudian membahas tiga golongan hidrokarbon, yaitu alkana, alkena, alkuna.

1. Penggolongan Hidrokarbon
Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon di golongkan ke dalam hidrokarbon alifatik, alisiklik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik dan aromatic memiliki rantai lingkar (cincin). Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon di bedakan atas jenuh dan tak jenuh. Hidrokarbon jenuh adalah jika semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. (− C − C −) sedangkan hidrokarbon tak jenuh adalah jika terdapat satu ikatan rangkap (C − C = C −) atau ikatan rangkap tiga (− C ≡ C −).

2. Alkana
Alkana merupakan hidrokarbon alifatik jebuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbon. Karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. Rumus Lewis, rumus bangun, rumus molekul, serta model dan nama dari 3 anggota pertama alkana diberikan pada table 7.2.

a. Rumus Umum Alkana
Perhatikan rumus molekul metana, etana, dan propona di bawah ini:
Metona : CH4 , Etana : C2h6 , Propora : C3H8
Ternyata rumus molekul dari 3 senyawa yang berurutan berbeda sebesar CH2. selain itu, perbandingan jumlah atom C dengan atom H selalu sama dengan n : (2n + 2). Jadi rumus umum alkana adalah :
CnH2n+2

b. Deret Homolog
Suatu kelompok senyawa karbondengan rumus umum yang sama dan sifat yang bermiripan disebut satu homolog (deret sepancaran).
* Rumus Molekul dan Nama Alkana dengan jumlah Atom C−1 sampai dengan C−10.
Jenis
atom C RumusMolekul Nama
1 CH4 Metana
2 C2H6 Etona
3 C3H8 Propona
4 C4H10 Butana
5 C5H12 Pentona
6 C6H14 Heksana
7 C7H16 Heptana
8 C8H18 Oktana
9 C9H10 Nonana
10 C10H22 Dekana

c. Tata Nama Alkana
Penamaan senyawa korban telah diatur oleh komisi tatanama dari himpunan kimia sedunia atau IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan aturan ini disebut nama sistematis atau nama IUPAC. Berikut ini kita akan membahas tata nama alkana bercabang :
1) Nama IUPAC alkana bercabang terdiri dari dua bagian.
2) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul.
3) Cabang diberi nama alkyl, yaitu sama dengan nama alkana yang sesuai tetapi akhiran ana digantai dengan it, misalnya metana menjadi metil dan etana menjadi etil (lihat gambar 7.6)
4) Posisi cabang (cabang-cabang) ditunjukkkan dengan awalan angka. Untuk itu, rantai induk diberi nomor. Penomoran dimulai dari salah satu ujung sedemikian rupa sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.
5) Bila terdapat dari satu cabang sejenis, nama cabang disebut sekali saja dengan diberi awalan yang mengatakan jumlah cabang, misalnya 2 = di; 3 = tri; 4 = tetra, 5 = penta, dan seterusnya.
6) Bila terdapat lebih dari satu jenis cabang, maka cabang-cabang tersebut ditulis sesuai dengan urutan abjad, misalnya etil harus ditulis lebih dahulu daripada metil.

3. Alkena
Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap – C ≡ C
Rumus Struktur Rumus Molekul Nama
H H

C = C

H H
C2H4
Etana
H H H

C = C ─ C ─ H

H H C3H6 Propena
H H H H

C = C ─ C ─ C ─ H

H H H

H H H H

H ─ C ─ C = C ─ C ─ H

H H C4H8


a. Rumus Umum Alkena
Berdasarkan rumus molekul etana, propena dan butena : C2H4, C3H6, C4H8 dapat disimpulkan rumus umum alkena sebagai :
CnH2n

b. Tata Nama Alkena
Pemberian nama IUPAC alkena adalah sebagai berikut :
1. Rantai induk adalah rantai terpangang yang mempunyai ikutan rangkap.
2. Penomaran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian rupa sehingga ikatan rangkap mendapat nomor terkecil.
3. Posisi ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka, yaitu nomor dan atom karbon berkaitan rangkap yang paling pinggir (nomor terkecil)
4. Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana.
6 5 4 3 2 1
CH3 − CH − CH2 − CH ═ CH − CH 5 − metil − 2 − heksana

CH3 Induk Cabang Induk

posisi ikatan rangkap
Cabang Posisi cabang


Catatan :
Penomoran dimulai dari ujung kanan sehingga posisi ikatan rangkap mendapat nomor terkecil.

4. Alkuna
Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tidak jenuh dengan satu ikatan karbon-karbon rangkap tiga ─ C ≡ C ─ . senyawa yang mempunyai 2 ikatan karbon-karbon rangkap tiga disebut alkatriena sedangkan senyawa dengan 1 ikatan karbon-karbon rangkap tiga disebut alkenuna.
Nama, Rumus struktur dan rumus molekul dari beberapa alkuna
Nama Rumus Struktur Rumus Molekul
Etuna H − C ≡ C − H C2H2

Propuna H

H − C ≡ C − C − H

H
C3¬H4


1─ Butuna

H H

H − C ≡ C − C − C −H

H H C4H6
a. Rumus Umum Alkuna
Dari table di atas maka rumus umum
Alkuna adalah :
CnH2n - 2

b. Tata Nama Alkuna
Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana¬ menjadi una.
Contoh.
C2H2 : Etuna C3H4 : Propuna
Tata nama alkuna bercabang, yaitu pemilihan rantai induk, penomoran dan cara penulisan, sama seperti pada alkena.
Contoh.
1 2 3
H3 − C ≡ C 4
− CH

5/6C2H5 5
− CH3
cabang
Induk
Aplikasi alkana, alkena, alkuna dalam kehidupan sehari-hari

Polimer Monomer Penggunaan
Polietilena Etilena Isolasi listrik, alat permainan, kantong palstik, botol air minum
Polipropilena Propilena (propuna) Film, karpet, alat laboratorium
Poliakrilonitril (PVC) Vinil klorida Pipa, kartu kredit, jas hujan, korden mandi
Poliakrilonitril (Orlon) Akrilonitril Serat akrilik untuk karpet, pegangan setrika, pakaian
Polistirena (stirofoam) Stirena Piring dan gelas stirofoam, busa penyekat
Polimetilmetakrilat (fleksiglas) Metil metakrilat Kaca lampu mobil, lensa kontak
Polibutadiena 1,3-butadiena Benang ban mobil
SBR kopolimer Stirena, 1,3-butadiena Ban

Larutan Penyangga

oleh: najiullah

Suatu system reaksi kimia adakalanya hanya berlangsung pada kondisi lingkungan yang mempunya pH tertentu. Misalnya reaksi pemecahan protein di dalam lambung oleh enzim peptidase dapat berjalan dengan baik bila cairan lambung mempunyai pH=3. Oksigen dapat terikat dengan baik oleh butir-butir darah merah bila pH darah sekitar 6,1- 7. untuk menjaga agar pH larutan tersebut pada kisaran angka tertentu (tetap), maka diperlukan suatu sitem yang dapat mempertahankan pH.

Larutan penyangga adalah:
Larutan buffer adalah larutan yang memiliki sifat dapat mempertahankan atau relatif tidak merubah nilai pH dengan adanya penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat dan adanya pengenceran.
Larutan penyangga disebut juga larutan buffer atau larutan dapar merupakan campuran asam lemah dengan garamnya dari basa kuat atau campuran basa lemah dengan garamnya dari asam kuat.

Contohnya :
a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut.
Contoh:
- CH3COOH dengan CH3COONa
- H3PO4 dengan NaH2PO4
b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut.
Contoh:
- NH4OH dengan NH4Cl
Sifat larutan buffer:
- pH larutan tidak berubah jika diencerkan.
- pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.
Ph Larutan buffer

a. Sistem penyangga asam lemah dan basa konjugasinya
Faktor yang berperan penting dalam larutan penyangga adalah system reaksi kesetimbangan yang terjadi pada asam lemah atau basa lemah. Pada system penyangga asam lemah (misalanya HA) dengan basa konjugasinya, misalnya ion A- yang berasal dari NaA, maka didalam system larutan terdapat kesetimbangan :
HA (aq) H+ (aq) + A (aq)
NaA (aq) Na+ (aq) + A- (aq)

b. System penyangga asam lemah dan basa konjugasinya
Seperti halnya pada system penyangga asam lemah dan basa konjugasinya, di dalam sistem penyangga basa lemah dan asam konjugasinya yang berperan dalam system tersebut adalah reaksi kesetimbangan pada basa lemah.
Cara Menghitung Larutan Buffer
1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus:
[H+] = Ka. Ca/Cg
pH = pKa + log Ca/Cg
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat dengan 0.1 mol natrium Asetat dalam 1 1iter larutan !
Ka bagi asam asetat = 10-5
Jawab:
Ca = 0.01 mol/liter = 10-2 M
Cg = 0.10 mol/liter = 10-1 M
pH= pKa + log Cg/Ca = -log 10-5 + log-1/log-2 = 5 + 1 = 6

2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus:
[OH-] = Kb . Cb/Cg
pOH = pKb + log Cg/Cb
dimana:
Cb = konsentrasi base lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

Contoh:
Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH4OH dengan 0.1 mol HCl ! (Kb= 10-5)
Jawab:
NH4OH(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l)
mol NH4OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol mol NH4OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol mol NH4Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH4Cl) maka campurannya akan membentuk Larutan buffer.
Cb (sisa) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
Cg (yang terbentuk) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
pOH = pKb + log Cg/Cb = -log 10-5 + log 10-1/10-1 = 5 + log 1 = 5
pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9

Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari

Fungsi Larutan dalam tubuh manusia
Reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaski yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai katalis hanya dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang relative tetap, unutk itu maka diperlukan larutan penyangga.
Didalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa konjugasi yang berfungsi sebagai larutan penyangga. Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra sel (dalam sel) dan cairan ekstra sel (luar sel) memerlukan system penyangga tersebut unutk mempertahankan harga pH cairan tersebut. System penyangga ekstra sel yang penting adalah penyangga karbonat ( H2CO3/HCO3-) yang berperan dalam menjaga pH darah, dan system penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) yang berperan menjaga pH cairan intra sel.

Fungsi Larutan penyangga dalam industri
Dalam indutri farmasi, larutan penyangga berperan untuk pembuatan obat-obatan agar zat aktif dari obat tersebut mempunya pH tertentu. Selain itu larutan penyangga juga digunakan unutk industri makanan dan minuman ringan seperti yang sering digunakan adalah Natrium asetat dan asam sitrat.
Contohnya pada asam sitrat :
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.

Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air (lihat keterangan tentang kegunaan di bawah).

Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat"
http://id. Chemistry. org/larutan penyangga. Ed. 07”
Unggul Sudarmo, Kimia SMA 2 untuk SMA kelas XI, PhiβETA, Surakarta : 2007