A. SHALAT SUNAH BERJAMAAH
Shalat Sunat ‘idain
Saat hari raya Idul Fitri
tiba umat Islam laki-laki, perempuan, anak-anak-anak dan orang dewasa
berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat ‘Idul Fitri kemudian saling
melakukan silaturrahmi dan bermaaf-maafan. Demikian juga saat hari raya Idul
Adha (Idul Qurban), umat Islam juga melaksanakan shalat Id kemudian melakukan
ibadah qurban. Karena dalam satu tahun umat Islam melaksanakan dua shalat Id,
maka disebut shalat ‘idain yang artinya dua shalat Id, yakni Idul Fitri dan
Idul Adha.
Ketentuan
Shalat ‘idain
Shalat Id
adalah shalat yang dilakukan pada waktu hari raya, karena dalam tradisi Islam
terdapat dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha maka dalam satu tahun
terdapat dua shalat Id. Dalam bahasa Arab ‘idain berarti dua shalat Id.
Hukum
melaksanakan shalat ‘idain adalah sunah muakkad (sangat dianjurkan) karena
Rasulullah saw selalu melakukan shalat ‘idain ini selama hidupnya.
Firman Allah SWT :
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang
banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS. Al
Kautsar : 1-2)
Bahkan
Rasulullah saw. memerintahkan agar seuruh kaum muslimin baik laki-laki,
perempuan, anak-anak, dan dewasa untuk keluar dari rumah melakukan shalat Id.
Para wanita yang sedang haid pun
diperintahkan untuk menuju tempat shalat Id untuk mendengarkan khutbah
tapi tidak boleh melakukan shalat.
Perhatikan sabda Rasulullah saw. berikut ini :
اَمَرَنَا النَّبِيُّ اَنْ نُخْرِجَ فِي الْعِيْدَيْنِ الْعَوَاتِقَ
وَذَوَاتِ الْخُدُوْرِ وَاَمَرَ الْحُيَّضَ اَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى
الْمُسْلِمِيْنَ (رواه البخارى ومسلم)
Artinya : “Kami
telah diperintahkan oleh Nabi saw. untuk keluar pada hari raya. Begitu pula
anak-anak, perempuan, gadis-gadis pingitan, dan diperintahkan juga gadis-gadis
yang sedang haid diperintahkan supaya keluar pada hari raya dan memisahkan diri
dari tempat shalat kaum muslimin”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Waktu melaksanakan shalat ‘idain adalah mulai
terbit matahari sampai tergelincirnya matahari menjelang waktu zuhur pada hari
raya tersebut. Shalat Idul Fitri dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal sedangkan
shalat Idul Adha dilaksanakan tanggal 10 Dzulhijjah.
Tempat pelaksanaan shalat ‘idain adalah di
masjid atau di tempat yang lapang. Allamah Ibnu Qayyim menjelasan bahwa
Rasulullah saw. melakukan shalat dua hari raya di suatu tempat yang lapang di
dekat pintu gerbang menuju Madinah, Beliau shalat ‘idain di masjid ketika
hujan.
Tata Cara
Shalat ‘idain
Secara garis besar, tata cara pelaksanaan shalat ‘idain
adalah sebagai berikut :
1.
Dilaksanakan secara berjamaah
2.
Tidak didahului azan dan iqamat
لَمْ يَكُنْ يُؤَذَّنُ
يَوْمُ الْفِطْرِ وَلاَ يَوْمَ اْلأَضْحَى وَلاَ إِقَامَةَ (رواه البخارى ومسلم)
Artinya : “Tidak
ada azan bagi sembahyang Hari Raya Fitrah (Aidilfitri) dan sembahyang Hari Raya
Korban (Aidiladha). jga tiada iqamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam
pelaksanaan shalat ‘idain tidak disunahkan didahului azan dan iqamat, yang
disunahkan adalah salah seorang yang biasanya disebut bilal menyerukan lafaz :
اَلصَّلاَةَ جَامِعَةً
“Mari kita melaksanakan shalat”
3.
Jumlah rakaatnya adalah 2 rakaat
4.
Membaca takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan takbir lima kali pada
rakaat yang kedua.
Takbir tujuh kali dalam rakaat yang pertama
tersebut tidak termasuk takbiratul ihram. Demikian juga takbir lima kali dalam
rakaat yang kedua tidak termasuk takbir intiqal saat berdiri dari sujud.
Takbir tujuh kali pada rakaat yang pertama
dibaca setelah membaca doa iftitah, sedangkan takbir lima kali dalam rakaat
kedua dibaca ketika sudah berdiri sempurna pada rakaat yang kedua sebelum imam
membaca surat Al Fatihah.
Di sela-sela takbir tujuh kali pada rakaat
pertama dan lima kali pada rakaat kedua tersebut disunahkan untuk membaca lafaz
:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ
ِللهِ وَلاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
“Mahasuci Allah SWT, segala puji bagi Allah , tiada
Tuhan selain Allah SWT, dan Allah Mahabesar”
5.
Imam mengeraskan bacaan (jahran)
6.
Setelah shalat Id dilanjutkan dengan khutbah
Disamping tata cara di atas, dalam pelaksanaan shalat
‘idain juga dianjurkan (disunahkan) untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.
Imam membaca surat Qaf pada rakaat pertama dan surat Al Qamar pada rakaat
kedua, atau membaca surat Al A’la pada rakaat pertama dan surat Al Ghasyiyah
pada rakaat kedua.
2.
Mandi dan berhias memakai pakaian yang bagus.
3.
Disunahkan makan terlebih dahulu sebelum berangkat melakukan shalat Idl
Fitri, sebaliknya dalam shalat Idul Adha disunahkan makan sesudah shalat Idul
Adha.
4.
Memperbanyak membaca dan mengumandangkan takbir dan tahmid pada waktu hari
raya Idul Fitri maupun Idul Adha.
Panduan
Praktek :
1.
Salah seorang siswa yang ditunjuk menjadi bilal menyerukan اَلصَّلاَةَ جَامِعَةً pertanda shalat Id segera dimulai
2.
Salah seorang siswa yang ditunjuk menjadi imam menempatkan posisi sebagai
imam
3.
Membaca niat
Bila diucapkan bacaan niatnya adalah :
اُصَلِّي سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ
تَعَالى
“Saya berniat shalat Idul Fitri dua
rakaat karena Allah SWT “
اُصَلِّي سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ
تَعَالى
“Saya berniat shalat Idul Fitri dua
rakaat karena Allah SWT “
4.
Membaca doa iftitah
5.
Membaca takbir tujuh kali
6.
Imam membaca surat Al Fatihah dengan suara keras (jahran) dilanjutkan
membaca salah satu surat dalam Al Quran
7.
Rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud yang kedua, duduk
sejenak, dan berdiri lagi. (doa yang dibaca dalam setiap gerakan sama dengan
shalat yang lain)
8.
Pada waktu berdiri rakaat kedua membaca takbir lima kali
9.
Imam membaca surat Al Fatihah dengan suara keras (jahran) dilanjutkan
membaca salah satu surat dalam Al Quran
10.
Rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud yang kedua, duduk
sejenak, dan berdiri lagi. (doa yang dibaca dalam setiap gerakan sama dengan
shalat yang lain)
11.
Salam
12.
Setelah selesai dilanjutkan dengan khutbah Idul Fitri/idul Adha
B.
SHALAT SUNAH MUNFARID
1.
Shalat
Tahiyatul Masjid
Pengertian
Shalat Tahiyatul Masjid
Secara
bahasa tahiyatul masjid berarti menghormati masjid. Sedangkan shalat
tahiyatul masjid adalah shalat dua rakaat yang dilaksanakan sesaat setelah kita memasuki
masjid.
Hukumnya
Hukum
melaksanakannya adalah sunah, sebagaimana hadis Rasulullah SAW :
عَنْ
أَبِيْ قَتَادَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ
يَجْلِسْ حَتّى يُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ (رواه البخارى ومسلم)
Artinya
:“Dari Abu Qatadah, Rasulullah SAW bersabda : apabila salah seorang di antara kamu
masuk ke masjid maka janganlah duduk sebelum shalat (tahiyat masjid) dua
rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tata Cara
Pelaksanaannya
Tata
cara pelaksanaan shalat tahiyatul masjid adalah sebagai berikut :
- Jumlah rakaatnya hanya 2 rakaat.
- Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
- Waktunya setiap saat memasuki masjid, baik
untuk melaksanakan shalat fardu maupun ketika akan beri’tikaf.
Panduan praktek shalat tahiyatul masjid
1. Berniat shalat Tahiyatul Masjid
Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :
أُصَلِّي
سُنَّةً تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالى
“Saya berniat
shalat tahiyat masjid dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul
ihram
3. Shalat
dua rakaat seperti biasa.
4. Salam.
2.
Salat
Istikharah
1.
Pengertian
Salat Istikharah
Secara
bahasa, istikharah berarti mohon dipilihkan. Jadi salat istikharah mengandung
pengertian melaksanakan salat sunah dua rakaat dengan maksud untuk memohon
petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan terbaik di antara dua pilihan
atau lebih.
Suatu
saat kita dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang sama-sama baik dan sulit
menentukan mana yang terbaik, padahal menyangkut persoalan yang mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan kita di masa yang akan datang seperti, memilih
sekolah, pekerjaan, jodoh, dan yang lainnya. Oleh karena itu sebagai orang yang
beriman kita harus yakin bahwa hanya Allah SWT yang paling mengetahui persis
mana yang terbaik di antar sekian plihan itu. Kamu masih ingat kan, bahwa Allah
SWT mempunyai sifat wajib ilmu dan aliman yang maksudnya Maha Mengetahui. Jadi
Allah SWT merupakan Dzat yang mengetahui segala sesuau yang telah terjadi
maupun yang akan terjadi.
Untuk
lebih jelasnya simaklah penjelasan mengenai salat istikharah ini, bila suatu
saat kamu menemui kesulitan dalam menentukan pilihan maka lakukan salat
istikharah untuk memohon petunjuk dari Allah SWT, pilihan mana yang terbaik.
2.
Hukumnya
Hukum
melaksanakannya adalah sunah, sebagaimana hadis Rasulullah SAW :
كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ يُعَلِّمُنَا اْلإِسْتِخَارَةَ فِي اْلأُمُوْرِ يَقُوْلُ اِذَا
هَمَّ اَحَدُكُمْ بِاْلاَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ (رواه البخارى)
Artinya :“Rasulullah
s.a.w. mengajarkan kepada kami untuk meminta petunjuk dalam beberapa erkara
yang penting. Beliau berkata, “Apabila salah seorang di antara kamu menghadapi
suatu perkara hendaklah ia salat dua rakaat.” (HR. Bukhari)
3.
Tata Cara Pelaksanaannya
Tata cara pelaksanaan salat istikharah adalah sebagai
berikut :
a.
Jumlah
rakaatnya hanya 2 rakaat.
b.
Dilaksanakan
secara munfarid (sendirian).
c.
Waktunya pagi,
siang, atau malam hari.
Panduan Praktek Shalat
Istikharah
1.
Berniat salat
Istikharah
¨ Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :
أُصَلِّي سُنَّةَ اْلإِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ
للهِ تَعَالى
“Saya
berniat salat istikharah dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
2.
Takbiratul
ihram
3.
Salat dua
rakaat seperti biasa.
4.
Salam.
Dilanjutkan dengan membaca doa salat istikharah :
اَللّهُمَّ إِنِّيْ اَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ ,
وَاَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَاَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ فَإِنَّكَ
تَقْدِرُ وَلاَ اَقْدِرُ , وَتَعْلَمُ وَلاَ اَعْلَمُ , وَاَنْتَ عَلاَّمُ
الْغُيُوْبِ , اَللّهُمَّ اِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اَنَّ هذَ اْلاَمْرَ خَيْرٌ لِيْ
فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ اَمْرِيْ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ
لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ وَاِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ اَنَّ هذَ اْلاَمْرِ شَرٌّ
لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ اَمْرِيْ , فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ ,
وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيْ خَيْرِ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ ارْضِنِيْ بِهِ
Artinya : “Ya
Allah hamba mohon memilihkan mana yang baik menurut Engkau ya Allah. Dan hamba
mohon Tuhan memberikan kepastian dengan ketentuanMu dan hamba mohon dengan
kemurahanMu yang besar dan agung, karena sesungguhnya Tuhan yang berkuasa.
Sedang hamba tidak tahu dan Tuhanlah yang maha mengetahui bahwa persoalan ini
baik bagiku dalam agamaku dan kehidupanku, dan baik pula akibatnya bagiku, maka
berikanlah perkara ini kepadaku dan mudahkanlah ia bagiku, kemudian berikanlah
keberkahan di dalamnya, Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwa jika hal ini
tidak baik bagiku bagi agamaku dan kehidupanku, dan tidak baik akibatnya bagiku
maka jauhkanlah hal ini dariku, dan jauhkanlah aku darinya. Dan berilah
kebaikan di mana saja aku berada, dan jadikanlah aku orang yang rela atas
anugerahMu.”
Di antara jenis shalat sunah adalah shalat sunah rawatib
dan ‘idain. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan shalat
rawatib dan ‘idain beserta tata cara melaksanakannya.
C.
SHALAT SUNAH BERJAMAAH
ATAU MUNFARID
1.
Shalat
Tarawih
Pengertian
Shalat Tarawih
Shalat
tarawih adalah shalat sunah yang dilaksanakan khusus pada malam hari bulan
Ramadhan. Shalat tarawih merupakan amalan sunah pada bulan Ramadhan di
samping ibadah-ibadah lain seperti memperbanyak tadarus Al Quran,
berzikir, berdoa, mendalami ilmu agama dengan mengikuti pesantren kilat, dan sebagainya.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hukum Shalat
Tarawih
Hukum
melaksanakannya adalah sunah muakkad, sebagaimana hadis Rasulullah SAW
:
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا
وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخارى ومسلم)
Artinya
:“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang melaksanakan
shalat pada malam hari di bulan Ramadhan dengan dilandasi iman dan
semata-mata mengharap ridha Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bilangan rakaat
Shalat Tarawih
Ada
perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih di kalangan umat
Islam. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak penting dan tidak perlu
diperdebatkan. Hal yang penting adalah bagaimana shalat Tarawih tetap dilaksanakan
umat Islam. Perbedaan yang dimaksud sebagai berikut :
- Delapan rakaat ditambah Witir
Pendapat ini diambil dari keterangan bahwa Rasulullah s.a.w shalat
Tarawih bersama para sahabat di masjid tiga kali selama hidupnya. Sesudah
itu beliau tidak melakukan lagi secara berjamaah di masjid tetapi
melaksanakannya di rumah. Rasulullah s.a.w
khawatir apabila suatu saat nanti shalat tarawih dianggap ibadah
wajib. Jumlah rakaat yang dilakukan bersama sahabat di masjid tersebut
adalah delapan rakaat ditambah Witir. Keterangaan ini berdasarkan
pada hadits berikut :
عَنْ جَابِرٍ اَنَّهُ صَلَّى بِهِمْ ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ
اَوْتَرَ (اخرجه ابن حبان)
Artinya : “Diriwayatkan dari Jabir sesungguhnya Rasulullah s.a.w
shalat bersama-sama mereka delapan rakaat kemudian beliau shalat witir”.
(HR. Ibnu Hibban)
- Dua puluh rakaat ditambah Witir
Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih yang 20 rakaat dilanjutkan
dengan witir dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab dan diikuti oleh para
sahabat yang lain. Tentang jumlah rakaat yang dilakukan oleh Umar bin Khattab
ini tidak pernah dipermasalahkan oleh para sahabat saat itu. Jadi, sampai
sekarang pun umat Islam ada yang mengikutinya.
- Tiga puluh enam rakaat ditambah Witir
Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih 36 rakaat dilanjutkan dengan
witir dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang merupakan salah
satu Khalifah Bani Umayyah.
Dari ketiga pendapat di atas menunjukkan bahwa perbedaan rakaat
dalam pelaksanaan shalat tarawih di kalangan umat merupakan sesuatu yang
tidak perlu dipermasalahkan. Apalagi sampai terjadi pertikaian hanya karena
perbedaan ini. Padahal sejak dahulu perbedaan ini telah ada dan tidak timbul
masalah. Yang terpenting adalah umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih
dengan baik. Sedangkan berapa jumlah rakaatnya terserah kepada masing-masing
sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT di bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Tata Cara
Pelaksanaan Shalat Tarawih
a.
Waktu
pelaksanaannya setelah shalat isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang
waktu subuh).
b.
Diutamakan
secara berjamaah tetapi boleh juga dilaksanakan sendirian (munfarid)
c.
Lebih
utama setiap dua rakaat salam. Namun, apabila dilaksanakan empat rakaat tidak
perlu ada tasyahud awal supaya tidak menyerupai shalat fardu.
Panduan praktek shalat tarawih
1. Berniat shalat tarawih
Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :
أُصَلِّي
سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالى
“Saya berniat shalat tarawih dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram
3. Shalat
dua rakaat seperti biasa.
4. Salam.
2.
Shalat
Witir
Pengertian
Shalat Witir
Secara bahasa witir berarti ganjil. Sehingga shalat witir adalah
shalat yang jumlah bilangan rakaatnya ganjil. Paling sedikit satu rakaat dan
paling banyak 11 rakaat. Shalat witir tidak hanya dilakukan setelah shalat tarawih
di bulan Ramadhan. Namun, pada malam hari di luar bulan Ramadhan umat Islam
pun dianjurkan untuk melaksanakan shalat witir sebagai penutup
shalat-shalat sunah malam hari.
Hukum Shalat
Witir
عَنْ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : اَلْوِتْرُ لَيْسَ بِحَتْمٍ كَهَيْئَةِ
الْمَكْتُوْبَةِ وَلكِنَّهُ سُنَّةً سَنَّهَا رَسُوْلُ اللهِ (رواه احمد والنسائ والترمذ)
Artinya
:“Dari Ali r.a., Witir itu bukan keharusan seperti shalat fardu, tapi merupakan sunah
yang dibiasakan oleh Rasulullah s.a.w.” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Tata Cara
Pelaksanaan Shalat Witir
Tata
cara pelaksanaan shalat witir sebagai berikut :
a.
waktunya
pada malam hari setelah shalat isya’
b.
dilaksanakan
secara berjamaah atau sendirian (munfarid)
c.
jumlah
rakaatnya ganjil
Dalam pelaksanaannya ada dua macam niat, yakni niat untuk shalat 2
rakaat dan ditutup dengan niat untuk shalat 1 rakaat.
Panduan praktek shalat witir
1. Berniat shalat witir 2 atau 1 rakaat
Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :
أُصَلِّي
سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالى
“Saya berniat
shalat witir dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
أُصَلِّي
سُنَّةً رَكْعَةَ الْوِتْرِ للهِ تَعَالى
“Saya berniat
shalat satu rakaat witir karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram
3. Shalat 2 rakaat atau 1 rakaat seperti biasa.
4. Salam.
3. Shalat Dhuha
Pengertian Salat Dhuha
Menurut bahasa dhuha berarti pagi hari. Sehingga salat
dhuha adalah salat sunah yang dilaksanakan pada waktu
pagi hari, mulai dari saat memutihnya cahaya matahari
pagi sampai sebelum waktu istiwa’ (siang
hari saat matahari tepat arahnya di atas kepala).
Jadi, kira-kira mulai pukul 07.00 pagi sampai pukul 11.00
siang.
Waktu istiwa’ adalah saat matahari berada tepat di atas
kepala, sebelum masuk waktu dhuhur.
Hukum melaksanakannya adalah sunah, sebagaimana hadis
Rasulullah SAW :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ
أَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ بِثَلاَثٍ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ فِيْ كُلِّ
شَهْرٍ وَرَكْعَتَي الضُّحى وَأَنْ أُوْتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَاُم (رواه البخارى
ومسلم)
Artinya :“Dari Abu Hurairah ia berkata : kekasihku
(Rasulullah) SAW telah berpesan kepadaku tiga hal :
Puasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat salat dhuha,
dan salat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tata Cara Pelaksanaannya
Tata cara pelaksanaan salat dhuha sebagai berikut :
- Jumlah rakaatnya
paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat.
- Boleh dilaksanakan
secara munfarid (sendirian) maupun berjamaah.
- Lebih utama setiap
dua rakaat salam. Namun, apabila dilaksanakan empat rakaat
jangan ada tasyahud awal supaya tidak menyerupai salat fardu.
Panduan Praktek Shalat Dhuha
1. Berniat salat duha
Bacaan niatnya
apabila diucapkan adalah :
أُصَلِّي سُنَّةَ الضُّحى رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالى
“Saya berniat salat dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram
3. Salat dua rakaat seperti biasa atau empat
rakaat serta tidak ada tahiyat awal pada rakaat kedua.
4. Salam.
Dilanjutkan dengan membaca doa setelah salat dhuha :
اَللّهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاؤُكَ وَالْبَهَاءَ
بَهَاؤُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ
قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ . اَللّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي
السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ
مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا
فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ
أتِنِيْ مَا أتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ.
Artinya :
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah milik-Mu,
keagungan adalah keagunganMu, keindahan adalah
keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan
adalah kekuasaan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu,. Ya Allah andaikan
rizqiku ada di langit maka turunkanlah, bila di bumi maka keluarkanlah, apabila sukar maka mudahkanlah, bila haram maka sucikanlah,
bila jauh maka dekatkanlah. Dengan haqnya waktu duha,
keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu.
Berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu
yang shaleh.”
4.
Salat Tahajud
Salat tahajud merupakan salat
lail (salat yang dikerjakan pada malam hari). Shalat ini dilaksanakan pada
malam hari untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Orang yang melaksanakan
salat tahajud akan mendapatkan berbagai keutamaan di hadapan Allah SWT. Kajilah
pembahasan berikut, setelah kamu memahami berlatihlah untuk melaksanakan salat
lail ini, karena Rasulullah saw. bersabda :
يَنْزِلُ رَبُّنَا
تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى
ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ
يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (رواه
البخارى ومسلم)
Artinya : “Allah s.w.t
akan turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam yang terakhir,
seraya berfirman: Sesiapa yang berdoa kepadaKu, maka Aku akan menerima
permintaannya dan sesiapa yang meminta keampunan dariKu maka Aku akan
mengampuninya .” (HR. Bukhari dan Muslim)
1.
Pengertian
Salat Tahajud
Salat tahajud
merupakan salat sunah yang dikerjakan setelah tidur pada malam hari antara
waktu salat isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang subuh). Namun waktu yang
paling utama melaksanakan salat tahajud adalah dua pertiga malam, sekitar pukul
02.00 dini hari.
2.
Hukum Salat
Tahajud
Hukum
melaksanakan salat tahajud adalah sunah muakkad. Perhatikan Firman Allah
berikut ini :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً
لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Artinya :“
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji.” (QS. Al Isra’ : 79)
3.
Tata Cara Pelaksanaannya
Bagi kebanyakan orang melaksanakan salat tahajud
terasa berat, namun bagi sebagian yang lain merasa ringan karena sudah terbiasa
bangun di malam hari dan melakukan salat tahajud, bahkan mereka merasakan
kenikmatan ruhani yang luar biasa setelah melakukan salat tahajud di tengah
keheningan malam.
Pada tahap awal, agar kamu mudah dan tidak
berat dalam melaksanakan salat tahajud, berdoalah sebelum tidur agar diberi
kekuatan untuk bangun di malam hari dan melaksanakan salat tahajud.
Adapun tata cara melaksanakan salat tahajud
tidak jauh berbeda dengan salat sunah yang lain, yakni :
a.
Waktu pelaksanaannya setelah salat isya sampai dengan fajar sidiq
(menjelang waktu subuh) dan setelah tidur.
b.
Jumlah rakaatnya paling sedikit dua rakat dan paling banyak tidak dibatasi.
c.
Dilaksanakan sendirian (munfarid) atau berjamaah.
d.
Lebih
utama setiap dua rakaat salam. Apabila dilaksanakan empat rakaat jangan ada
tasyahud awal, sehingga tidak menyerupai salat fardu.
Panduan Praktek Sahalat
Tahajud
1.
Berniat salat
tahajud
¨ Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :
أُصَلِّي سُنَّةَ التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ
للهِ تَعَالى
“Saya
berniat salat tahajud dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
2.
Takbiratul
ihram
3.
Salat dua
rakaat seperti biasa.
4.
Salam.