A.
Pengertian Iman Kepada Allah SWT
Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu.
Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
dikerjakan dengan anggota badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang
berbunyi :
الايمان معرفة
بالقلب و قول باللسا ن و عمل
بالاركان (رواه الطبران)
Artinya : “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan
lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.”(HR Thabrani)
Dari
penjelasan Hadits di atas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Allah SWT
membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada
seseorang yang mengaku beriman kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati
dan lisan atau anggota badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan
orang yang beriman.
Iman
kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman
kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman
kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat.
Firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ
مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا (١٣٦)
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya,
serta kitab Allah yang diturunkan sebelumnya, Barang siapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,Rasul-rasul-Nya, dan hari
kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS.An Nisa :
136)
B.
Sifat-Sifat Allah SWT
Allah SWT adalah zat
Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah SWT
memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya.
Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.
- Sifat
wajib, artinya sifat-sifat yang
pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat wajib Allah berjumlah 13.
- Sifat
mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT.
Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama
dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
- Sifat
jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Artinya Allah berbuat
sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat jaiz
bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”
·
Sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWt adalah
sebagai berikut.
No
|
Sifat
Wajib
|
Artinya
|
Sifat
Mustahil
|
Artinya
|
1.
|
Wujud
|
Ada
|
Adam
|
Tidak ada
|
2.
|
Qidam
|
Terdahulu
|
Hudus
|
Baru
|
3.
|
Baqa’
|
Kekal
|
Fana’
|
Rusak
|
4.
|
Mukhalafatu lilhawadisi
|
Berbeda dengan baru (mahluk)
|
Mumasalatu lil hawadisi
|
Sama dengan mahluk-Nya
|
5.
|
Qiyamuhu binafsihi
|
Berdiri dengan zat-Nya sendiri
|
Ihtiyajuhu lighairihi
|
Membutuhkan pertolongan orang lain
|
6.
|
Wahdaniyat
|
Esa
|
Ta’adud
|
Berbilang
|
7.
|
Qudrat
|
Kuasa
|
Ajzu
|
Lemah
|
8.
|
Iradat
|
Berkehendak
|
Karahah
|
Terpaksa
|
9.
|
Ilmu
|
Mengetahui
|
Jahlun
|
Bodoh
|
10.
|
Hayat
|
Hidup
|
Mautun
|
Mati
|
11.
|
Sama’
|
Mendengar
|
Summu
|
Tuli
|
12.
|
Basar
|
Melihat
|
Umyum
|
Buta
|
13.
|
Kalam
|
Berfirman
|
Bukmum
|
Bisu
|
·
Adapun sifat wajib yang menunjukkan makna “Maha”
adalah sebagai berkut.
No
|
Sifat
Maknawiyah
|
Artinya
|
Sifat
Mustahil
|
Artinya
|
1.
|
Qadiran
|
Maha Kuasa
|
Ajzun
|
Yang Maha Lemah
|
2.
|
Muridan
|
Maha Berkehendak
|
Mukrahan
|
Yang maha terpaksa
|
3.
|
Aliman
|
Maha Mengetahui
|
Jahilun
|
Yang maha bodoh
|
4.
|
Hayyan
|
Maha Hidup
|
Mayyitun
|
Yang mati
|
5.
|
Sami’an
|
Maha Mendengar
|
Ashamma
|
Yang maha tuli
|
6.
|
Basiran
|
Maha Melihat
|
A’ma
|
Yang maha buta
|
7.
|
Mutakaliman
|
Maha Berfirman
|
Abkama
|
Yang maha bisu
|
C.
Dalil Naqli dan Aqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT.
1.
Wujud
Wujud berarti ada. Adanya Allah itu bukan karena ada
yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri.
Adapun sifat mustahil-Nya adalah adam yang berarti tidak ada.
Kepercayaan
ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa
menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta
isinya. Jika kita perhatikan, maka dari
mana alam semesta itu berasal? Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu?
Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Dialah yang mengadakan segala
sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.
Selain
melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya,
seperti manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita
bisa berfikir bahwa semua yang ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang
Maha Kuasa ( Allah SWT).
Terkait
dengan hal ini Allah SWT berfirman :
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا
مَا تَشْكُرُونَ (٧٨)وَهُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الأرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
(٧٩)وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ أَفَلا
تَعْقِلُونَ (٨٠)
Artinya : “Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian
pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah
yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamudi bumi ini dan kepada-Nyalah kamu
akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang
mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?”(QS.Al
Muminun :78-80)
2.
Qidam
Qidam berarti terdahulu. Allah SWT mempunyai sifat
terdahulu karena tidak ada yang mendahului. Sifat mustahil-Nya adalah Hudus yang artinya baru.
Allah
SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan
sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk
melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat
qidam.
Firman
Allah SWT :
هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ (٣)
Artinya: “Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang
Bathin[1452]; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”.(QS.Al-Hadiid:3)
Adanya
Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan
Allah didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan hancur
berantakan. Hal ini tentu mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta, tidak
mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang menciptakan.
3.
Baqa’
Baqa’ berarti kekal. Kekalnya Allah SWT tidak
berkesudahan atau penghabisan. Sifat mustahilnya adalah fana’ artinya
rusak atau binasa. Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia,
binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut
baru sebab ada awal dan ada akhirnya.
Manusia
betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan
menjadi tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur
maka lama kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita
berbangga diri di hadapan Allah SWT. Betapa tidak patutnya kita berbangga diri
dengan kehebatan yang kita miliki karena segala kehebatan itu hanyalah bersifat
sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal. Firman Allah SWT
:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (٢٦)وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
(٢٧)
Artinya : Semua yang ada di
bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan. (QS.Ar Rahman :26-27)
4.
Mukhalafatu
lil Hawadisi
Mukhalafatu lil Hawadisi berarti berbeda
dengan semua yang baru (mahluk). Sifat mustahilnya adalah mumasalatu lil hawadisi artinya serupa dengan semua yang
baru(mahluk).
Sifat
ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita
perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama
dengan baju yang dibuat orang lain. Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu
tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya, bahkan robot yang paling
canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang
membuatnya.
Firman Allah SWT :
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
وَمِنَ الأنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١١)
Artinya :”......... Tidak sesuatu pun yang
serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS
Asyura’: 11)
Senada
dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman dalam ayat yang lain yang
berbunyi :
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
كُفُوًا أَحَدٌ (٤)
Artinya : “..........Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia(Allah).” (QS Al Ikhlas :4)
Dari
dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak
setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian
sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya.
5.
Qiyamuhu
Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT
itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya,
keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau
menciptakan. Contohnya, Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak
sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
Sifat
mustahilnya adalah ihtiyaju lighairihi, artinya
membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di
dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan
antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan
Allah SWT adalah Maha Pencipta.
Firman Allah SWT :
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
(٢)
Artinya : “Allah tidak ada Tuhan selain Dia.
Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.” (QS Ali Imran:2)
Sadarlah
ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa
bantuan orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat
mandiri supaa tidak bergantung pada orang lain.
6.
Wahdaniyah
Wahdaniyah berarti
esa atau tunggal. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik esa zat-Nya,
sifat-Nya, maupun perbuata-Nya.
Esa
zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan
perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu.
Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya
manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.
Esa
sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama
dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.
Esa
perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan
mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT
berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.
Sifat
mustahil-Nya adalah ta’adud artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah
SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti
terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi
demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.
Perhatikan
firman Allah SWT berikut ini :
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)اللَّهُ الصَّمَدُ
(٢)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤)
Artinya :”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan
Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu .
dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.” (QS Al Ikhlas :1-4)
Meyakini
ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip. Seseorang dianggap
muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah SWT. Hal
ini dapat dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut dengan
membaca syahadat tauhid yang berbunyi : “Aku bersaksi tiada Tuhan selain
Allah.”
7.
Qudrat
Qudrat
berarti kuasa. Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada
batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun
terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada
yang membatasi. Contohnya, kekuasaan Presiden RI, dibatasi oleh undang-undang
dan batas kekuasaannya hanya untuk negara Indonesia.
Sifat
mustahilnya adalah ‘ajzu, artinya
lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah
berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang
dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat
(kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
Firman Allah SWT :
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا
فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ
وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢٠)
Artinya : “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”.
(QS.Al Baqarah:20)
Sungguh
idak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena
sebesar apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai
hamba Allah yang hidup di muka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.
8.
Iradat
Iradat berarti berkehendak. Allah SWT menciptakan alam
beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain
atau campur tangan dari siapa pun Apapun
yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT
tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
Berbeda
dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai
keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia
berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu
tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan,
sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
Adapun
sifat mustahilnya adalah karahah, artinya
terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang
kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan,
sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT.
Wajib bersifat iradah (berkehendak)
mustahil bersifat karahah (terpaksa). Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah
SWT berfirman :
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
(٨٢)
Artinya : “Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah”. (QS. Yasin : 82)
Sebagai
manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan
membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya
bersifat sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan
tujuan mengharap rida Allah SWT.
9.
Ilmu
Ilmu berarti mengetahui. Sifat mustahilnya adalah Jahlun yang artinya bodoh. Allah SWT
memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah
SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala
sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib. Bahkan,
apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu
Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah
SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan
air yang banyak seperti semula.
Kita
sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia
ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang
diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil
saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman Allah SWT :
قُلْ أَتُعَلِّمُونَ
اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللَّهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم (١٦)
Artinya :”.....Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa
yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al Hujurat:16).
Oleh
karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba
ilmu. Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih
lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.
10. Hayat
Hayat berarti hidup. Hidupnya Allah tidak ada yang
menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha
Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Sifat
mustahilnya adalah mautun yang
artinya mati. Contohnya, manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga
mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi,
hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya,
tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
Firman Allah SWT :
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا
نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ
إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ
بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ
وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (٢٥٥)
Artinya:”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur”. (QS Al Baqarah:
255)
Allah
SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu,
hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik
kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut
akan kita pertanggungjawabkan.
11. Sama’
Sama’ berarti mendengar . Allah SWT mendengar setiap
suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari
pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara
bisikan hati dan jiwa manusia. Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran
mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran
mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
Sifat
mustahilnya adalah summun artinya
tuli (tidak mendengar). Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar)
sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa
syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya. Selain itu penghiaan orang kafir,
orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak dihiraukan-Nya. Oleh
karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’
mustahil bersifat summun .
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut.
قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا
لا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(٧٦)
Artinya :”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”.(QS Al Maidah :76)
Sebagai
seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan
berbicara dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik
lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia,
baik terucap maupun di dalam hati.
12. Basar
Basar berarti melihat. Allah SWT melihat segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak,
artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi
oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini,
kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh
Allah SWT.
Sifat
mustahil-Nya adalah ‘umyun, artinya buta. Allah SWT wajib bersifat
kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan
ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.
Dengan
memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam
berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru,
atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. Oleh
karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus
mempertanggung jawabkannya kelak di akhirat.
13. Kalam
Kalam berarti berfirman atau berbicara. Allah SWT
bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan
pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti
lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia. Allah SWT berbicara tanpa
menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat
sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan
kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
Sifat
mustahi-Nya adalah bukmun, artinya bisu. Allah SWT mustahil bersifat bisu.
Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya bisa mengerti
maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah maupun
larangan. Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah
SWT dalam surah An Nisa’ : 164.
وَرُسُلا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ
قَبْلُ وَرُسُلا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
(١٦٤)
artinya :”.......Dan Allah berkata kepada Musa
dengan satu perkataan yang jelas.(QS AnNisa’ :164)
Oleh
karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan
kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita
berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar. Apabila kita menerima nikmat,
maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga harus membiasakan
diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.
D.
Hikmah Beriman Kepada Allah SWT
Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan
banyak hikmah diantaranya :
1.
Meyakini kebesaran Allah SWT
2.
Meningkatkan rasa syukur
3.
Selalu menjalankan perinyah-Nya.
4.
Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.
5.
Tidak takut menghadapi kematian