1.QALQALAH
Bahasa: bergetar / memantul.
Istilah: membunyikan huruf-huruf tertentu yang keluar dari makharijul huruf dengan menambah suara (pantulan) yang kuat dan jelas.
Huruf Qalqalah ق ط ب ج د
Macam-macam Qalqalah:
a.Qalqalah Sugra
Sugra: kecil
Istilah: huruf qalqalah yang tanda sukunnya asli dan berada di tengah kalimat.
Contoh: يَدْخُلُ يَطْهَرُ يِجْعَلُ يَبْخَلُ رَزَقْنَهُمْ
b.Qalqalah Kubra
Kubra: besar
Istilah: huruf qalqalah yang tanda sukunnya karena diwaqafkan dan berada di akhir kalimat.
Contoh: خَلَقَ اَحَدٌ حِساَبٍ مُحِيْطٌ مَعاَرِج
2.HURUF LAM (ل) YANG DITAFKHIMKAM
Huruf Lam (ل) dibaca tafkhim jika lafadh Allah didahului huruf yang berharakat fathah atau dummah.
Contoh: نَصْرُاللّهِ وَضَرَبَ اللّهُ وَا للّهُ
3.HURUF RA (ر) YANG DITAFKHIMKAM
Huruf Ra (ر) dibaca tafkhim jika:
a.Huruf ra berharakat fathah, fathah tanwin, dhummah, dan dhummah tanwin.
Contoh: رَبَّناَ شاَكِرًا رُزِقْنَا غَفُوْرٌ
b.Huruf ra sukun didahului huruf yang berharakat fathah, dhummah, dan kasrah.
Contoh: قَدَّرْنَا قُرْاَنٌ وَيَرْضَى اِِرْحَمْهُمَا
c.Huruf ra sukun didahului kasrah dan bertemu huruf isti’la ( خ ص ض ط ظ غ ق)
Contoh:مِرْصَدٌ قِرْطَاسٌ فِرْقَةٍ
d.Huruf ra sukun karena dibaca waqaf didahului huruf sukun selain Ya’ (ي) yang sebelumnya ada huruf yang berharakat fathah atau dhummah.
Contoh: حُسْرْ وَالْعَصْرْ شَهْرْ
4.MAD ‘ARID LISSUKUN
Bahasa: bacaan panjang karena ada sukun.
Istilah: mad yang terjadi apabila ada huruf mad (alif, wawu, ya’) yang berada pada akhir ayat atau terdapat tanda waqaf.
Setelah huruf mad harus ada huruf lain sebagai akhir pemberhentian bacaan atau diwaqafkan.
Contoh: يَشْعُرُوْنْ يَعْلَمُوْنْ اِلَي النُّوْرْ
5.HUKUM NUN MATI
a.Idzhar Halqi
Idzhar: jelas/terang
Istilah: apabila terdapat nun mati (نْ) atau tanwin bertemu salah satu huruf halqi (ا ح خ ع غ ه )
Contoh: كُفُوًااَحَدٌ مِنْ حَيْثُ يَنْهَوْنَ مِنْ خَوْفٍ
b.Idgham Bigunnah
Idgham: memasukkan
Bigunnah: dengung
Istilah: apabila terdapat nun mati (نْ) atau tanwin bertemu salah satu huruf (ي ن م و)
Contoh: عَنْ نَفْسِهِ لَكَفُرٌمُبِيْنَ عَذَابٌ وَصِبٌ اَنْ يَتُوْبَ
Pengecualian harus dibaca jelas (idzhar wajib/mutlak) :
فِى الحَيوةِِادُّ نْيَا (al-baqarah :85) وَغَيْرُ صِنْوَانٌ(al-ra’d: 4)
كَاَنَّهُمْ بُنْيَا نٌ(as-saff: 4) مِنْ طَلْعِهَاقِنْوَانٌ(al-an’am: 99)
c.Idgham Bilagunnah
Idgham: memasukkan
Bilagunnah: tidak dengung
Istilah: apabila terdapat nun mati (نْ) atau tanwin bertemu salah satu huruf (ل dan ر)
Contoh: لَطِيْفٌ لِمَا مِنْ رَبِكُمْ فَمَنْ رَبُّكُمَا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِيْنَ
d.Iqlab
Bahasa: menukar / mengganti
Istilah: apabila terdapat nun mati (نْ) atau tanwin bertemu salah satu huruf (ب)
Contoh: عَوَانٌ بَيْنَ اَنْبَتَكُمْ مَنْ بَخِلَ مِنْ بَعْد ِ
e.Ikhfa’
Bahasa: samar-samar
Istilah: apabila terdapat nun mati (نْ) atau tanwin bertemu salah satu huruf (ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك)
Contoh: مَنْ ثَقُلَتْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ صَفًّا صَفًّا بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ
6.HUKUM MIM MATI
a.Idgham Mutamatsilain / Mimi
Istilah: apabila terdapat mim mati (مْ) bertemu dengan huruf (م )
Contoh: لَكُمْ مَا سَاَلْتُمْ لَهُمْ مَايَتَّقُوْنَ عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةْ
b.Ikhfa’ Syafawi
Istilah: apabila terdapat mim mati (مْ) bertemu dengan huruf (ب)
Contoh: وَمَاهُمْ بِخَا رِجِيْنَ تَرْمِهِمْ بِحِجَارَةٍ اِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ
c.Idzhar Syafawi
Istilah: apabila terdapat mim mati (مْ) bertemu dengan huruf selain (م dan ب)
Contoh: اَنْتُمْ دَاخِرُوْنَ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ اَلَمْ تَرَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ
July 29, 2010
tugas bahasa arab
1.:قلَمٌ
2.مِرْسَمٌ:
3.طَباَسِرٌ:
4.penghapus:
5.كِتاَ بٌ:
6.meja:
7.kursi:
8.مِسْطَرَةٌ:
9.سَبُوْرَةٌ:
10.guru:
11.murid:
12.sekolah:
13.سَيّاَرَةٌ :
14.pesawat:
15.جَوِّالَةٌ:
16.bus:
17.سَاعَةُ:
18.خِزَانَة:ٌ
19.lampu:
20.rumah:
21.طَبَقُ:
22.شَوَكةَ:
23.mata:
24.hidung:
25.kaki:
26.يَدٌ:
27.رَأسٌ:
28.لِساَنٌ :
29.اِبْهاَمٌ:
30.jari manis:
31.ayah:
32.ibu:
33.kakak:
34.جَدٌّ:
35.اِبْنٌ:
36.عَمٌّ:
37.lima:
38.tujuh:
39.sepuluh:
40.empat belas:
41.timur:
42.barat:
43.utara:
44.selatan:
45.اَزْرَق:
46.اَسْوَدُ:
47.merah:
48.hijau:
49.kuning:
50.ungu:
51.اَرْبِعاَءُ:
52.اَلاَحَدُ:
53.اِثْنَيْنِ:
54.جُمْعَة:
55.اَلسَّبْتُ:
56.November:
57.desember:
58.فِبْراَيِرُ:
59.يُولِيُو:
60.اَبْرِيْلُ:
61.يَنَايِرُ:
62.اَلثُلاَثاَءُ:
63.خَمِيْسُ:
64.سِبْتَمْبَرْ:
65.مَاَيُو:
2.مِرْسَمٌ:
3.طَباَسِرٌ:
4.penghapus:
5.كِتاَ بٌ:
6.meja:
7.kursi:
8.مِسْطَرَةٌ:
9.سَبُوْرَةٌ:
10.guru:
11.murid:
12.sekolah:
13.سَيّاَرَةٌ :
14.pesawat:
15.جَوِّالَةٌ:
16.bus:
17.سَاعَةُ:
18.خِزَانَة:ٌ
19.lampu:
20.rumah:
21.طَبَقُ:
22.شَوَكةَ:
23.mata:
24.hidung:
25.kaki:
26.يَدٌ:
27.رَأسٌ:
28.لِساَنٌ :
29.اِبْهاَمٌ:
30.jari manis:
31.ayah:
32.ibu:
33.kakak:
34.جَدٌّ:
35.اِبْنٌ:
36.عَمٌّ:
37.lima:
38.tujuh:
39.sepuluh:
40.empat belas:
41.timur:
42.barat:
43.utara:
44.selatan:
45.اَزْرَق:
46.اَسْوَدُ:
47.merah:
48.hijau:
49.kuning:
50.ungu:
51.اَرْبِعاَءُ:
52.اَلاَحَدُ:
53.اِثْنَيْنِ:
54.جُمْعَة:
55.اَلسَّبْتُ:
56.November:
57.desember:
58.فِبْراَيِرُ:
59.يُولِيُو:
60.اَبْرِيْلُ:
61.يَنَايِرُ:
62.اَلثُلاَثاَءُ:
63.خَمِيْسُ:
64.سِبْتَمْبَرْ:
65.مَاَيُو:
sirup salak
SIRUP SALAK
BAHAN:
1.Salak (1 kg)
2.Gula pasir (1 kg) / gula merah (jawa)
3.Sitrun (1/2 sendok teh atau secukupnya)
4.CMC (zat pengental) (2 sendok teh atau secukupnya)
5.Na-Benzoat (pengawet) (1/2 sendok teh atau secukupnya)
6.Daun pandan (secukupnya)
7.Air putih (secukupnya)
ALAT:
1.Blender
2.Kompor
3.Pisau
4.Panci
5.Sendok
CARA MEMBUAT:
1.Salak dikupas terlebih dahulu lalu dibersihkan
2.Kemudian salak dipotong kecil-kecil
3.Setelah itu salak yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam blender dan ditambahkan air putih
4.Lalu salak yang sudah diblender disaring
5.Pisahkan sari salak dengan ampas salak
6.Buat larutan gula, dengan cara gula pasir ditambah dengan air putih panas biar gulanya cepat larut
7.Setelah larutan gula sudah siap, kemudian campurkan dengan sari salak yang sudah dipersiapkan
8.Lalu buat campuran sitrun, CMC, dan Na-Benzoat
9.Setelah itu campuran sari salak dan larutan gula ditambahkan campuran sitrun, CMC, dan Na-Benzoat kemudian ditambahkan daun pandan lalu dimasak hingga mendidih
10.Campuran yang sudah mendidih lalu didinginkan terlebih dahulu
11.Sirup salak siap dinikmati
12.Selamat mencoba
SELAI SALAK
BAHAN:
1.Ampas dari sirup salak
2.Kayu manis (secukupnya)
3.Cengkeh (secukupnya)
4.Garam (secukupnya)
5.Gula pasir (secukupnya)
6.Roti tawar
ALAT:
1.Kompor
2.Panci/penggorengan (wajan)
3.Sendok
CARA MEMBUAT:
1.Ampas salak dimasak terlebih dahulu sampai kandungan airnya hilang
2.Lalu ditambahkan gula pasir, cengkeh, kayu manis, dan garam secukupnya
3.Kemudian dimasak sampai mendidih dan tidak ada kandungan airnya lagi (sampai mengental)
4.Setelah mendidih didinginkan terlebih dahulu
5.Lalu siapkan roti tawarnya
6.Roti tawar tersebut kemudian dikasih selai salak
7.Roti isi selai salak siap dinikmati
Selamat mencoba
BAHAN:
1.Salak (1 kg)
2.Gula pasir (1 kg) / gula merah (jawa)
3.Sitrun (1/2 sendok teh atau secukupnya)
4.CMC (zat pengental) (2 sendok teh atau secukupnya)
5.Na-Benzoat (pengawet) (1/2 sendok teh atau secukupnya)
6.Daun pandan (secukupnya)
7.Air putih (secukupnya)
ALAT:
1.Blender
2.Kompor
3.Pisau
4.Panci
5.Sendok
CARA MEMBUAT:
1.Salak dikupas terlebih dahulu lalu dibersihkan
2.Kemudian salak dipotong kecil-kecil
3.Setelah itu salak yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam blender dan ditambahkan air putih
4.Lalu salak yang sudah diblender disaring
5.Pisahkan sari salak dengan ampas salak
6.Buat larutan gula, dengan cara gula pasir ditambah dengan air putih panas biar gulanya cepat larut
7.Setelah larutan gula sudah siap, kemudian campurkan dengan sari salak yang sudah dipersiapkan
8.Lalu buat campuran sitrun, CMC, dan Na-Benzoat
9.Setelah itu campuran sari salak dan larutan gula ditambahkan campuran sitrun, CMC, dan Na-Benzoat kemudian ditambahkan daun pandan lalu dimasak hingga mendidih
10.Campuran yang sudah mendidih lalu didinginkan terlebih dahulu
11.Sirup salak siap dinikmati
12.Selamat mencoba
SELAI SALAK
BAHAN:
1.Ampas dari sirup salak
2.Kayu manis (secukupnya)
3.Cengkeh (secukupnya)
4.Garam (secukupnya)
5.Gula pasir (secukupnya)
6.Roti tawar
ALAT:
1.Kompor
2.Panci/penggorengan (wajan)
3.Sendok
CARA MEMBUAT:
1.Ampas salak dimasak terlebih dahulu sampai kandungan airnya hilang
2.Lalu ditambahkan gula pasir, cengkeh, kayu manis, dan garam secukupnya
3.Kemudian dimasak sampai mendidih dan tidak ada kandungan airnya lagi (sampai mengental)
4.Setelah mendidih didinginkan terlebih dahulu
5.Lalu siapkan roti tawarnya
6.Roti tawar tersebut kemudian dikasih selai salak
7.Roti isi selai salak siap dinikmati
Selamat mencoba
proposal kimia
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI LARUTAN PADA KELAS XI SEMESTER II SMA MELALUI PERMAINAN KIMIA BERWAWASAN
i.Latar Belakang Masalah
Pendidikan kimia yang secara resmi telah diawali sejak SMA masih merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok, mengapa pendapat ini melanda para siswa. Pertama disebabkan karena wawasan terhadap kepentingan ilmu ini pada kehidupan kepentingan ilmu ini pada kehidupan, semua aspek menyatakan proses kimia. Kedua adalah saling keterpaduan antara ilmu kimia dengan ilmu-ilmu eksakta lain, baik fisika, matematika dan biologi. Ilmu-ilmu inipun juga merupakan ilmu yang tidak mudah. Ketiga adalah masih banyaknya ilmu lain yang bukan eksakta tetapi laku dipasaran.
Pembaharuan dibidang pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya adalah pembrlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang disempurnakan lagi menhadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kurikulum tersebut menekankan ketertiban siswa secara aktif dan berusaha menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajaran disemua mata pelajaran termasuk kimia. Guru sebagai fasilitator dan pendorong siswa untuk menggunakan ketrampilan proses serta menerapkan Inovasi model pembelajaran, sehingga pembelajaran kimia mampu mengembangkan life skill yang merupakan implementasi dari kurikulum KTSP.
Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar ketertiban siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Siswa akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkrit. Contoh-contoh yang sesuai dengan kondisi sehari-hari dan prakteknya sendiri. Hal ini pembelakjaran yang baik harus sesuai dengan indicator KTSP yaitu meliputi aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek efektif.1
Metode pengajaran disekolah dasar sampai perguruan tinggi masih monoton menggunakan metode mengajar secara informatik. Pengajar lebih banyak berbicara dan bercerita untuk menginformasikan semua fakta dan konsep, sedangkan sisesa hanya sebagai objek pembelajaran saja. Dari fakta tersebut jelas bahwa siswa hanya mendapat sebatas pengetahuan yang nantinya akan terukur dalam penilaian kognitif saja. Padahal dalam KTSP siswa dituntut untuk mencapai ketuntasan belajar yang cerminkan oleh nilai kognitif, nilai efektif dan nilai psikomotorik nilai psikomtorik bisa diambil dari nilai praktikum siswa sedang efektif dari tingkah laku siswa sehari-hari.
SMA ........merupakan salah satu SMA disebelah utara, sehingga input siswa disekolah tersebut masih tergolong rendah. Siswa-siswanya sebagian besar daro kalangan menengah kebawah. Fasilitas yang ada disekolah tersebut kurang dimanfaatkan secara maksimal, fenomena tersebut terlihat bahwa perpustakaan tang ada jarang sekali dikunjungi, sebagian siswa mengatakan hanya sekali dalam seminggu kke perpustakaan, sehingga guru kelas bisa mengembangkan pembelajaran yang bisa memotivasi mereka untuk belajar lebih giat, khususnya pelajaran kimia.
Materi pembelajaran kimia merupakan salah satu materi yang kurang diminati oleh siswa tidak terkecuali siswa-siwi SMA. Disekolahan ini metode yang digunakan sebagian besar adalah ceramah dana latihan-latihan soal, selain itu siswa-siswanya melakukan prektikum 1 kali di laboratorium. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri oleh guru pengampu karena laboratorium yang digunakan masih bergabung dengan labiratorium Biologi dan Fisika, sehingga penggunaan laboratorium kurang maksimal.guru juga kesulitan dalam melakukan persiapan praktikum karena tidak ada laboratorium yang membantu dalam persiapan praktikum. Dari fakta tersebut jelas bahwa metido yang digunakan hanya mampu mengukur aspek kognitif dan afektif saja, sdangkan aspek psikomotorik belum maksimal.
Selain beberapa hal di atas. Nilai ulangan siswa-siswi juga rendah, standar ketuntasan belajar belum bisa tercapai,oleh karena itu dibutuhkan suatu metode atau media yang dapat mencakup ketiga aspek tersebut dan meningkat tetapi tidak menambah waktu yang tersedia. Maka beberapa pokok pikiran bagi penulis menulis judul :
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI LARUTAN PADA KELAS XI SEMESTER II SMA ........MELALUI PERMAINAN KIMIA BERWAWASAN CET (Chemoe dutainment)”
Penelitian ini berfokus pada peningkatan hasil belajar kimia materi stoikiometri larutan siswa kelas XI pada pelaksanaan ini disusun dengan penekanan daya tarik siswa dengan praktikum percobaan permaian kimia sebagai penerapan CET dalam pembelajaran.
ii.Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam judul “Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pokok bahasan stoikiometri Larutan Pada Kelas XI Semester II SNA ........Melalui Permainan Kimia berwawasan CET (Chemoedeutainment).
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam proposal ini adalah sebagai berikut :
1.Apakah dengan penerapan permainan berwawasan CET siswa kelas XI SMA ........dapat mencapai peningkatan hasil belajar kimia pada pokok materi stoikiometri larutan ?
2.Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa pad pelajaran kimia setelah menggunakan metode tersebut ?
iii.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini tidak lain adalah hasil yang akan dicapai dari pemecahan masalah. Maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah siswa kelas XI SMA ........dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar kimia melalui permainan kimia berwawasan CET (Chemoedutainment) pada pokok materi stoikiometri larutan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
Bagi Guru
1)Mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar konsep stoikiometri larutan
2)Memudahkan dalam mengambil nilai kognitif afektif dan psikomotorik
Bagi Siswa
1)Membuat siswa senang dalam mengikuti pembelajaran kimia khusunya meteri stoikiometri larutan
2)Proses komunikasi lancar karena terjadi reaksi antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran khususnya mata pelajaran kimia.
iv.Penegasan Istilah
Penulis memsberikan batasan-batasan istilah dalam judul yang berbunyi “Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pokok bahasan stoikiometri Larutan Pada Kelas XI Semester II SMA ........Melalui Permainan Kimia berwawasan CET (Chemoedeutainment).” Untuk menghindari salah penafsiran terhadap penelitian ini . istilah yang perlu mendapatkan kejelasan arti adalah sebagai berikut :
1)Peningkatan ini berasal dari kata tingkat yang mendapat awalan pe dan akhiran an. Tingkat artinya tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan peradaban dan sebagainya), pangkat derajat kelas, sedangkan peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan dan sebagainya)
2)Permainan kimia merupakan pengganti kegiatan percobaan (praktikum) di dalam laboratorium.
3)Chemoedutainment, merupakan suatu proses belajar mengajar kimia yang dikemas ke dalam media yang inovatif dan menghibur.2
4)SMA merupakan SMA yang terletak dijalan tepatnya di.
v.Kajian Pustaka
Belajar
Banyak para ahli pendidikan mendefinisikan tentang belajar. Akan tetapi definisi satu sama lainnya tiak sama. Hal ini disebabkan karena sudut pandang mereka yang berbeda. Berikut ini penulis akan mengemukakan pendapat para ahli tersebut.
1)Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengamalan.3
2)Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan peubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.4
Uraian di atas menunjukkan pebedaan pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan belajar. Namun demikian disamping adanya perbedaan-perbedaan itu ada pula satu persamaan. Semua pendapat itu menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.
Mengajar
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah mahluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi menusia dewasa yang tanggung jawab terhadap diri sendiri, wiraswasta, berpribadi dan bermoral.
Mengingat tugas yang berat itu, guru yang mengajar di depan kelas harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar dan harus dilaksanakan seefektif mungkin agar guru tidak asal mengajar :
1)Di dalam mengajar guru harus bisa membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan guru.
2)Setiap guru dalam mengajar perlu memberi appersepsi terhadap pelajaran yang disampaikan.
3)Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat.
4)Semua kegiatan belajar mengajarperlu dievaluasi.5
Hasil Belajar
Secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah. Ranah yang pertama adalah ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman,penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Ranah yang kedua adalah ranah efektif yang berhubungan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori ranah efektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, pembentukan pola hidup. Ranah yang terakhir adalah ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan titik seperti keterampilan motorik dan syaraf. Manipulasi objek dan koordinasi syaraf ranah psikomotorik ini meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakankomplek, pernyesuaian dan kreativitas6
Ilmu Kimia
Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yaitu :
1)Sebagaian besar ilmu kimia bersifat abstrak.
2)Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya.
3)Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat.
4)Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal.
5)Bahan atau materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak.7
Permainan Kimia
Ada beberapa yang perlu dilakukan sebelum melakukan demonstrasi maupun praktikum dimulai diantaranya, persiapan dan gladi bersih penting dilakukan meskipun demonstrasi danpraktikum itu sudah sering dilakukan berkali-kali. Permaianan kimia yang dilakukan tidak perlu rumit. Peralatan tidak perlu mahal dan tidak harus dalam skala besar. Sehingga mudah dilakukan dan sesuai dengan tujuan untuk memotivasi siswa bahwa kimia itu menarik walaupun seringkali diaggap sukar.
Permainan kimia dimulai dari proses mengamati, memahami sampai penerapan sehari-hari tapi hasilnya tidak untuk dimakan atau diminum karena zat kimia bersifat racun kecuali demontrasi atau praktikum yang dilakukan menggunakan bahan-bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Keterkaitan antara permainan kimia dengan CET adalah di mana dalam permainan kimia merupakan suatu percobaan yang menarik menggunakan bahan dan alat-alat yang mudah didapat, sehingga dapat dikatakan sebagai media yang menghibur dan inovatif.
Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan permainan kimia :
1)Faktor keamanan.
2)Terbatasnya zat dan bahan.
3)Mengenal waktu.
Permainan kimia haruslah dilakukan dengan :
Baik dan cermat.
Mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
Mempersiapkan cara-cara kerja.
Penjelasan pada saat melakukan demontrasi dan praktikum.8
Stoikiometri Larutan
Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat bukannya antara dua zat murni. Satu bentuk yang paling lazim dari campuran adalah larutan. Di alam sebagaian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Sebagai contoh, cairan tubuh baiktumbuhan maupun hewan merupakan larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tubuh pun reaksi pada umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang diadopsi pada padatan.9
Perhitungan kimia untuk reaksi yang berhubungan dalam larutan disebut juga stoikiometri. Di dalam stoikiometri larutan, materi-materi yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
Sifat-sifat berbagai macam zat yang terkait dengan reaksi dalam larutan elektron
a)Jenis yang direaksikan
Asam
Terkait dengan pelarut air, maka pengertian asam dan basa umumnya dikaitkan dengan asam basa arrhenius. Jadi asam adalah zat-zat yang dalam air menghasilkan ion H+ dan ion sisa asam.
Contoh : HCI dan H2SO4 yang mengion sebagai berikut :
HCI(aq) H+(aq) + CI--(aq)
H2SO4(aq) 2H+ + SO42-(aq)
HCN (aq) H+(aq) + CN--(aq)
CH3COOH H+(aq) + CH3COO- -(aq)
Basa
Zat yang ada dalam air menghasilkan ion OH- dan suatu kation logam
Contoh : NaOH dan Ca(OH)2
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
Ca(OH)2 Ca2+(aq) + 2OH--(aq)
NH4OH NH4+ + OH--(aq)
Garam
Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam.
Contoh : NaCl, Ca(NO3)2
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Ca(NO)2 (aq) Ca2+(aq) + 2NO3-(aq)
Oksida Basa dan oksida Asam
Senyawa yang tersusun dari suatu unsur dengan oksigen disebut oksida. Bergantung pada jenis unsurnya (logam dan non logam). Oksida dapat dibedakan atas oksida logam dan oksida non logam. Oksida logam canderung bersifat asam. Oksida logam yang bersifat basa disebut oksida basa, sedangkan oksida non logam yang bersifat asam disebut oksida asam.
(1)Oksida Basa
Oksida basa tergolong senyawa ion, terdiri dari kation logam (selain Mn (4,6,7),Cr(6) dan semi logam kiri dengan anion oksida (O-).
Contoh : Na2O Mengandung ion Na+ dan ion O2-, sedangkan CaO terdiri dari ion Ca2+ dan O2- .
(2)Oksida Asam
Oksida asam merupakan senyawa molekul. Oksida asam bisa bereaksi dengan air membentuk asam. Penyusunnya non logam kecuali C(2), S(2), N(1,2,4), semilogam kanan, Cr (6), Mn (6,7),.
1.Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih harus di uji secara empirik.10 Sedangkan menutut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah suatu jawaban yang masih bersifat sementara terhadap pernasalahan-permasalahan penelitian samapai terbukti melalui data-data yang terkumpul.11
Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui percobaan permainan kimia berwawasan CET, dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar pada pokok materi stoikiometri larutan bagi siswa kelas XI IPA SMA.
2.Metode Penelitian
1)Variabel
Variable adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.12 Variable utama yang diamati dalam penelitian ini ada;ah variable hasil belajar yang berupa :
b.Daya serap berupa hasil belajar kognitif yaitu hasil pelaksanaan tugas mengerjakan soal yang diukur dari jawaban soal tes
c.Rasa ingin tahu siswa diukur dari keaktifan dalam proses belajar mengajar dan intensitas pertanyaan sebagai hasil belajar efektif
d.Keberhasilan siswa dalam paraktikum berupa hasil belajar psikomotorik yang diukur dari persiapan, pelaksanaan dan hasil praktikum.
e.Rasa puas dan pendapat siswa selama pembelajaran siukur dengan pedoman wawancara dengan menggunakan angket setelah penelitian berlangsung.
f.Kinerja guru yang diamati dengan lembar observasi oleh observer
2)Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau niali yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan dll, adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Semester II.
Sample
Sample adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteritik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.
Dalam pengambilan sample, peneliti berpedoman pada Suharsimi Arikunto “Apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya berupa penelitian populasi, jika sejumlah subjeknya besar dapat adiambil 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
a)Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
b)Sempit luasnya wilayah pengamatan dari sikap subjek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana
c)Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang beresiko besar, tentu jika saja jika sample besar hasilnya akan lebih baik.
3)Teknik Pengumpulah Data
Penelitian disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga perlu memiliki teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang obyektif.
Sumber penelitian adalah subjek dari mana data penelitian diperoleh, sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI, guru mitra, pelaksanaan tindakan serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar.
Data diperoleh dan dikumpulkan dari hasil belajar siswa yang diambil dengan memberikan tes kepada siswa. Situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi. Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan diambil dari quesioner yang disebarkan.
Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a)Metode observasi yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
b)Metode dokumentasi yaitu peneliti mengambil buku dokumen yang sudah ada dan memperoleh data yang dibutuhkan dari guru mitra. Metode ini digunakan untuk memperoleh data daftar nema siswa, rencana tindakan mengajar dan daftar nilai awal.
c)Metode tes merupakan suatu perangkat rangsangan (stimulasi) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif setelah siswa diberi metode percobaan permainan kimia berwawasan CET.
d)Metode angket merupakan suatu alat pengumpulan informasi dengan dara menyampaikan sejumlah pernyataan tertulis untuk menjawab secara tertulis pola oleh responden. Metode ini digunakan untuk memperolah data refleksi siswa terhadap pembelajaran kimia dengan permainan kimia berwawasan CET.
4)Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif terhadap data kualitatif (hasil Observasi, pengisian angket) untuk melakukan analisis terhadap data kualitatif digunakan model analisis dari nilai dan hubberman dalam zuriah (2003:102) yang meliputi kegiatan reduksi data dimana peneliti mencoba memilih data yang relevan, penting dan bermakna dengan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis dan dilanjutkan dengan kesimpulan atas kehendak yang dilakukan. Data kuantitatif dengan rumus sebagai berikut :
Nilai =
∑ skor yang diperoleh
X 100 %
∑ skor total
( Arikunto, 2007:99)
i.Latar Belakang Masalah
Pendidikan kimia yang secara resmi telah diawali sejak SMA masih merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok, mengapa pendapat ini melanda para siswa. Pertama disebabkan karena wawasan terhadap kepentingan ilmu ini pada kehidupan kepentingan ilmu ini pada kehidupan, semua aspek menyatakan proses kimia. Kedua adalah saling keterpaduan antara ilmu kimia dengan ilmu-ilmu eksakta lain, baik fisika, matematika dan biologi. Ilmu-ilmu inipun juga merupakan ilmu yang tidak mudah. Ketiga adalah masih banyaknya ilmu lain yang bukan eksakta tetapi laku dipasaran.
Pembaharuan dibidang pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya adalah pembrlakuan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang disempurnakan lagi menhadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kurikulum tersebut menekankan ketertiban siswa secara aktif dan berusaha menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajaran disemua mata pelajaran termasuk kimia. Guru sebagai fasilitator dan pendorong siswa untuk menggunakan ketrampilan proses serta menerapkan Inovasi model pembelajaran, sehingga pembelajaran kimia mampu mengembangkan life skill yang merupakan implementasi dari kurikulum KTSP.
Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar ketertiban siswa dalam kegiatan, maka makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Siswa akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkrit. Contoh-contoh yang sesuai dengan kondisi sehari-hari dan prakteknya sendiri. Hal ini pembelakjaran yang baik harus sesuai dengan indicator KTSP yaitu meliputi aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek efektif.1
Metode pengajaran disekolah dasar sampai perguruan tinggi masih monoton menggunakan metode mengajar secara informatik. Pengajar lebih banyak berbicara dan bercerita untuk menginformasikan semua fakta dan konsep, sedangkan sisesa hanya sebagai objek pembelajaran saja. Dari fakta tersebut jelas bahwa siswa hanya mendapat sebatas pengetahuan yang nantinya akan terukur dalam penilaian kognitif saja. Padahal dalam KTSP siswa dituntut untuk mencapai ketuntasan belajar yang cerminkan oleh nilai kognitif, nilai efektif dan nilai psikomotorik nilai psikomtorik bisa diambil dari nilai praktikum siswa sedang efektif dari tingkah laku siswa sehari-hari.
SMA ........merupakan salah satu SMA disebelah utara, sehingga input siswa disekolah tersebut masih tergolong rendah. Siswa-siswanya sebagian besar daro kalangan menengah kebawah. Fasilitas yang ada disekolah tersebut kurang dimanfaatkan secara maksimal, fenomena tersebut terlihat bahwa perpustakaan tang ada jarang sekali dikunjungi, sebagian siswa mengatakan hanya sekali dalam seminggu kke perpustakaan, sehingga guru kelas bisa mengembangkan pembelajaran yang bisa memotivasi mereka untuk belajar lebih giat, khususnya pelajaran kimia.
Materi pembelajaran kimia merupakan salah satu materi yang kurang diminati oleh siswa tidak terkecuali siswa-siwi SMA. Disekolahan ini metode yang digunakan sebagian besar adalah ceramah dana latihan-latihan soal, selain itu siswa-siswanya melakukan prektikum 1 kali di laboratorium. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri oleh guru pengampu karena laboratorium yang digunakan masih bergabung dengan labiratorium Biologi dan Fisika, sehingga penggunaan laboratorium kurang maksimal.guru juga kesulitan dalam melakukan persiapan praktikum karena tidak ada laboratorium yang membantu dalam persiapan praktikum. Dari fakta tersebut jelas bahwa metido yang digunakan hanya mampu mengukur aspek kognitif dan afektif saja, sdangkan aspek psikomotorik belum maksimal.
Selain beberapa hal di atas. Nilai ulangan siswa-siswi juga rendah, standar ketuntasan belajar belum bisa tercapai,oleh karena itu dibutuhkan suatu metode atau media yang dapat mencakup ketiga aspek tersebut dan meningkat tetapi tidak menambah waktu yang tersedia. Maka beberapa pokok pikiran bagi penulis menulis judul :
“PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN STOIKIOMETRI LARUTAN PADA KELAS XI SEMESTER II SMA ........MELALUI PERMAINAN KIMIA BERWAWASAN CET (Chemoe dutainment)”
Penelitian ini berfokus pada peningkatan hasil belajar kimia materi stoikiometri larutan siswa kelas XI pada pelaksanaan ini disusun dengan penekanan daya tarik siswa dengan praktikum percobaan permaian kimia sebagai penerapan CET dalam pembelajaran.
ii.Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam judul “Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pokok bahasan stoikiometri Larutan Pada Kelas XI Semester II SNA ........Melalui Permainan Kimia berwawasan CET (Chemoedeutainment).
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam proposal ini adalah sebagai berikut :
1.Apakah dengan penerapan permainan berwawasan CET siswa kelas XI SMA ........dapat mencapai peningkatan hasil belajar kimia pada pokok materi stoikiometri larutan ?
2.Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa pad pelajaran kimia setelah menggunakan metode tersebut ?
iii.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini tidak lain adalah hasil yang akan dicapai dari pemecahan masalah. Maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah siswa kelas XI SMA ........dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar kimia melalui permainan kimia berwawasan CET (Chemoedutainment) pada pokok materi stoikiometri larutan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
Bagi Guru
1)Mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar konsep stoikiometri larutan
2)Memudahkan dalam mengambil nilai kognitif afektif dan psikomotorik
Bagi Siswa
1)Membuat siswa senang dalam mengikuti pembelajaran kimia khusunya meteri stoikiometri larutan
2)Proses komunikasi lancar karena terjadi reaksi antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran khususnya mata pelajaran kimia.
iv.Penegasan Istilah
Penulis memsberikan batasan-batasan istilah dalam judul yang berbunyi “Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pokok bahasan stoikiometri Larutan Pada Kelas XI Semester II SMA ........Melalui Permainan Kimia berwawasan CET (Chemoedeutainment).” Untuk menghindari salah penafsiran terhadap penelitian ini . istilah yang perlu mendapatkan kejelasan arti adalah sebagai berikut :
1)Peningkatan ini berasal dari kata tingkat yang mendapat awalan pe dan akhiran an. Tingkat artinya tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan peradaban dan sebagainya), pangkat derajat kelas, sedangkan peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan dan sebagainya)
2)Permainan kimia merupakan pengganti kegiatan percobaan (praktikum) di dalam laboratorium.
3)Chemoedutainment, merupakan suatu proses belajar mengajar kimia yang dikemas ke dalam media yang inovatif dan menghibur.2
4)SMA merupakan SMA yang terletak dijalan tepatnya di.
v.Kajian Pustaka
Belajar
Banyak para ahli pendidikan mendefinisikan tentang belajar. Akan tetapi definisi satu sama lainnya tiak sama. Hal ini disebabkan karena sudut pandang mereka yang berbeda. Berikut ini penulis akan mengemukakan pendapat para ahli tersebut.
1)Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengamalan.3
2)Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan peubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.4
Uraian di atas menunjukkan pebedaan pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan belajar. Namun demikian disamping adanya perbedaan-perbedaan itu ada pula satu persamaan. Semua pendapat itu menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.
Mengajar
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah mahluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi menusia dewasa yang tanggung jawab terhadap diri sendiri, wiraswasta, berpribadi dan bermoral.
Mengingat tugas yang berat itu, guru yang mengajar di depan kelas harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar dan harus dilaksanakan seefektif mungkin agar guru tidak asal mengajar :
1)Di dalam mengajar guru harus bisa membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan guru.
2)Setiap guru dalam mengajar perlu memberi appersepsi terhadap pelajaran yang disampaikan.
3)Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat.
4)Semua kegiatan belajar mengajarperlu dievaluasi.5
Hasil Belajar
Secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah. Ranah yang pertama adalah ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman,penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Ranah yang kedua adalah ranah efektif yang berhubungan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Kategori ranah efektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, pembentukan pola hidup. Ranah yang terakhir adalah ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan titik seperti keterampilan motorik dan syaraf. Manipulasi objek dan koordinasi syaraf ranah psikomotorik ini meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakankomplek, pernyesuaian dan kreativitas6
Ilmu Kimia
Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yaitu :
1)Sebagaian besar ilmu kimia bersifat abstrak.
2)Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya.
3)Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat.
4)Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal.
5)Bahan atau materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak.7
Permainan Kimia
Ada beberapa yang perlu dilakukan sebelum melakukan demonstrasi maupun praktikum dimulai diantaranya, persiapan dan gladi bersih penting dilakukan meskipun demonstrasi danpraktikum itu sudah sering dilakukan berkali-kali. Permaianan kimia yang dilakukan tidak perlu rumit. Peralatan tidak perlu mahal dan tidak harus dalam skala besar. Sehingga mudah dilakukan dan sesuai dengan tujuan untuk memotivasi siswa bahwa kimia itu menarik walaupun seringkali diaggap sukar.
Permainan kimia dimulai dari proses mengamati, memahami sampai penerapan sehari-hari tapi hasilnya tidak untuk dimakan atau diminum karena zat kimia bersifat racun kecuali demontrasi atau praktikum yang dilakukan menggunakan bahan-bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Keterkaitan antara permainan kimia dengan CET adalah di mana dalam permainan kimia merupakan suatu percobaan yang menarik menggunakan bahan dan alat-alat yang mudah didapat, sehingga dapat dikatakan sebagai media yang menghibur dan inovatif.
Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan permainan kimia :
1)Faktor keamanan.
2)Terbatasnya zat dan bahan.
3)Mengenal waktu.
Permainan kimia haruslah dilakukan dengan :
Baik dan cermat.
Mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
Mempersiapkan cara-cara kerja.
Penjelasan pada saat melakukan demontrasi dan praktikum.8
Stoikiometri Larutan
Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat bukannya antara dua zat murni. Satu bentuk yang paling lazim dari campuran adalah larutan. Di alam sebagaian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Sebagai contoh, cairan tubuh baiktumbuhan maupun hewan merupakan larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tubuh pun reaksi pada umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang diadopsi pada padatan.9
Perhitungan kimia untuk reaksi yang berhubungan dalam larutan disebut juga stoikiometri. Di dalam stoikiometri larutan, materi-materi yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
Sifat-sifat berbagai macam zat yang terkait dengan reaksi dalam larutan elektron
a)Jenis yang direaksikan
Asam
Terkait dengan pelarut air, maka pengertian asam dan basa umumnya dikaitkan dengan asam basa arrhenius. Jadi asam adalah zat-zat yang dalam air menghasilkan ion H+ dan ion sisa asam.
Contoh : HCI dan H2SO4 yang mengion sebagai berikut :
HCI(aq) H+(aq) + CI--(aq)
H2SO4(aq) 2H+ + SO42-(aq)
HCN (aq) H+(aq) + CN--(aq)
CH3COOH H+(aq) + CH3COO- -(aq)
Basa
Zat yang ada dalam air menghasilkan ion OH- dan suatu kation logam
Contoh : NaOH dan Ca(OH)2
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
Ca(OH)2 Ca2+(aq) + 2OH--(aq)
NH4OH NH4+ + OH--(aq)
Garam
Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam.
Contoh : NaCl, Ca(NO3)2
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Ca(NO)2 (aq) Ca2+(aq) + 2NO3-(aq)
Oksida Basa dan oksida Asam
Senyawa yang tersusun dari suatu unsur dengan oksigen disebut oksida. Bergantung pada jenis unsurnya (logam dan non logam). Oksida dapat dibedakan atas oksida logam dan oksida non logam. Oksida logam canderung bersifat asam. Oksida logam yang bersifat basa disebut oksida basa, sedangkan oksida non logam yang bersifat asam disebut oksida asam.
(1)Oksida Basa
Oksida basa tergolong senyawa ion, terdiri dari kation logam (selain Mn (4,6,7),Cr(6) dan semi logam kiri dengan anion oksida (O-).
Contoh : Na2O Mengandung ion Na+ dan ion O2-, sedangkan CaO terdiri dari ion Ca2+ dan O2- .
(2)Oksida Asam
Oksida asam merupakan senyawa molekul. Oksida asam bisa bereaksi dengan air membentuk asam. Penyusunnya non logam kecuali C(2), S(2), N(1,2,4), semilogam kanan, Cr (6), Mn (6,7),.
1.Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih harus di uji secara empirik.10 Sedangkan menutut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah suatu jawaban yang masih bersifat sementara terhadap pernasalahan-permasalahan penelitian samapai terbukti melalui data-data yang terkumpul.11
Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui percobaan permainan kimia berwawasan CET, dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar pada pokok materi stoikiometri larutan bagi siswa kelas XI IPA SMA.
2.Metode Penelitian
1)Variabel
Variable adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.12 Variable utama yang diamati dalam penelitian ini ada;ah variable hasil belajar yang berupa :
b.Daya serap berupa hasil belajar kognitif yaitu hasil pelaksanaan tugas mengerjakan soal yang diukur dari jawaban soal tes
c.Rasa ingin tahu siswa diukur dari keaktifan dalam proses belajar mengajar dan intensitas pertanyaan sebagai hasil belajar efektif
d.Keberhasilan siswa dalam paraktikum berupa hasil belajar psikomotorik yang diukur dari persiapan, pelaksanaan dan hasil praktikum.
e.Rasa puas dan pendapat siswa selama pembelajaran siukur dengan pedoman wawancara dengan menggunakan angket setelah penelitian berlangsung.
f.Kinerja guru yang diamati dengan lembar observasi oleh observer
2)Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau niali yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau elemen populasi. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan dll, adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Semester II.
Sample
Sample adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteritik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.
Dalam pengambilan sample, peneliti berpedoman pada Suharsimi Arikunto “Apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya berupa penelitian populasi, jika sejumlah subjeknya besar dapat adiambil 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
a)Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
b)Sempit luasnya wilayah pengamatan dari sikap subjek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana
c)Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang beresiko besar, tentu jika saja jika sample besar hasilnya akan lebih baik.
3)Teknik Pengumpulah Data
Penelitian disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga perlu memiliki teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang obyektif.
Sumber penelitian adalah subjek dari mana data penelitian diperoleh, sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI, guru mitra, pelaksanaan tindakan serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar.
Data diperoleh dan dikumpulkan dari hasil belajar siswa yang diambil dengan memberikan tes kepada siswa. Situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi. Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan diambil dari quesioner yang disebarkan.
Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a)Metode observasi yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
b)Metode dokumentasi yaitu peneliti mengambil buku dokumen yang sudah ada dan memperoleh data yang dibutuhkan dari guru mitra. Metode ini digunakan untuk memperoleh data daftar nema siswa, rencana tindakan mengajar dan daftar nilai awal.
c)Metode tes merupakan suatu perangkat rangsangan (stimulasi) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Metode ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kognitif setelah siswa diberi metode percobaan permainan kimia berwawasan CET.
d)Metode angket merupakan suatu alat pengumpulan informasi dengan dara menyampaikan sejumlah pernyataan tertulis untuk menjawab secara tertulis pola oleh responden. Metode ini digunakan untuk memperolah data refleksi siswa terhadap pembelajaran kimia dengan permainan kimia berwawasan CET.
4)Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif terhadap data kualitatif (hasil Observasi, pengisian angket) untuk melakukan analisis terhadap data kualitatif digunakan model analisis dari nilai dan hubberman dalam zuriah (2003:102) yang meliputi kegiatan reduksi data dimana peneliti mencoba memilih data yang relevan, penting dan bermakna dengan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis dan dilanjutkan dengan kesimpulan atas kehendak yang dilakukan. Data kuantitatif dengan rumus sebagai berikut :
Nilai =
∑ skor yang diperoleh
X 100 %
∑ skor total
( Arikunto, 2007:99)
bab 1-3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Alasan Pemilihan Judul
Dewasa ini perubahan cepat dan pesat terjadi dalam berbagai bidang. Pendidikan memiliki peran dalam mengantisipasi perubahan tersebut. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus memperhatikan terjadinya pembelajaran sehingga peserta didik siap untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Sehingga diharapkan dapat mengilhami problematika dikehidupan yang nyata.
Pengembangan dan kecakapan dan ketrampilan memerlukan suatu alat pembelajaran yang tidak hanya semata-mata bertujuan menguasai materi melainkan juga tujuan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan yang nyata.
Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran dikelas, termasuk dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika mestinya juga harus menjadi wahana untuk mengembangkan kecakapan dalam memecahkan masalah. Karena itu, perlu diterapkan strategi pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan-latihan. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa keingintahuan untuk melakukan penyelidikan, sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Dalam melakukan penyelidikan sering dilakukan kerja sama dengan temannya.
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah auentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Pembelajaran berbasis masalah ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan dan konsep penting ( Andreas : 2001 : 3 )
Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan memerika fasilitas penelitian. Selain itu, harus menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa dan penentu arah belajar siswa.
Pada pokok bahasan statistika, banyak siswa yang mendapatkan hasil yang tidak maksimal, hal ini dikarenakan pembelajaran yang kurang bermakna dari guru serta siswa tidak diikutsertakan dalam pembelajaran, sehinga diperlukan sebuah metode pembelajaran yang bermakna bagi siswa dan juga mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran.
Keikutsertaan siswa dalam pembelajaran dapat dengan cara penyelesaian masalah yang diangkat oleh siswa sendiri dan diselesaikan oleh siswa itu sendiri, sedangkan guru hanya berlaku sebagai motivator dan pembimbing dari kegiatan siswa.
Media (alat bantu ajar) diakui oleh banyak ahli pendidikan memainkan peranan penting dalam efektivitas pembelajaran ( Andreas, 2002:1 ). Sedangkan hasil penelitian dari Isti dkk ( 1998 : 209 ) dan Sugiarto & Isti ( 1999 : 83 ) menunjukan bahwa penggunaan alat peraga sebagai alat bantu ajar dalam pembelajaran lebih bermakana dan siswa lebih efektif.
Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti keefetifan pendayagunaan media dalam pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan alat bantu ajar terhadap hasil belajar siswa pada pokok Bahasan Statistika semester I kelas XI tahun pelajaran 2005.
B.Permasalahan
Permasalahan yang timbul adalah efektifkah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) terhadap hasil belajar siswa pokok bahasan Statistik Semester I kelas XI tahun ajaran 2005 dengan pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru (konvensional)?
C.Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) lebih efektif dari pada pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional ) pada hasil belajar siswa Pokok Bahasan Statistiks kelas XI Tahun Pelajaran 2005/2006
D.Penegasan Istilah
1.Keefektifan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektif berarti baik hasilnya, tepat, benar, dapat membawa hasil, berhasil guna ( Tim penyusun KBBI,1988:219 ). Jadi yang dimaksud dengan keefektifan adalah dapat membawa hasil atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
2.Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran yang bercirikan pada pengajuan pertanyan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja dan menghasilkan karya serta peragaan.
3.Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru setelah melalui proses belajar ( Tim MKDK IKIP Semarang,1988:28 ). Belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungan.
4.Media ( alat Bantu ajar ) menurut Mc. Luhan, adalah sarana atau disebut pula channel, karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dangan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.
5.Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru, guru menjelaskan cara menyelesaikan suatu soal kemudian guru memberikan rumus yang digunakan. Memberikan beberapa soal latihan, menyuruh siswa mengerjakan didepan kelas kemudian memberi pekerjaan rumah kepada para siswa
Jadi penelitian dengan judul keefektifan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Statistiks Semester I kelas XI Tahun Pelajaran 2005 / 2006, berarti dalam penelitian ini akan berusaha mengetahui apakah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) dapat lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, bekerja sama dalam komunikasi dalam pokok bahasan Statistika Semester I.
E.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagi siswa, menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama dan kemampuan berkomunikasi.
2.Bagi guru, mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan profesi guru.
3.Bagi peneliti, mendapat pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan alat bantu ajar yang efektif.
F.Sistemetika Penulisan
Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari bagian awal skripsi dan bagian isi skripsi.
Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halamam pengesahan, abstrak, halaman motto dan halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.
Bagian isi skripsi yang terdiri dari lima bab. Bab I. Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II. Landasan teori dan hipotesis; membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teorotis yang diterapkan dalam skripsi, pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hepotesis tindakan.
Bab III. Metode penelitian: meliputi jenis dan rancangan penelitian, metode pengumpulan data, metode menyusun alat ukur, metode analisis data dan hasil uji coba alat ukur.
Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, berisi semua hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan. Bab V. penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasar simpulan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1.Landasan teori
1.Belajar
Beberapa pengertian telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Abu Ahmadi ( 1986:2 ): “ Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan “.
Sedangkan menurut Nana Sudjana ( 1989:5 ). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta berubahnya aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuiain diri dengan keadaan.
Berdasarkan rumusan tentang belajar diatas, maka belajar pada hakikatnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku dari individu berkat pengalaman dan latihan sehingga menghasilkan tingkah laku baru yang relatif permanen setelah berinteraksi dengan lingkungan.
2.Belajar Matematika
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama dan sulit dalam menentukan batas waktunya. Di dalam belajar tentu setiap individu mengalami kesulitan yang berbeda - beda. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan peserta didik. Dalam keadaan peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang dinamakan kesulitan belajar.
Menurut Gagne ( dalam Erman Suherman,1993:26 ), dalam matematika ada 2 objek yang dapat dipelajari siswa, yaitu objek tak langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung meliputi kemampuan menyelidiki dan memecahkan suatu masalah, mandiri (belajar, bekerja ) bersikap positif terhadap Matematika, tahu bagaimana semestinya belajar Matematika dan lain-lain. Sedangkan objek langsung meliputi fakta, konsep, prinsip dan skiil.
3.Kompetisi Bahan Kajian Matematika
Menurut Abraham S ( dalam Erman Suherman 2003:15 ) : “ in short, the question what this mathematic? May be answered difficulty depending on when the question in answer, where it is answer, who answer it and what this regared as being included in methematics “. Ini berarti bahwa pendekatan pertanyaan tentang metematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung bilamana pertanyan itu dijawab, dimana di jawab, siapa yang menjawab dan apa saja yang dipandang atau dikategorikan dalam matematika. Hal ini dikarenakan bahan kajian matematika meliputi berbagai aspek kehidupan baik berupa cara berfikir, kreatif, pemahaman masalah maupun alat komunikasi informasi tentang ide dari suatu pembicaraan. Dari sini maka perlu dijelaskan pula tentang tujuan dari pembelajaran matematika. Adapun tujuan matematika adalah sebagai berikut ( Erman Suherman 2003:15-17 )
a.Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
b.Meningkatkan ektifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, mencoba-coba.
c.Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
d.Sebagai alat kominukasi informasi atau ide misal melalui pembicaraan lesan, catatan, grafik, peta, diagram didalam menjelaskan gagasan.
Sehingga kompetisi yang diharapkan dalam pembelajaran metematika dapat tercapai. Adapun kompetisi dalam pembalajaran matematika sebagai berikut ( Erman Suherman 2003:17)
a.Menunjukan permasalahan dan keterkaitan antara konsep matematika yang dipelajari, serta mengaplikasikan konsep algoritma secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah.
b.Memilki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, grafik atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
c.Mengguanakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi metematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.
d.Menunjukan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan menyelesaikan metode matematika dalam pemecahan masalah.
e.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
4.Pembalajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. (Andreas:2001:3)
Pembelajaran berbasis masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan-latihan. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa keingintahuan untuk melakukan penyelidikan, sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Dalam melakukan penyelidikan sering dilakukan kerja sama dengan temannya. ( Andreas:2001:3)
Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Kill Patrick ( dalam Muslimin Ibrahim 2000:16 ) mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri. Visi pembelajaran yang berdayaguna atau berpusat pada masalah digerakan oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang bermakna secara jelas.
Piaget ( dalam Muslimin Ibrahim 2000: 17 ) mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlihat dalam proses perolehan informasi dan membangun mereka sendiri. Dia juga menambahkan dalam PBI bahwa pedagogi yang tidak harus melihatkan pemberian anak dengan situasi-situasi dimana anak itu sendiri melakukan eksperimen, dalam arti paling luas dari istilah itu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memaniplasi tanda-tanda, memanipulasi symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokan apa yang ia kemukakan pada saat dengan apa yang ia temukan pada saat yang lain, membandingkan temuan dengan temuan anak lain.
Pembelajaran berbasis Masalah berusaha membantu siswa menjadi pelajar yang baik yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri.
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki lima (5) tahapan utama (Muslimin Ibrahim, 2000:13 ), kelima tahapan tersebut adalah :
Tahap
Tingkah laku guru
Tahap-1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membatu mereka untuk berbagi tugas dengan temanya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevakuasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau tugas evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Pelaksanan pembelajaran bedasarkan masalah meliputi berbagai hal sebagai berikut . ( dalam muslimin Ibrahim,2000:13 )
a.Tugas-tugas Perecanaan
Pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya dengan model-model pembelajaran yang berpusat pada jawaban lainya.
1). Penetapan tujuan
Pertama kali didiskripkan bagaimana pembelajaran berdasarkan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran berbasis masalah biasa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang talah disebutkan tadi.
2). Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena ini meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka teki dan tidak terefinisikan secara ketat, memungkinkan bekerja sama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3). Organisasi sumber daya rencana logistik
Dalam pembelajarran berbasis masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan ragam material dan peralatan, dan pelaksanaan biasa dilakukan didalam kelas, di perpustakaan atau laboratorium bahkan dapat juga dilakukan diluar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisaskan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan utama bagi guru yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.
b.Tugas interaktif
1). Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami tujuan pembelajaran masalah adalah tidak memeperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidik dan terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah dalam pembelajaran ini adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan memberikan keinginan untuk memecahkan.
2). Mengorganisasi siswa untuk belajar
Pada model ini dibutuhkan pengembangan ketrampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal itu siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelapor. Kelompok belajar kooperatif juga berlaku pada model pembelajaran ini.
3). Membantu penyelidikan mendiri dan kelompok, meliputi:
a). Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapi. Juga diajarkan etika penyelidikan yang benar.
b). Guru mendorong pertukaran ide secara bebas. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c). Puncak proyek-proyek pembalajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik dan video tape.
4). Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru tahap akhir pembelajaran ini adalah membantu siswa manganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
c.Lingkungan belajar dan tugas-tugas manajemen
Salah satu masalah dalam pengelolaan pembelajaran berbasis masalah adalah bagai mana menangani siswa baik secara individu maupun kelompok untuk menyelesaikan tugas lebih awal atau terlambat. Jadi kecepatan dalam penyelesaian dalam penyelesaian yang memiliki siswa jelas berbeda, sehingga dimungkinkan siswa mengerjakan tugas multi (rangkap) atau pun juga berbeda-beda sehingga diperlukan penentuan dan pengelolaan kerja siswa yang rumit.
Guru yang efektif harus memiliki prosedur untuk pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan. Juga harus menyampaikan aturan dan sopan santun untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika melakukan penyelidikan.
5.Media pendidikan
Menurut Santoso S. Hamidjojo ( dalam Darhim 1993:13 ). “media adalah semua bentuk perantara yang di pakai orang penyebar idea, sehingga gagasanya sampai pada penerima “. Sedangkan Mc Luhan ( dalam Darhim 1993:13 ) menyatakan bahwa “ media adalah sarana yang disebut pula channel, Karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada”.
Menurut Blake dan Horasel ( dalam Darhim 1993:14 ). “ media adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan sesuatu pesan. Dimana perantara ini merupakan jalan atau alat lintas suatu pesan antara komunikator dengan komunikan”.
Berdasarkan beberapa definisi diatas media dapat dikatakan sebagai sarana atau alat perantara untuk menyampaikan suatu pengajaran, sedangkan didalam matematika media biasa diidentik dengan alat peraga.
Media pendidikan memiliki beberapa nilai praktis yang diantaranya adalah :
a.Media pendidikan dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi murid.
b.Media pendidikan dapat mengatasi batas-batas ruang kelas.
c.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan ukuran bentuk benda.
d.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan kecepatan gerak benda.
e.Media pendidikan dapat mengatasi kekomplekan masalah.
f.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan volume suara.
g.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan penghayatan dalam proses belajar.
h.Media pendidikan dapat mengatasi terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau keadaan alamiah.
i.Media pendidikan dapat mengatasi dan memberikan kesamaan dalam pemgamatan terhadap sesuatu.
j.Media pendidikan dapat membangkitakan belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar.
Proses generalisasi tidak datang dengan sendirinya, sejumlah pengalaman tidak dengan sendirianya menghasilkan pengertian. Pengalaman-pengalaman harus disusun menjadi pola baru agar merupakan suatu pengertian atau konsep. Kemampuan berfikir dan mengerti hal-hal yang verbal bukanlah hal yang mudah., membagi pengalaman menurut tingkat abstraknya, mulai dari pengalaman kongret (langsung) sampai kepada yang paling abstrak ( symbol kata-kata ).
Jadi sintak dalam pembalajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat Bantu ajar ) di sini adalah sebagai berikut. ( Muslimin Ibrahim : 2000 : 13 )
Tahap-1. Oreintasi siswa kepada masalah dengan menggunakan media yang dibutuhkan, tahap-2, mengorganisai siswa untuk belajar, tahap-3, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan menggunakan media yang ada, tahap-4, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan penggunaan media yang ada. Dan tahap-5, menganalisis den mengevakuasi proses pemecahan masalah.
Dalam pelaksanaan penelitian akan dilihat juga proses yang ada yaitu dengan memberikan angket serta lembar observasi terhadap pembelajaran yang baik bagi siswa maupun bagi guru yang bersangkutan.
2.Materi Pokok Bahasan Statistika
Pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian eksperimen ini adalah statistika. Selanjutnya, akan diuraikan materi pokok bahasan tersebut.
1.Rataan Hitung (mean)
a.Rataan hitung dari data tunggal
Contoh:
Nilai enam kali ulangan Dinda adalah 7,8,8,9,9 dan 10. Tentukan nilai rata-rata ulangan Dinda tersebut.
Penyelesaian
Diketahui: enam kali ulangan Dinda yaitu 7,8,8,9,9 dan 10.
Ditanya: berapa nilai rata-rata ulangan Dinda ?
Jawab :
Jadi, nilai rata-rata ualngan Dinda adalah 8,5
Rataaan hitung dari data yang disajikan dalam distribusi frekuensi
Dengan:
f1 = Frekuensi untuk nilai x1 yang bersesuaian
xi = data ke-1
Contoh:
Dari hasil ulangan matematika disuatu kelas, enam siswa mendapat nilai 8, tujuh siswa mendapat nilai 7, lima belas siswa mendapat nilai 6, tujuh siswa mendapat nilai 5 dan lima siswa mendapat nilai 4.
Tentukan rata-rata nilai ulangan matematika di kelas itu.
Penyelesaian:
b.Rataan hitung gabungan
Jika data pertama berukuran n1 dengan rataan hitung , data kedua berukuran n2 rataaan hitung , …, data ke-k berukuran nk dengan rataan hitung , maka rataan hitung gabungan dari k buah data itu adalah
Contoh:
Nilai rata-rata ulangan matematika 15 siswa adalah 6,2; 20 siswa adalah 7,0; dan 5 siswa adalah 8,6. Hitunglah nilai rata-rata ulangan matematika semua siswa itu.
2.Modus, Median dan Kuartil
Data yang belum dikelompokkan
a.Modus dari data yang belum dikelompokkan adalah ukuran (nilai/observasi) yang memiliki frekuensi tertinggi.
Modus dari data yang telah dikelompokkan dihitung dengan rumus:
Dengan:
Mo = modus
L = tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi terbesar
d1 = selisih frekuensi modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
c = panjang interval
Contoh:
Perhatikan tabel berikut yang menunjukkan nilai ulangan matematika kelas XI-1 “SMU N Pulokulon”. Jika diketahui modus = 83, maka hitunglah berapa banyak siswa yang mendapat nilai antara 76 – 80 dan berapa siswa yang mendapat
b.Median
Median nilai tengah setelah data diurutkan. Sehingga median sama nilainya dengan quartil kedua (Q2). Sedangkan untuk data kelompok (data yang disajikan dalam distribusi frekuensi) ditentukan dengan:
Me = median
L1 = tepi bawah ke kuartil ke-I
n = banyaknya data
F1 = frekuensi komulatif sebelum kelas median
f1 = frekuensi kela median
c = panjang interval kelas
Contoh:
Perhatikan tabel di bawah ini yang menunjukkan daftar distibusi frekuensi nilai ulangan Fisika kelas II – 1 SMU Harapan. Tentukan median atas data tersebut.
c.Kuartil
Kuartil adalah nilai yang membagi data menjadi empat bagian yang sama banyak, sedangkan median adalah kuartil kedua dari suatu data. Sedangkan untuk data kelompook (data yang disajikan dalam distribusi frekuensi) ditentukan dengan:
Dengan:
Q1 = kuartil ke-i, i = 1, 2, 3
L1 = tepi bawah ke kuartil ke-i
n = banyaknya data
F1 = frekuensi komulatif sebelum kelas kuartil frekuensi ke-i
f1 = frekuensi kelas kuartil ke-i
c = panjang interval kelas
3.Simpangan Rata-Rata, Ragam, Simpangan Baku
a.Simpangan Rata-Rata (Deviasi rata-rata)
1)Untuk data tunggal
2)Untuk data kelompok
Dengan:
x1 = ukuran data ke – i
= rataan hitung
= nilai mutlak
b.Ragam / Variasi
1)Untuk data tunggal, ragam ditentukan dengan rumus
Contoh:
Tentukan ragam dari data: 7, 8, 6, 5, 6, 7, 8, 5, 8, 10.
2)Untuk data berkelompok
c.Simpangan Baku (Deviasi Standart)
Simpangan baku merupakan akar dari ragam sehingga:
1)Untuk data tunggal
Contoh:
Diketahui ragam dari data 7, 8, 6, 5, 6, 7, 8, 5, 8, 10 adalah 2,2. Tentukan simpangan bakunya:
Jawab:
Diketahui:S2 = 2,2
Ditanyakan: S = … ?
Dijawab: S =
== 1,48
2)Untuk data berkelompok
C. Kerangka berfikir
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pada masalah autentik yang diharapkan nantinya siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan secara mandiri dan dapat meningkatkan kepercayaan diri pada siswa. Dalam pembelajran berbasis masalah siswa dipacu untuk berepikir kritis dalam pemecahan masalah sehingga diharapkan siswa memperoleh pengetahuan dan konsep yang jelas, sedangkan media (alat bantu ajar ) dapat membantu siswa dalam pembelajaran ini karena media dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan bermakna sehingga siswapun menjadi aktif.
D.Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, maka ada satu hipotesa yang akan diuji kebenaranya pada penelitian ini, yaitu:
Ha : Pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media (alat bantu) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional) pada hasil siswa pokok bahasan statistika SMA kelas XI tahun pelajaran 2005/2006.
Untuk keperluan uji empiris maka Ha di ubah menjadi Ho sebagai berikut
Ho : Pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media (alat bantu) tidak lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional) pada hasil siswa pokok bahasan statistika SMA kelas XI tahun pelajaran 2005/2006.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pembelajaran Berbasis Masalah dengan penggunaan Media (Alat Bantu Ajar) pokok bahasan Statistika lebih efektif daripada pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional)
Rancangan Penelitian yang digunakan pada penelitian pada penelitian ini adalah
Kelompok
Perlakuan
Tes
Eksperimen
Kontrol
X
X
T
T
Keterangan :
X= pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar )
X= pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru ( konvensional )
T= tes untuk kelas Eksperimen
T= tes untuk kelas Kontrol
Prosedur Penelititan ini adalah sebagai berikut
2.Menentukan subjek Penelitian.
3.Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
4.Menyimbangkan kedua kelompok yang berdistribusi normal agar dapat diketahui bahwa kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama yaitu denga mencari homogenitasnya.
5.Pada pembelajaran, kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan Pembelajaran Berbasis masalah dengan penggunaan Media (Alat Bantu Ajar), dengan prosedur pelaksaanya sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang ada.
6.Kedua kelompok diberi tes pada akhir pembelajaran.
B.Metode Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N I Kradenan yang terdiri dari kelas XI1, XI2, XI3, XI4 dan XI5
2.Sampel
Pengambilan sampel dengan teknik cluster Random Sampling yaitu dengan memilih satu kelas secara acak sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol, hal ini didasarkan karena penempatan siswa dari awal secara acak tidak berdasarkan pada kelas maupun rengking.
C.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
1.Variabel Treatment
Adalah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (alat bantu ajar )
2.Variabel Penelitian
Adalah hasil belajar siswa pada Pokok Bahasan Statistika.
D.Metode Pengumpulan Data
1.Dokumenter
Metode dokumenter digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan daftar nama siswa yang menjadi sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dan mengetahui nilai awal dari dua kelas tersebut dan data tersebut diketahui bahwa kelas eksperimen dan kelas control berdisrtibisi normal dan homogen.
2.Tes
Tes digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif materi Statistika.
3.Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah diberikan tindakan, hal ini juga berkaitan dengan pendapat mereka tentang model pembelajaran berbasis masalah dengan pendayagunaan media (alat bantu ajar ) yang peneliti berikan.
4.Lembar observasi ( pengamatan )
Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperhatikan pengelolaan pembelajaran berbasis masalah oleh guru dan partisipasi siswa secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara individual maupun kelas bagi keaktifan mereka dalam belajar.
E.Metode Penyusunan Instrumen
1.Materi dan bentuk tes
Materi dalam penelitian ini adalah statistika dan bentuk soal adalah tes yang digunakan adalah bentuk esay.
2.Metode Penyusunan Perangkat tes
Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
a). Pembatasan terhadap bahan yang diteskan
b). Menentukan jumlah waktu yang disediakan.
c). Menentukan jumlah butir yang disediakan.
d). Membuat kisi-kisi soal.
3.Uji coba peragkat tes
Tes di uji coba dahulu untuk mengetahui mutu perangkat tes yang telah dibuat
4.Analisis Perangkat tes
a). Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau suatu instrument (Arikunto,2002:144). Sebuah instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan. Validitas butir soal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut.
Keterangan :
X = skor soal yang dicari keterandalannya
Y = Skor total
N = jumlah peserta
rXY = korelasi antara variabel X dan variabel Y
Hasil perhitungan rXY dikonsultasikan dengan tabel kritis r product moment dengan taraf signifikan 5%, kriteria yang digunakan adalah butir soal valid jika rXY > rtabel.
b). Analisis Reabilitas Tes
Realiabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut baik (Arikunto, 2002:154). Reliabilitas untuk tes bentuk uraian diketahui dengan mengunakan rumus alpha sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 1999:109)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas yang di cari
n = Banyaknya butir soal
i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
t2 = varians total
Tolak ukur untuk mengineterpretasikan derajat reliabilitas oleh J.P Guilford adalah sebagai berikut.
r11 0,20 reliabilitas sangat rendah,
0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah, 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang, 0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi, dan 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi. (Erman Suherman, 1990:177) jika r> r tabel maka soal reliabel
c). Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal
Tehnik perhitungan taraf keukaran butir soal adalah dengan menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas lulus (Passing grade) untuk tiap-tiap item. Untuk menginterpolasikan nilai taraf kesukaran soal yang digunakan tolak ukur sebagai berikut
Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.
Jika jumlah testi yang gagal antara 28 % sampai dengan 72 % termasuk sedang.
Jika jumlah testi yang gagal mencapai 72 % keatas, termasuk sukar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
TK = Tingkat Kesukaran
TG = Banyaknya testi yang gagal
N = Banyaknya seluruh siswa
(Zaenal Arifin, 1991:143)
d). Daya Pembeda
Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes bentuk easy adalah dengan menghitung rata-rata dari kelompok atau dengan rata-rata kelompok bawah untuk tiap-tiap soal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
(Zaenal Arifin, 1991:141)
Keterangan :
t = daya beda
MH = rata-rata kelompok atas
ML = rata-rata kelompok bawah
X12 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
X22 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
n1 = 27% x N
dk = (n1 – 1) + (n2 – 1), = 5%
dengan kriteria soal memiliki daya beda yang signifikan apabila t hitung > ttabel
F.Metode Analisis data
1.Pemadang ( matching )
a.Dalam penelitian ini untuk mencari kesamaan varian dari kedua kelompok sampel digunakan rumus
F ( nb-1,nk-1) =
Keterangan
Vb = varian yang lebih besar
Vk = varian yang lebih besar
nb = jumlah subjek dari Vb
nk = jumlah subjek dari Vk
Hasil perhitungan rumus diatas selanjutnya dibandingkan dengan harga F pada tabel uji F dengan mengambil taraf signifikansi 5 % dapat diketahui apakah kedua kelompok tersebut atau tidk, jika F data < tabel, maka dikatakan kedua kelompok tidak berbeda variabilitasnya.
b.t- matching
Langkah berikutnya adalah melakukan uji t terhadap nilai yang akan disajikan dasar kesamaan kedua kelompok, yaitu dengan rumus sebagai berikut
Keterangan
x= rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen.
x= rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol.
s= standart deviasi sub sampel kelompok eksperimen.
s= standart deviasi sub sampel kelompok kontrol.
Dengan menggunakan taraf segnifikasi 5%, selanjutnya hasil perhitungan t – test diuji dengan t pada tabel t. Pada t-test ini digunakan dk = ( n – 1), jika t < t tabel maka kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. ( Sudjana, 1996:241 )
c.Mean matching.
Dalam matching ini kedua kelompok dicari kesamaanya dengan cara menghitung rata-rata nilai siswa yang menjadi dasar untuk mencari kesamaan rata-rata. Mean Matching tidak memberikan kesamaan variabelitas yang sempurna. Maka dalam penelitian ini akan menghitung pula varians matching dan mean matching secara bersama-sama yaitu t matching.
2.Uji Normalitas
Uji kenormalan digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Uji ini mengunakan rumus Chi kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho = Sampel berdistribusi normal
Ha = Sampel tidak berdistribusi normal
Adapun rumus yang digunakan adalah
dimana
k = jumlah kelas interval
Oi = frekuensi yang diharapkan
Ei = frekuensi hasil yang diharapkan
Jika 2hitung 2tabel ini berarti distribusi data memenuhi syarat normalitas (Sudjana, 1992:273)
3.Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mendapatkan asumsi bahwa sampel berangkat dari kondisi yang sama, hipotesis yang digunakan adalah
Ho = kedua kelompok homogen
Ha = kedua kelompok tidak homogen
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
(Sudjana, 1996:250)
Dengan kriteria pengujian terima Ho jika F hitung < F(y1,y) didapat dari distribusi F dengan peluang , sedangkan derajat kebebasan pembilang dan penyebut pada rumus di atas.
4.Uji pihak kanan kesamaan dua rata-rata
Hipotesis yang digunakan:
Rumus yang digunakan adalah :
a.Jika 1 = 2
dengan kriteria terima Ho jika t < t1 – dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga yang lain. Dengan derajat kebebasan t adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 – )
b.Jika 1 2
(Sudjana, 1996:239-243)
Keterangan :
= rata-rata prestasi belajar pada kelas eksperimen
= rata-rata prestasi belajar kelas kontrol
s12 = varians pada kelas eksperimen
s22 = varians pada kelas kontrol
n1 = banyaknya siswa kelas eksperimen
n2 = banyaknya siswa kelas kontrol
PENDAHULUAN
A.Alasan Pemilihan Judul
Dewasa ini perubahan cepat dan pesat terjadi dalam berbagai bidang. Pendidikan memiliki peran dalam mengantisipasi perubahan tersebut. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus memperhatikan terjadinya pembelajaran sehingga peserta didik siap untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Sehingga diharapkan dapat mengilhami problematika dikehidupan yang nyata.
Pengembangan dan kecakapan dan ketrampilan memerlukan suatu alat pembelajaran yang tidak hanya semata-mata bertujuan menguasai materi melainkan juga tujuan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan yang nyata.
Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran dikelas, termasuk dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika mestinya juga harus menjadi wahana untuk mengembangkan kecakapan dalam memecahkan masalah. Karena itu, perlu diterapkan strategi pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan-latihan. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa keingintahuan untuk melakukan penyelidikan, sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Dalam melakukan penyelidikan sering dilakukan kerja sama dengan temannya.
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah auentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Pembelajaran berbasis masalah ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan dan konsep penting ( Andreas : 2001 : 3 )
Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan memerika fasilitas penelitian. Selain itu, harus menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa dan penentu arah belajar siswa.
Pada pokok bahasan statistika, banyak siswa yang mendapatkan hasil yang tidak maksimal, hal ini dikarenakan pembelajaran yang kurang bermakna dari guru serta siswa tidak diikutsertakan dalam pembelajaran, sehinga diperlukan sebuah metode pembelajaran yang bermakna bagi siswa dan juga mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran.
Keikutsertaan siswa dalam pembelajaran dapat dengan cara penyelesaian masalah yang diangkat oleh siswa sendiri dan diselesaikan oleh siswa itu sendiri, sedangkan guru hanya berlaku sebagai motivator dan pembimbing dari kegiatan siswa.
Media (alat bantu ajar) diakui oleh banyak ahli pendidikan memainkan peranan penting dalam efektivitas pembelajaran ( Andreas, 2002:1 ). Sedangkan hasil penelitian dari Isti dkk ( 1998 : 209 ) dan Sugiarto & Isti ( 1999 : 83 ) menunjukan bahwa penggunaan alat peraga sebagai alat bantu ajar dalam pembelajaran lebih bermakana dan siswa lebih efektif.
Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti keefetifan pendayagunaan media dalam pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan alat bantu ajar terhadap hasil belajar siswa pada pokok Bahasan Statistika semester I kelas XI tahun pelajaran 2005.
B.Permasalahan
Permasalahan yang timbul adalah efektifkah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) terhadap hasil belajar siswa pokok bahasan Statistik Semester I kelas XI tahun ajaran 2005 dengan pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru (konvensional)?
C.Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) lebih efektif dari pada pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional ) pada hasil belajar siswa Pokok Bahasan Statistiks kelas XI Tahun Pelajaran 2005/2006
D.Penegasan Istilah
1.Keefektifan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektif berarti baik hasilnya, tepat, benar, dapat membawa hasil, berhasil guna ( Tim penyusun KBBI,1988:219 ). Jadi yang dimaksud dengan keefektifan adalah dapat membawa hasil atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
2.Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran yang bercirikan pada pengajuan pertanyan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja dan menghasilkan karya serta peragaan.
3.Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru setelah melalui proses belajar ( Tim MKDK IKIP Semarang,1988:28 ). Belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungan.
4.Media ( alat Bantu ajar ) menurut Mc. Luhan, adalah sarana atau disebut pula channel, karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dangan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.
5.Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru, guru menjelaskan cara menyelesaikan suatu soal kemudian guru memberikan rumus yang digunakan. Memberikan beberapa soal latihan, menyuruh siswa mengerjakan didepan kelas kemudian memberi pekerjaan rumah kepada para siswa
Jadi penelitian dengan judul keefektifan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Statistiks Semester I kelas XI Tahun Pelajaran 2005 / 2006, berarti dalam penelitian ini akan berusaha mengetahui apakah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) dapat lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, bekerja sama dalam komunikasi dalam pokok bahasan Statistika Semester I.
E.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagi siswa, menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama dan kemampuan berkomunikasi.
2.Bagi guru, mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan profesi guru.
3.Bagi peneliti, mendapat pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan alat bantu ajar yang efektif.
F.Sistemetika Penulisan
Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari bagian awal skripsi dan bagian isi skripsi.
Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halamam pengesahan, abstrak, halaman motto dan halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.
Bagian isi skripsi yang terdiri dari lima bab. Bab I. Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II. Landasan teori dan hipotesis; membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teorotis yang diterapkan dalam skripsi, pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hepotesis tindakan.
Bab III. Metode penelitian: meliputi jenis dan rancangan penelitian, metode pengumpulan data, metode menyusun alat ukur, metode analisis data dan hasil uji coba alat ukur.
Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, berisi semua hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan. Bab V. penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasar simpulan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1.Landasan teori
1.Belajar
Beberapa pengertian telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Abu Ahmadi ( 1986:2 ): “ Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan “.
Sedangkan menurut Nana Sudjana ( 1989:5 ). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta berubahnya aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuiain diri dengan keadaan.
Berdasarkan rumusan tentang belajar diatas, maka belajar pada hakikatnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku dari individu berkat pengalaman dan latihan sehingga menghasilkan tingkah laku baru yang relatif permanen setelah berinteraksi dengan lingkungan.
2.Belajar Matematika
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama dan sulit dalam menentukan batas waktunya. Di dalam belajar tentu setiap individu mengalami kesulitan yang berbeda - beda. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan peserta didik. Dalam keadaan peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang dinamakan kesulitan belajar.
Menurut Gagne ( dalam Erman Suherman,1993:26 ), dalam matematika ada 2 objek yang dapat dipelajari siswa, yaitu objek tak langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung meliputi kemampuan menyelidiki dan memecahkan suatu masalah, mandiri (belajar, bekerja ) bersikap positif terhadap Matematika, tahu bagaimana semestinya belajar Matematika dan lain-lain. Sedangkan objek langsung meliputi fakta, konsep, prinsip dan skiil.
3.Kompetisi Bahan Kajian Matematika
Menurut Abraham S ( dalam Erman Suherman 2003:15 ) : “ in short, the question what this mathematic? May be answered difficulty depending on when the question in answer, where it is answer, who answer it and what this regared as being included in methematics “. Ini berarti bahwa pendekatan pertanyaan tentang metematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung bilamana pertanyan itu dijawab, dimana di jawab, siapa yang menjawab dan apa saja yang dipandang atau dikategorikan dalam matematika. Hal ini dikarenakan bahan kajian matematika meliputi berbagai aspek kehidupan baik berupa cara berfikir, kreatif, pemahaman masalah maupun alat komunikasi informasi tentang ide dari suatu pembicaraan. Dari sini maka perlu dijelaskan pula tentang tujuan dari pembelajaran matematika. Adapun tujuan matematika adalah sebagai berikut ( Erman Suherman 2003:15-17 )
a.Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
b.Meningkatkan ektifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, mencoba-coba.
c.Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
d.Sebagai alat kominukasi informasi atau ide misal melalui pembicaraan lesan, catatan, grafik, peta, diagram didalam menjelaskan gagasan.
Sehingga kompetisi yang diharapkan dalam pembelajaran metematika dapat tercapai. Adapun kompetisi dalam pembalajaran matematika sebagai berikut ( Erman Suherman 2003:17)
a.Menunjukan permasalahan dan keterkaitan antara konsep matematika yang dipelajari, serta mengaplikasikan konsep algoritma secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah.
b.Memilki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, grafik atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
c.Mengguanakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi metematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.
d.Menunjukan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan menyelesaikan metode matematika dalam pemecahan masalah.
e.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
4.Pembalajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. (Andreas:2001:3)
Pembelajaran berbasis masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan-latihan. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa keingintahuan untuk melakukan penyelidikan, sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Dalam melakukan penyelidikan sering dilakukan kerja sama dengan temannya. ( Andreas:2001:3)
Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Kill Patrick ( dalam Muslimin Ibrahim 2000:16 ) mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri. Visi pembelajaran yang berdayaguna atau berpusat pada masalah digerakan oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang bermakna secara jelas.
Piaget ( dalam Muslimin Ibrahim 2000: 17 ) mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlihat dalam proses perolehan informasi dan membangun mereka sendiri. Dia juga menambahkan dalam PBI bahwa pedagogi yang tidak harus melihatkan pemberian anak dengan situasi-situasi dimana anak itu sendiri melakukan eksperimen, dalam arti paling luas dari istilah itu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memaniplasi tanda-tanda, memanipulasi symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokan apa yang ia kemukakan pada saat dengan apa yang ia temukan pada saat yang lain, membandingkan temuan dengan temuan anak lain.
Pembelajaran berbasis Masalah berusaha membantu siswa menjadi pelajar yang baik yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri.
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki lima (5) tahapan utama (Muslimin Ibrahim, 2000:13 ), kelima tahapan tersebut adalah :
Tahap
Tingkah laku guru
Tahap-1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membatu mereka untuk berbagi tugas dengan temanya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevakuasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau tugas evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Pelaksanan pembelajaran bedasarkan masalah meliputi berbagai hal sebagai berikut . ( dalam muslimin Ibrahim,2000:13 )
a.Tugas-tugas Perecanaan
Pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya dengan model-model pembelajaran yang berpusat pada jawaban lainya.
1). Penetapan tujuan
Pertama kali didiskripkan bagaimana pembelajaran berdasarkan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran berbasis masalah biasa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang talah disebutkan tadi.
2). Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena ini meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka teki dan tidak terefinisikan secara ketat, memungkinkan bekerja sama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3). Organisasi sumber daya rencana logistik
Dalam pembelajarran berbasis masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan ragam material dan peralatan, dan pelaksanaan biasa dilakukan didalam kelas, di perpustakaan atau laboratorium bahkan dapat juga dilakukan diluar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisaskan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan utama bagi guru yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.
b.Tugas interaktif
1). Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami tujuan pembelajaran masalah adalah tidak memeperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidik dan terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah dalam pembelajaran ini adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan memberikan keinginan untuk memecahkan.
2). Mengorganisasi siswa untuk belajar
Pada model ini dibutuhkan pengembangan ketrampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal itu siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelapor. Kelompok belajar kooperatif juga berlaku pada model pembelajaran ini.
3). Membantu penyelidikan mendiri dan kelompok, meliputi:
a). Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapi. Juga diajarkan etika penyelidikan yang benar.
b). Guru mendorong pertukaran ide secara bebas. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c). Puncak proyek-proyek pembalajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik dan video tape.
4). Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru tahap akhir pembelajaran ini adalah membantu siswa manganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
c.Lingkungan belajar dan tugas-tugas manajemen
Salah satu masalah dalam pengelolaan pembelajaran berbasis masalah adalah bagai mana menangani siswa baik secara individu maupun kelompok untuk menyelesaikan tugas lebih awal atau terlambat. Jadi kecepatan dalam penyelesaian dalam penyelesaian yang memiliki siswa jelas berbeda, sehingga dimungkinkan siswa mengerjakan tugas multi (rangkap) atau pun juga berbeda-beda sehingga diperlukan penentuan dan pengelolaan kerja siswa yang rumit.
Guru yang efektif harus memiliki prosedur untuk pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan. Juga harus menyampaikan aturan dan sopan santun untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika melakukan penyelidikan.
5.Media pendidikan
Menurut Santoso S. Hamidjojo ( dalam Darhim 1993:13 ). “media adalah semua bentuk perantara yang di pakai orang penyebar idea, sehingga gagasanya sampai pada penerima “. Sedangkan Mc Luhan ( dalam Darhim 1993:13 ) menyatakan bahwa “ media adalah sarana yang disebut pula channel, Karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada”.
Menurut Blake dan Horasel ( dalam Darhim 1993:14 ). “ media adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan sesuatu pesan. Dimana perantara ini merupakan jalan atau alat lintas suatu pesan antara komunikator dengan komunikan”.
Berdasarkan beberapa definisi diatas media dapat dikatakan sebagai sarana atau alat perantara untuk menyampaikan suatu pengajaran, sedangkan didalam matematika media biasa diidentik dengan alat peraga.
Media pendidikan memiliki beberapa nilai praktis yang diantaranya adalah :
a.Media pendidikan dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi murid.
b.Media pendidikan dapat mengatasi batas-batas ruang kelas.
c.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan ukuran bentuk benda.
d.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan kecepatan gerak benda.
e.Media pendidikan dapat mengatasi kekomplekan masalah.
f.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan volume suara.
g.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan penghayatan dalam proses belajar.
h.Media pendidikan dapat mengatasi terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau keadaan alamiah.
i.Media pendidikan dapat mengatasi dan memberikan kesamaan dalam pemgamatan terhadap sesuatu.
j.Media pendidikan dapat membangkitakan belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar.
Proses generalisasi tidak datang dengan sendirinya, sejumlah pengalaman tidak dengan sendirianya menghasilkan pengertian. Pengalaman-pengalaman harus disusun menjadi pola baru agar merupakan suatu pengertian atau konsep. Kemampuan berfikir dan mengerti hal-hal yang verbal bukanlah hal yang mudah., membagi pengalaman menurut tingkat abstraknya, mulai dari pengalaman kongret (langsung) sampai kepada yang paling abstrak ( symbol kata-kata ).
Jadi sintak dalam pembalajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat Bantu ajar ) di sini adalah sebagai berikut. ( Muslimin Ibrahim : 2000 : 13 )
Tahap-1. Oreintasi siswa kepada masalah dengan menggunakan media yang dibutuhkan, tahap-2, mengorganisai siswa untuk belajar, tahap-3, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan menggunakan media yang ada, tahap-4, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan penggunaan media yang ada. Dan tahap-5, menganalisis den mengevakuasi proses pemecahan masalah.
Dalam pelaksanaan penelitian akan dilihat juga proses yang ada yaitu dengan memberikan angket serta lembar observasi terhadap pembelajaran yang baik bagi siswa maupun bagi guru yang bersangkutan.
2.Materi Pokok Bahasan Statistika
Pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian eksperimen ini adalah statistika. Selanjutnya, akan diuraikan materi pokok bahasan tersebut.
1.Rataan Hitung (mean)
a.Rataan hitung dari data tunggal
Contoh:
Nilai enam kali ulangan Dinda adalah 7,8,8,9,9 dan 10. Tentukan nilai rata-rata ulangan Dinda tersebut.
Penyelesaian
Diketahui: enam kali ulangan Dinda yaitu 7,8,8,9,9 dan 10.
Ditanya: berapa nilai rata-rata ulangan Dinda ?
Jawab :
Jadi, nilai rata-rata ualngan Dinda adalah 8,5
Rataaan hitung dari data yang disajikan dalam distribusi frekuensi
Dengan:
f1 = Frekuensi untuk nilai x1 yang bersesuaian
xi = data ke-1
Contoh:
Dari hasil ulangan matematika disuatu kelas, enam siswa mendapat nilai 8, tujuh siswa mendapat nilai 7, lima belas siswa mendapat nilai 6, tujuh siswa mendapat nilai 5 dan lima siswa mendapat nilai 4.
Tentukan rata-rata nilai ulangan matematika di kelas itu.
Penyelesaian:
b.Rataan hitung gabungan
Jika data pertama berukuran n1 dengan rataan hitung , data kedua berukuran n2 rataaan hitung , …, data ke-k berukuran nk dengan rataan hitung , maka rataan hitung gabungan dari k buah data itu adalah
Contoh:
Nilai rata-rata ulangan matematika 15 siswa adalah 6,2; 20 siswa adalah 7,0; dan 5 siswa adalah 8,6. Hitunglah nilai rata-rata ulangan matematika semua siswa itu.
2.Modus, Median dan Kuartil
Data yang belum dikelompokkan
a.Modus dari data yang belum dikelompokkan adalah ukuran (nilai/observasi) yang memiliki frekuensi tertinggi.
Modus dari data yang telah dikelompokkan dihitung dengan rumus:
Dengan:
Mo = modus
L = tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi terbesar
d1 = selisih frekuensi modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
c = panjang interval
Contoh:
Perhatikan tabel berikut yang menunjukkan nilai ulangan matematika kelas XI-1 “SMU N Pulokulon”. Jika diketahui modus = 83, maka hitunglah berapa banyak siswa yang mendapat nilai antara 76 – 80 dan berapa siswa yang mendapat
b.Median
Median nilai tengah setelah data diurutkan. Sehingga median sama nilainya dengan quartil kedua (Q2). Sedangkan untuk data kelompok (data yang disajikan dalam distribusi frekuensi) ditentukan dengan:
Me = median
L1 = tepi bawah ke kuartil ke-I
n = banyaknya data
F1 = frekuensi komulatif sebelum kelas median
f1 = frekuensi kela median
c = panjang interval kelas
Contoh:
Perhatikan tabel di bawah ini yang menunjukkan daftar distibusi frekuensi nilai ulangan Fisika kelas II – 1 SMU Harapan. Tentukan median atas data tersebut.
c.Kuartil
Kuartil adalah nilai yang membagi data menjadi empat bagian yang sama banyak, sedangkan median adalah kuartil kedua dari suatu data. Sedangkan untuk data kelompook (data yang disajikan dalam distribusi frekuensi) ditentukan dengan:
Dengan:
Q1 = kuartil ke-i, i = 1, 2, 3
L1 = tepi bawah ke kuartil ke-i
n = banyaknya data
F1 = frekuensi komulatif sebelum kelas kuartil frekuensi ke-i
f1 = frekuensi kelas kuartil ke-i
c = panjang interval kelas
3.Simpangan Rata-Rata, Ragam, Simpangan Baku
a.Simpangan Rata-Rata (Deviasi rata-rata)
1)Untuk data tunggal
2)Untuk data kelompok
Dengan:
x1 = ukuran data ke – i
= rataan hitung
= nilai mutlak
b.Ragam / Variasi
1)Untuk data tunggal, ragam ditentukan dengan rumus
Contoh:
Tentukan ragam dari data: 7, 8, 6, 5, 6, 7, 8, 5, 8, 10.
2)Untuk data berkelompok
c.Simpangan Baku (Deviasi Standart)
Simpangan baku merupakan akar dari ragam sehingga:
1)Untuk data tunggal
Contoh:
Diketahui ragam dari data 7, 8, 6, 5, 6, 7, 8, 5, 8, 10 adalah 2,2. Tentukan simpangan bakunya:
Jawab:
Diketahui:S2 = 2,2
Ditanyakan: S = … ?
Dijawab: S =
== 1,48
2)Untuk data berkelompok
C. Kerangka berfikir
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pada masalah autentik yang diharapkan nantinya siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan secara mandiri dan dapat meningkatkan kepercayaan diri pada siswa. Dalam pembelajran berbasis masalah siswa dipacu untuk berepikir kritis dalam pemecahan masalah sehingga diharapkan siswa memperoleh pengetahuan dan konsep yang jelas, sedangkan media (alat bantu ajar ) dapat membantu siswa dalam pembelajaran ini karena media dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan bermakna sehingga siswapun menjadi aktif.
D.Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, maka ada satu hipotesa yang akan diuji kebenaranya pada penelitian ini, yaitu:
Ha : Pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media (alat bantu) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional) pada hasil siswa pokok bahasan statistika SMA kelas XI tahun pelajaran 2005/2006.
Untuk keperluan uji empiris maka Ha di ubah menjadi Ho sebagai berikut
Ho : Pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media (alat bantu) tidak lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional) pada hasil siswa pokok bahasan statistika SMA kelas XI tahun pelajaran 2005/2006.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pembelajaran Berbasis Masalah dengan penggunaan Media (Alat Bantu Ajar) pokok bahasan Statistika lebih efektif daripada pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional)
Rancangan Penelitian yang digunakan pada penelitian pada penelitian ini adalah
Kelompok
Perlakuan
Tes
Eksperimen
Kontrol
X
X
T
T
Keterangan :
X= pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar )
X= pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru ( konvensional )
T= tes untuk kelas Eksperimen
T= tes untuk kelas Kontrol
Prosedur Penelititan ini adalah sebagai berikut
2.Menentukan subjek Penelitian.
3.Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
4.Menyimbangkan kedua kelompok yang berdistribusi normal agar dapat diketahui bahwa kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama yaitu denga mencari homogenitasnya.
5.Pada pembelajaran, kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan Pembelajaran Berbasis masalah dengan penggunaan Media (Alat Bantu Ajar), dengan prosedur pelaksaanya sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang ada.
6.Kedua kelompok diberi tes pada akhir pembelajaran.
B.Metode Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N I Kradenan yang terdiri dari kelas XI1, XI2, XI3, XI4 dan XI5
2.Sampel
Pengambilan sampel dengan teknik cluster Random Sampling yaitu dengan memilih satu kelas secara acak sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol, hal ini didasarkan karena penempatan siswa dari awal secara acak tidak berdasarkan pada kelas maupun rengking.
C.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
1.Variabel Treatment
Adalah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (alat bantu ajar )
2.Variabel Penelitian
Adalah hasil belajar siswa pada Pokok Bahasan Statistika.
D.Metode Pengumpulan Data
1.Dokumenter
Metode dokumenter digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan daftar nama siswa yang menjadi sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dan mengetahui nilai awal dari dua kelas tersebut dan data tersebut diketahui bahwa kelas eksperimen dan kelas control berdisrtibisi normal dan homogen.
2.Tes
Tes digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif materi Statistika.
3.Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah diberikan tindakan, hal ini juga berkaitan dengan pendapat mereka tentang model pembelajaran berbasis masalah dengan pendayagunaan media (alat bantu ajar ) yang peneliti berikan.
4.Lembar observasi ( pengamatan )
Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperhatikan pengelolaan pembelajaran berbasis masalah oleh guru dan partisipasi siswa secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara individual maupun kelas bagi keaktifan mereka dalam belajar.
E.Metode Penyusunan Instrumen
1.Materi dan bentuk tes
Materi dalam penelitian ini adalah statistika dan bentuk soal adalah tes yang digunakan adalah bentuk esay.
2.Metode Penyusunan Perangkat tes
Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
a). Pembatasan terhadap bahan yang diteskan
b). Menentukan jumlah waktu yang disediakan.
c). Menentukan jumlah butir yang disediakan.
d). Membuat kisi-kisi soal.
3.Uji coba peragkat tes
Tes di uji coba dahulu untuk mengetahui mutu perangkat tes yang telah dibuat
4.Analisis Perangkat tes
a). Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau suatu instrument (Arikunto,2002:144). Sebuah instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan. Validitas butir soal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut.
Keterangan :
X = skor soal yang dicari keterandalannya
Y = Skor total
N = jumlah peserta
rXY = korelasi antara variabel X dan variabel Y
Hasil perhitungan rXY dikonsultasikan dengan tabel kritis r product moment dengan taraf signifikan 5%, kriteria yang digunakan adalah butir soal valid jika rXY > rtabel.
b). Analisis Reabilitas Tes
Realiabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut baik (Arikunto, 2002:154). Reliabilitas untuk tes bentuk uraian diketahui dengan mengunakan rumus alpha sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 1999:109)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas yang di cari
n = Banyaknya butir soal
i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
t2 = varians total
Tolak ukur untuk mengineterpretasikan derajat reliabilitas oleh J.P Guilford adalah sebagai berikut.
r11 0,20 reliabilitas sangat rendah,
0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah, 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang, 0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi, dan 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi. (Erman Suherman, 1990:177) jika r> r tabel maka soal reliabel
c). Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal
Tehnik perhitungan taraf keukaran butir soal adalah dengan menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas lulus (Passing grade) untuk tiap-tiap item. Untuk menginterpolasikan nilai taraf kesukaran soal yang digunakan tolak ukur sebagai berikut
Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.
Jika jumlah testi yang gagal antara 28 % sampai dengan 72 % termasuk sedang.
Jika jumlah testi yang gagal mencapai 72 % keatas, termasuk sukar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
TK = Tingkat Kesukaran
TG = Banyaknya testi yang gagal
N = Banyaknya seluruh siswa
(Zaenal Arifin, 1991:143)
d). Daya Pembeda
Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes bentuk easy adalah dengan menghitung rata-rata dari kelompok atau dengan rata-rata kelompok bawah untuk tiap-tiap soal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
(Zaenal Arifin, 1991:141)
Keterangan :
t = daya beda
MH = rata-rata kelompok atas
ML = rata-rata kelompok bawah
X12 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
X22 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
n1 = 27% x N
dk = (n1 – 1) + (n2 – 1), = 5%
dengan kriteria soal memiliki daya beda yang signifikan apabila t hitung > ttabel
F.Metode Analisis data
1.Pemadang ( matching )
a.Dalam penelitian ini untuk mencari kesamaan varian dari kedua kelompok sampel digunakan rumus
F ( nb-1,nk-1) =
Keterangan
Vb = varian yang lebih besar
Vk = varian yang lebih besar
nb = jumlah subjek dari Vb
nk = jumlah subjek dari Vk
Hasil perhitungan rumus diatas selanjutnya dibandingkan dengan harga F pada tabel uji F dengan mengambil taraf signifikansi 5 % dapat diketahui apakah kedua kelompok tersebut atau tidk, jika F data < tabel, maka dikatakan kedua kelompok tidak berbeda variabilitasnya.
b.t- matching
Langkah berikutnya adalah melakukan uji t terhadap nilai yang akan disajikan dasar kesamaan kedua kelompok, yaitu dengan rumus sebagai berikut
Keterangan
x= rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen.
x= rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol.
s= standart deviasi sub sampel kelompok eksperimen.
s= standart deviasi sub sampel kelompok kontrol.
Dengan menggunakan taraf segnifikasi 5%, selanjutnya hasil perhitungan t – test diuji dengan t pada tabel t. Pada t-test ini digunakan dk = ( n – 1), jika t < t tabel maka kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. ( Sudjana, 1996:241 )
c.Mean matching.
Dalam matching ini kedua kelompok dicari kesamaanya dengan cara menghitung rata-rata nilai siswa yang menjadi dasar untuk mencari kesamaan rata-rata. Mean Matching tidak memberikan kesamaan variabelitas yang sempurna. Maka dalam penelitian ini akan menghitung pula varians matching dan mean matching secara bersama-sama yaitu t matching.
2.Uji Normalitas
Uji kenormalan digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Uji ini mengunakan rumus Chi kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho = Sampel berdistribusi normal
Ha = Sampel tidak berdistribusi normal
Adapun rumus yang digunakan adalah
dimana
k = jumlah kelas interval
Oi = frekuensi yang diharapkan
Ei = frekuensi hasil yang diharapkan
Jika 2hitung 2tabel ini berarti distribusi data memenuhi syarat normalitas (Sudjana, 1992:273)
3.Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mendapatkan asumsi bahwa sampel berangkat dari kondisi yang sama, hipotesis yang digunakan adalah
Ho = kedua kelompok homogen
Ha = kedua kelompok tidak homogen
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
(Sudjana, 1996:250)
Dengan kriteria pengujian terima Ho jika F hitung < F(y1,y) didapat dari distribusi F dengan peluang , sedangkan derajat kebebasan pembilang dan penyebut pada rumus di atas.
4.Uji pihak kanan kesamaan dua rata-rata
Hipotesis yang digunakan:
Rumus yang digunakan adalah :
a.Jika 1 = 2
dengan kriteria terima Ho jika t < t1 – dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga yang lain. Dengan derajat kebebasan t adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 – )
b.Jika 1 2
(Sudjana, 1996:239-243)
Keterangan :
= rata-rata prestasi belajar pada kelas eksperimen
= rata-rata prestasi belajar kelas kontrol
s12 = varians pada kelas eksperimen
s22 = varians pada kelas kontrol
n1 = banyaknya siswa kelas eksperimen
n2 = banyaknya siswa kelas kontrol
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Matematika adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang cara berfikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pada matematika diletakkan dasar bagaimana mengembangkan cara berfikir dan bertindak melalui aturan yang disebut teorema (dapat dibuktikan) dan aksioma (tanpa pembuktian). Belajar matematika tidak hanya sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan menjadi learning to do, learning to be, sehingga learning to live together. Maksudnya belajar matematika tidak sekedar belajar untuk tahu saja, melainkan harus dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam membina kebersamaan.
Pada zaman sekarang pendidikan sudah dituntut pada tujuan yang semakin canggih dan semakin meningkat baik ragamnya serta kualitasnya yang beraneka macam. Tetapi seperti yang kita lihat sekarang, banyak peserta didik yang belum mencapai kemampuannya secara optimal. Peserta didik hanya diberi asupan-asupan berupa fakta yang telah terjadi tanpa mengetahui bagaimana cara menggunakannya dan bagaimana cara memanfaatkannya secara efektif. Sementara itu, pemerintah, masyarakat serta orang tua kita sendiri berharap agar kita lulusan-lulusan Sekolah Menengah Atas, Perguruan Tinggi dapat menjadi pemimpin, manajer, inovator, motivator yang efektif serta mampu beradaptasi terhadap perubahan. Oleh karena itu, beban yang dipikul oleh sekolah, dalam hal ini guru pastilah yang berperan penting dalam hal tersebut, karena gurulah yang berada pada garis depan dalam membentuk pribadi anak didiknya. Maka kita sebagai calon-calon guru perlu mengembangkan sistem pendidikan yang lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di dunia luar di masa mendatang.
Oleh karena itu, sekarang sudah tidak zaman lagi guru yang hanya menjadi pengajar kepada peserta didiknya, dengan memberikan pelajaran-pelajaran, tanpa memperdulikan apakah peserta didik tersebut mengerti dengan apa yang telah diajarkannya, atau apakah siswa tersebut hanya mengerti pada saat di kelas lalu kurang mengerti ketika sudah di luar kelas. Karena tugas guru tidak hanya sekedar mengupayakan para peserta didiknya untuk memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan. Tetapi lebih dari itu, guru harus dapat mendorong peserta didik untuk dapat bekerja secara kelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, terbuka dan ingin tahu. Maka dalam kegiatan belajar mengajar yang sangat dibutuhkan oleh guru adalah mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar melalui pendekatan dan inovasi model-model pembelajaran atau pada sekarang ini biasa disebut-sebut dengan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga setiap kelompok ada peserta didik yang tingkat kemampuannya rendah, sedang dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dan dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.1 Di dalam pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang peserta didik, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan peserta didik, jenis kelamin, dan suku2. Hal ini bermanfaat untuk melatih peserta didik menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, peserta didik diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.3
Pembelajaran Kooperatif pertama kali dikembangkan oleh Aronson, dkk di Universitas Texas4 dan lain mulai dipakai di Indonesia tahun 20045. Adapun model-model dari Kooperatif antara yaitu model Jigsaw6.
Dewasa ini perubahan cepat dan pesat terjadi dalam berbagai bidang. Pendidikan memiliki peran dalam mengantisipasi perubahan tersebut. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus memperhatikan terjadinya pembelajaran sehingga peserta didik siap untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Sehingga diharapkan dapat mengilhami problematika dikehidupan yang nyata.
Pengembangan, kecakapan dan ketrampilan memerlukan suatu alat pembelajaran yang tidak hanya semata-mata bertujuan menguasai materi melainkan juga tujuan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan yang nyata. Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran di kelas, termasuk dalam pembelajaran matematika. Harus disadari bahwa banyak parameter yang mempengaruhi hasil pendidikan, seperti; intelegensi siswa, ketersediaan sarana dan prasarana belajar, latarbelakang pendidikan guru, kemampuan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran, dan lain sebagainya. Tetapi yang sangat penting dilakukan sekarang ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran.
Tugas guru tidak hanya sekedar mengupayakan para peserta didiknya untuk memperoleh berbagai pengetahuan produk dan ketrampilan. Lebih dari itu guru harus dapat mendorong peserta didik untuk dapat bekerja secara kelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, terbuka, dan rasa ingin tahu. Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar mengajar perlu dikembangkan pengalaman-pengalaman belajar melalui pendekatan dan inovasi model-model pembelajaran yang sesuai antara lain mengembangkan pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Dewasa ini banyak digunakan model pembelajaran Kooperatif bahkan pembelajaran Kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang banyak dikembangkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial peserta didik. Di samping itu, keterampilan Kooperatif menjadi semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja yang sekarang ini yang sekarang ini berorientasi pada kerjasama tim. Karena pentingnya interaksi dalam tim, maka penerapan strategi pembelajaran Kooperatif dalam pendidikan menjadi lebih penting lagi.
Dari uraian di atas, maka kiranya perlu untuk melakukan penelitian dengan tujuan agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Standar Ketuntasan Belajar yang ditetapkan ......yaitu 6,0.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan wawancara kepada salah satu guru yang mengampu mata pelajaran matematika di…., dan berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.Lemahnya peserta didik dalam menerima materi.
2.Kurangnya variasi guru dalam mengajar.
3.Minimnya antusias peserta didik terhadap mata pelajaran matematika.
4.Kurangnya media pendukung dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika.
5.Nilai tes formatif yang selalu di bawah standar ketuntasan minimal ......yakni 6.0
Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas peneliti membatasi sasaran penelitian antara lain :
1.Sasaran penelitian terbatas pada peserta didik tingkat SMA.
2.Sasaran penelitian ditujukan kepada peserta didik kelas XI semester 2.
3.Sasaran penelitian terbatas pada pokok bahasan komposisi fungsi.
4.Sasaran penelitian terbatas pada tahun pelajaran 2007/2008.
Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap judul di atas, maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut:
1."Studi" artinya, “pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan; penyelidikan”.7
2."Komparasi" berasal dari bahasa Inggris yang aslinya “comparison” yang artinya perasaan, perbandingan.8 Sedangkan hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.9
3."Pembelajaran Kooperatif " adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.10 Ada pendapat lain bahwa Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga setiap kelompok ada peserta didik yang tingkat kemampuannya rendah, sedang dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dan dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Karena semua peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”11
4.Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan sebuah adaptasi dari pembelajaran yang dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota tim yang lain. .12
5.“Ekspositori” adalah pemebelajaran yang diawali dengan guru menerangkan materi pelajaran kemudian memberikan contoh soal beserta jawabannya dan diakhiri dengan siswa mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang diterangkan.13
6."Hasil belajar "merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.
7."Peserta Didik" adalah sama dengan istilah yang biasa dipakai yaitu siswa, peserta didik, yang dimaksud dalam penelitian ini yakni subyek dari pembelajaran di suatu lembaga pendidikan yakni.
8."Pokok Bahasan Komposisi Fungsi" merupakan pokok bahasan dari mata pelajaran matematika yang diberikan di semester 2 tingkat Sekolah Menengah Atas sesuai kurikulum yang berlaku sekarang.
9.......merupakan salah satu lembaga pendidikan setara SMA yang yang berlatar belakang Agama Islam yang bertempat di .
C.Perumusan Masalah
Permasalahan yang timbul adalah adakah perbedaan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan ekspositori pada pokok bahasan Fungsi Komposisi semester 2 kelas XI ......tahun ajaran 2007/2008?
D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagi Guru
a.Sebagai bahan masukan untuk menerapkan suatu model pembelajaran selain pembelajaran yang dilakukan oleh guru (konvensional).
b.Selain bahan masukan, diharapkan agar guru memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
2.Bagi Peserta Didik
a.Dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran matematika.
b.Dapat menumbuhkan semangat kerja sama, karena dalam model pembelajaran kooperatif keberhasilan individu merupakan tanggung jawab kelompok.
3.Bagi Sekolah
a.Dapat meningkatkan SDM baru demi kemajuan pendidikan terutama dalam pembelajaran matematika.
b.Data meningkatkan kualitas sekolah diwujudkan melalui nilai akhir nasional yang optimal.
4.Bagi Peneliti
a. Mengetahui perkembangan pembelajaran yang dilakukan guru terutama pembelajaran matematika.
b.Dapat menambah pengalaman secara langsung sebagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Matematika adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang cara berfikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pada matematika diletakkan dasar bagaimana mengembangkan cara berfikir dan bertindak melalui aturan yang disebut teorema (dapat dibuktikan) dan aksioma (tanpa pembuktian). Belajar matematika tidak hanya sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan menjadi learning to do, learning to be, sehingga learning to live together. Maksudnya belajar matematika tidak sekedar belajar untuk tahu saja, melainkan harus dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam membina kebersamaan.
Pada zaman sekarang pendidikan sudah dituntut pada tujuan yang semakin canggih dan semakin meningkat baik ragamnya serta kualitasnya yang beraneka macam. Tetapi seperti yang kita lihat sekarang, banyak peserta didik yang belum mencapai kemampuannya secara optimal. Peserta didik hanya diberi asupan-asupan berupa fakta yang telah terjadi tanpa mengetahui bagaimana cara menggunakannya dan bagaimana cara memanfaatkannya secara efektif. Sementara itu, pemerintah, masyarakat serta orang tua kita sendiri berharap agar kita lulusan-lulusan Sekolah Menengah Atas, Perguruan Tinggi dapat menjadi pemimpin, manajer, inovator, motivator yang efektif serta mampu beradaptasi terhadap perubahan. Oleh karena itu, beban yang dipikul oleh sekolah, dalam hal ini guru pastilah yang berperan penting dalam hal tersebut, karena gurulah yang berada pada garis depan dalam membentuk pribadi anak didiknya. Maka kita sebagai calon-calon guru perlu mengembangkan sistem pendidikan yang lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di dunia luar di masa mendatang.
Oleh karena itu, sekarang sudah tidak zaman lagi guru yang hanya menjadi pengajar kepada peserta didiknya, dengan memberikan pelajaran-pelajaran, tanpa memperdulikan apakah peserta didik tersebut mengerti dengan apa yang telah diajarkannya, atau apakah siswa tersebut hanya mengerti pada saat di kelas lalu kurang mengerti ketika sudah di luar kelas. Karena tugas guru tidak hanya sekedar mengupayakan para peserta didiknya untuk memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan. Tetapi lebih dari itu, guru harus dapat mendorong peserta didik untuk dapat bekerja secara kelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, terbuka dan ingin tahu. Maka dalam kegiatan belajar mengajar yang sangat dibutuhkan oleh guru adalah mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar melalui pendekatan dan inovasi model-model pembelajaran atau pada sekarang ini biasa disebut-sebut dengan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga setiap kelompok ada peserta didik yang tingkat kemampuannya rendah, sedang dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dan dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.1 Di dalam pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang peserta didik, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan peserta didik, jenis kelamin, dan suku2. Hal ini bermanfaat untuk melatih peserta didik menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, peserta didik diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.3
Pembelajaran Kooperatif pertama kali dikembangkan oleh Aronson, dkk di Universitas Texas4 dan lain mulai dipakai di Indonesia tahun 20045. Adapun model-model dari Kooperatif antara yaitu model Jigsaw6.
Dewasa ini perubahan cepat dan pesat terjadi dalam berbagai bidang. Pendidikan memiliki peran dalam mengantisipasi perubahan tersebut. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus memperhatikan terjadinya pembelajaran sehingga peserta didik siap untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Sehingga diharapkan dapat mengilhami problematika dikehidupan yang nyata.
Pengembangan, kecakapan dan ketrampilan memerlukan suatu alat pembelajaran yang tidak hanya semata-mata bertujuan menguasai materi melainkan juga tujuan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan yang nyata. Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran di kelas, termasuk dalam pembelajaran matematika. Harus disadari bahwa banyak parameter yang mempengaruhi hasil pendidikan, seperti; intelegensi siswa, ketersediaan sarana dan prasarana belajar, latarbelakang pendidikan guru, kemampuan guru dalam mengorganisasikan pembelajaran, dan lain sebagainya. Tetapi yang sangat penting dilakukan sekarang ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran.
Tugas guru tidak hanya sekedar mengupayakan para peserta didiknya untuk memperoleh berbagai pengetahuan produk dan ketrampilan. Lebih dari itu guru harus dapat mendorong peserta didik untuk dapat bekerja secara kelompok dalam rangka menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, kreatif, cerdas, terbuka, dan rasa ingin tahu. Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar mengajar perlu dikembangkan pengalaman-pengalaman belajar melalui pendekatan dan inovasi model-model pembelajaran yang sesuai antara lain mengembangkan pembelajaran yang berorientasi model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Dewasa ini banyak digunakan model pembelajaran Kooperatif bahkan pembelajaran Kooperatif ini merupakan suatu model pembelajaran yang banyak dikembangkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial peserta didik. Di samping itu, keterampilan Kooperatif menjadi semakin penting untuk keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja yang sekarang ini yang sekarang ini berorientasi pada kerjasama tim. Karena pentingnya interaksi dalam tim, maka penerapan strategi pembelajaran Kooperatif dalam pendidikan menjadi lebih penting lagi.
Dari uraian di atas, maka kiranya perlu untuk melakukan penelitian dengan tujuan agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Standar Ketuntasan Belajar yang ditetapkan ......yaitu 6,0.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan wawancara kepada salah satu guru yang mengampu mata pelajaran matematika di…., dan berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.Lemahnya peserta didik dalam menerima materi.
2.Kurangnya variasi guru dalam mengajar.
3.Minimnya antusias peserta didik terhadap mata pelajaran matematika.
4.Kurangnya media pendukung dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika.
5.Nilai tes formatif yang selalu di bawah standar ketuntasan minimal ......yakni 6.0
Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas peneliti membatasi sasaran penelitian antara lain :
1.Sasaran penelitian terbatas pada peserta didik tingkat SMA.
2.Sasaran penelitian ditujukan kepada peserta didik kelas XI semester 2.
3.Sasaran penelitian terbatas pada pokok bahasan komposisi fungsi.
4.Sasaran penelitian terbatas pada tahun pelajaran 2007/2008.
Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap judul di atas, maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut:
1."Studi" artinya, “pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan; penyelidikan”.7
2."Komparasi" berasal dari bahasa Inggris yang aslinya “comparison” yang artinya perasaan, perbandingan.8 Sedangkan hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.9
3."Pembelajaran Kooperatif " adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.10 Ada pendapat lain bahwa Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga setiap kelompok ada peserta didik yang tingkat kemampuannya rendah, sedang dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dan dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Karena semua peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”11
4.Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan sebuah adaptasi dari pembelajaran yang dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota tim yang lain. .12
5.“Ekspositori” adalah pemebelajaran yang diawali dengan guru menerangkan materi pelajaran kemudian memberikan contoh soal beserta jawabannya dan diakhiri dengan siswa mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang diterangkan.13
6."Hasil belajar "merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.
7."Peserta Didik" adalah sama dengan istilah yang biasa dipakai yaitu siswa, peserta didik, yang dimaksud dalam penelitian ini yakni subyek dari pembelajaran di suatu lembaga pendidikan yakni.
8."Pokok Bahasan Komposisi Fungsi" merupakan pokok bahasan dari mata pelajaran matematika yang diberikan di semester 2 tingkat Sekolah Menengah Atas sesuai kurikulum yang berlaku sekarang.
9.......merupakan salah satu lembaga pendidikan setara SMA yang yang berlatar belakang Agama Islam yang bertempat di .
C.Perumusan Masalah
Permasalahan yang timbul adalah adakah perbedaan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan ekspositori pada pokok bahasan Fungsi Komposisi semester 2 kelas XI ......tahun ajaran 2007/2008?
D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagi Guru
a.Sebagai bahan masukan untuk menerapkan suatu model pembelajaran selain pembelajaran yang dilakukan oleh guru (konvensional).
b.Selain bahan masukan, diharapkan agar guru memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
2.Bagi Peserta Didik
a.Dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran matematika.
b.Dapat menumbuhkan semangat kerja sama, karena dalam model pembelajaran kooperatif keberhasilan individu merupakan tanggung jawab kelompok.
3.Bagi Sekolah
a.Dapat meningkatkan SDM baru demi kemajuan pendidikan terutama dalam pembelajaran matematika.
b.Data meningkatkan kualitas sekolah diwujudkan melalui nilai akhir nasional yang optimal.
4.Bagi Peneliti
a. Mengetahui perkembangan pembelajaran yang dilakukan guru terutama pembelajaran matematika.
b.Dapat menambah pengalaman secara langsung sebagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.Deskripsi Teori
1.Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peran penting dalam perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan prestasi manusia sehingga seseorang harus mampu memahami bahwa aktifitas belajar itu memegang peran penting dalam proses psikologis.
Belajar pada dasarnya merupakan pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, dan pemahaman. Sedang yang dimaksud dengan pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Para ahli telah coba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-masing. Baik bentuk rumusan atau aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar, beda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Namun perlu diketahui bahwa di samping perbedaan terdapat pula persamaan pengertian dalam definisi-definisi tersebut.
Di antaranya, pengertian belajar yaitu aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman. Tertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar.1
Belajar adalah sutu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya2
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.3
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi/ pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.4
2.Pengertian Matematika
Ada beberapa definisi atau pengertian tentang matematika yaitu:
a.Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik;
b.Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan;
c.Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi;
d.Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk;
e.Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik;
f.Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat5;
Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3.Prestasi Belajar
Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan kepribadian erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku yang telah dihasilkan dan ingin mengetahui hasil perolehannya dalam suatu pendidikan dikenal dengan istilah prestasi belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.
4.Tujuan Belajar
Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, tujuan belajar harus ditetapkan terlebih dahulu, karena tujuan merupakan komponen utama dalam belajar. Tujuan belajar harus dirumuskan dengan jelas, karena dengan tujuan yang jelas akan memudahkan memilih aktifitas belajar yang efektif dan efisien. Tujuan juga bisa menyusun alat evaluasi untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar berhasil atau tidak.
Dalam menyusun atau merumuskan tujuan belajar, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tujuan belajar harus meliputi ranah kognitif, afektif dan ranah psimotorik. Dalam bukunya Suharsimi Arikunto dijelaskan ada 6 jenis ranah kognitif antara lain pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.6
Krathwohl menyatakan bahwa ranah afektif terdiri atas 5 kategori yaitu: pengalaman, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian, dan pengalaman.7
Sedangkan ranah psikomotorik terdiri atas 4 katagori yaitu: penipuan, manipulasi, ketepatan gerak, dan naturalisasi.
5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik meliputi faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik (internal) dan faktor yang berasal dari luar peserta didik (eksternal). Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil apabila perubahan tingkah laku dapat dicapai.
Adapun faktor tersebut antara lain:
a.Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri atau segala sesuatu yang telah dibawa oleh manusia sejak kelahirannya, yakni fitrah suci yang merupakan bakat bawaan, sebagaimana firman Allah swt dalam surat ar-Ruum ayat 30:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا فِطْرَةَ اللهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ (الروم: 30)
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. ar-Ruum: 30).8
Selain faktor bawaan atau fitrah, faktor internal lain yang terdapat dapat dalam diri pribadi adalah pertama, pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi merupakan kemampuan individu untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, memahami, dan menanggapi pemandangan.9 Pengalaman pribadi yang dimaksud adalah pengalaman beragama, yang mana perlu diberikan sejak dalam kandungan, karena akan berpengaruh dalam pembentukan pribadi yang agamis.
Menurut Zakiah Darajat, pengalaman pribadi seorang anak (peserta didik) yaitu dimulai sejak sebelum dia masuk sekolah, yakni ketika dia memperoleh banyak pengalaman di rumah, mulai dari orang tua dan seluruh anggota keluarganya sampai teman-teman sebayanya.10
Kedua, pengaruh emosi. Emosi merupakan perasaan gejolak jiwa, yakni suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang dialami seseorang, baik itu senang maupun tidak senang.11 Emosi memegang peranan yang penting dalam sikap dan tindakan agama, karena tidak ada satu tindakan agama seseorang yang dapat dipahami tanpa memperhatikan emosinya.12
b.Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar pribadi manusia atau berasal dari orang lain atau lingkungannya. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1)Pengaruh Orang Tua
Mendidik anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Peran orang tua menjadi penting dalam mendidik anak-anaknya, baik dalam sudut pandang agama, sosial kemasyarakatan maupun individu.13 Dalam keluarga hendaknya tercipta hubungan timbal balik dalam pendidikan, sebab dalam keluarga inilah orang tua menjadi suri tauladan utama, terutama dalam aktivitas beragama.
2)Pengaruh Guru
Guru merupakan orang kedua setelah orang tua yang dapat mempengaruhi akhlak anak (peserta didik), yakni melalui kepribadian dan keteladanannya, sehingga guru hendaknya berkepribadian yang mencerminkan agama, sebagaimana yang telah dan akan diajarkan kepada peserta didiknya.14
3)Pengaruh Lingkungan Masyarakat
Keberagamaan seseorang (peserta didik) juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya, hal ini dikarenakan dalam kehidupan masyarakat dibatasi oleh berbagai norma dan nilai yang didukung oleh warganya. Oleh karena itu, setiap warga – termasuk peserta didik – harus bersikap dan berakhlak yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada tersebut.
Lingkungan masyarakat yang agamis dapat menciptakan dan memperkuat jiwa keberagamaan seseorang, yang mana fungsi dan peran tersebut sangat bergantung pada seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung tinggi norma dan nilai yang ada.15
4)Pengaruh Lembaga Pendidikan (Sekolah)
Pendidikan agama di sekolah, bagaimanapun juga akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan keberagamaan peserta didik. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada beberapa faktor yang dapat memotivasi peserta didik dalam memahami nilai-nilai agama, sebab pada hakikatnya pendidikan agama merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.16
6.Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
a.Pengertian pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Model Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.17 Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.
Kooperatif tipe Jigsaw ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh oleh guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Kooperatif tipe Jigsaw didasari oleh pemikiran filosofis “Getting Better Together” yang berarti untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama.18 Dalam bukunya Muhammad Nur juga dijelaskan bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.19
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan efektif dan efisien.20 Model pembelajaran yang dimaksud adalah yanng bisa meningkatkan kemampuan akademik, melatih kemampuan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas kepada peserta didik. Secara teoritis untuk mengatasi permasalahan tersebut di antaranya dengan mengembangkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Dalam pembelajaran Cooperative terdapat bermacam-macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw merupakan salah satu tipe metode pembelajaran Cooperative dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut dengan konsisten menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran semacam itu memperoleh prestasi yang lebih baik, dan mempunyai sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran
Jigsaw merupakan sebuah adaptasi dari pembelajaran yang dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran Kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota tim yang lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan menjabarkan materinya tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian peserta didik saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerjasama secara Kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Setiap kelompok akan menerima lembar ahli yang berbeda sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Setiap anggota kelompok yang mendapat lembar ahli yang sama, bertemu untuk berdiskusi yang disebut kelompok ahli. Kemudian peserta didik kembali kepada kelompok asal untuk menerangkan kepada anggota kelompok asal apa yang sudah didapatkan dalam kelompok ahli.
Pada strategi pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
b.Ilustrasi Kelompok Kooperatif tipe Jigsaw .
Para anggota dari kelompok asal yang mendapatkan lembar ahli yang berbeda, bertemu dengan anggota kelompok ahli yang mendapatkan lembar ahli yang sama kemudian mendiskusikan dalam kelompok ahli, Serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (kelompok asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Di akhir pembelajaran, peserta didik diberi evaluasi secara individu mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interpendensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan soal-soal latihan dengan baik.
Penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:
1)Persiapan
a)Bahan ajar
Bahan ajar pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok sebelum menyajikan materi pembelajaran dibuat lembar ahli yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok Kooperatif .
b)Menetapkan siswa dalam tim
Pada pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terdapat dua macam kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pembentukan kelompok asal biasanya dilakukan oleh guru. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang peserta didik.
Terdapat beberapa petunjuk dalam menetapkan kelompok asal:
(1)Menentukan skor data awal (pre test)
Skor awal merupakan skor rata-rata peserta didik secara individual pada evaluasi sebelumnya atau nilai pretes secara individual.
(2)Merangking Peserta Didik
Kegiatan ini dilakukan berdasarkan hasil belajar peserta didik semester sebelumnya. Selain itu dapat juga menggunakan hasil ulangan sebelumnya.
(3)Menentukan Jumlah Anggota Tim.
Setiap tim hendaknya terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang heterogen.
(4)Menempatkan Peserta Didik Dalam Tim.
Setelah menentukan jumlah kelompok, kemudian dilakukan pembagian peserta didik. Penetapan peserta didik dalam kelompok hendaknya seimbang dan heterogen terutama dilihat dari aspek kognisi peserta didik.
(5)Menetapkan Peserta Didik Dalam Kelompok Ahli.
Kelompok ahli dibentuk sendiri oleh anggota kelompok asal dengan cara berdiskusi menentukan wakil dari kelompoknya untuk menjadi ahli dalam tugas tertentu. Mereka memilih orang yang tepat yang dapat membantu menjelaskan kepada anggota kelompok yang lainnya sehingga memperoleh pemahaman yang sama.
(6)Menentukan Skor Data Akhir (Post test).
Skor akhir merupakan skor rata-rata peserta didik secara individual pada evaluasi sebelumnya atau nilai akhir secara individual. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan nilai peserta didik setelah dikenai pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan jalan menguji normalitas data awal, menguji kesamaan dua varians dan menguji kesamaan dua rata-rata. Soal yang diberikan untuk instrumen, sebelumnya sudah diujicobakan pada kelas yang berbeda yaitu kelas uji coba.
2)Tahap Pembelajaran.
Untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran matematika guna mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah, maka dapat ditempuh dengan tahapan sebagai berikut :
a)guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi peserta didik untuk belajar.
b)Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa akan menerapkan model pembelajaran Jigsaw, para peserta didik harus mengetahui dengan tepat tata aturan penerapan model pembelajaran Jigsaw..
c)Guru membentuk kelompok, yang masing-masing kelompok yang terdiri atas 4 sampai 5 peserta didik yang heterogen, yang disebut dengan kelompok asal.
d)Guru membagi lembar ahli pada tiap kelompok, tiap kelompok mendapatkan lembar ahli sesuai jumlah kelompoknya.
e)Guru meminta setiap kelompok untuk menentukan wakil kelompoknya untuk mempelajari lembar ahli tertentu.
f)Guru meminta peserta didik yang memiliki lembar ahli yang sama untuk membentuk kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Jelas, posisi tempat duduk harus diatur sedemikian rupa sehingga para peserta didik dapat saling bertatap muka.
g)Guru meminta peserta didik yang bekerja dalam kelompok ahli untuk kembali ke kelompoknya masing-masing (kelompok asal).
h)Kemudian peserta didik itu bergantian mengajar teman dalam satu kelompok (kelompok asal), seakan-akan tidak ada sedikitpun peran guru dalam perumusan kesimpulan.
i)Setiap kelompok mengumpulkan lembar hasil diskusi kelompoknya.
j)Peserta didik bersama guru membahas membahas lembar ahli.
k)Peserta didik bersama guru merangkum materi yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut.
l)Guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
3)Evaluasi Mandiri dan Penghargaan Kelompok
Setelah selesai menjelaskan pembelajaran, peserta didik harus menunjukkan apa yang dipelajari selama bekerja kelompok dengan menggunakan tes hasil belajar secara individual. Skor dari masing-masing individu ini selanjutnya diperhitungkan untuk menentukan skor kelompok asalnya.
Dalam penentuan skor tim, skor tim dihitung dengan menambahkan tiap-tiap individu anggota tim dan membagi dengan jumlah anggota tim tersebut. Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok terdapat tiga tingkat penghargaan yaitu:
a.kelompok dengan rata-rata 15 poin, mendapatkan penghargaan sebagai kelompok baik (good team).
b.Kelompok dengan rata-rata 20 poin, mendapatkan penghargaan sebagai kelompok hebat (great team).
c.Kelompok dengan rata-rata 25 poin, mendapatkan penghargaan sebagai kelompok super (super great team).
7.Materi Pokok Komposisi fungsi.
a.Pengertian Komposisi Fungsi
Suatu fungsi dapat dikombinasikan atau digabungkan dengan fungsi lain, dengan syarat tertentu, sehingga menghasilkan fungsi baru, fungsi baru hasil kombinasi fungsi-fungsi sebelumnya ini dinamakan komposisi fungsi. Perhatikan ilustrasi melalui bagan sederhana berikut ini.
b.Sifat-Sifat Dari Komposisi Fungsi
Komposisi memilikisifat-sifat sebagai berikut:
1)Komposisi fungsi memiliki sifat asosiatif, yaitu
karena persamaan ini berlaku untuk setiap x, maka menurut kesamaan dua fungsi terbukti.
2)Ada elemen identitas yakni , artinya untuk setiap akan berlaku
adalah fungsi identitas.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh dibawah ini:
Diketahui ditentukan oleh rumus fungsi identitas pada R ditentukan oleh rumus .
B.Kajian Penelitian Yang Relevan
Telaah pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian atau karya ilmiah yang ada, baik mengenai kekurangan ataupun kelebihan yang ada sebelumnya. Selain itu, telaah pustaka juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.
Pertama, dalam skripsinya yang berjudul "Studi Komparasi Antara Antara Sikap Siswa Yang Berasal Dari Mi Dengan Siswa Yang Berasal Dari SD Terhadap Pendidikan Agama Islam Di MTs ", lulus tahun 2006 yang dalam pembahasannya menghubungkan siswa yang berasal dari MI dengan siswa yang berasal dari SD terhadap Pendidikan Agama Islam di.
Kedua, dalam skripsinya berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Pada Sub Pokok Bahasan Balok Kelas VIII 2006/2007”, lulus tahun 2007, memaparkan tentang bagaimana daya serap siswa yang di kenai pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep pada sub pokok bahasan balok.
Ketiga, yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP”, lulus tahun 2007, penelitian ini hanya memaparkan bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw.
Keempat, dalam skripsinya berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Pada Sub Pokok Bahasan segi empat siswa kelas VII tahun pelajaran 2006/2007”, lulus tahun 2007, isinya memaparkan bagaimana daya serap siswa yang dikenai pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep pada sub pokok segi empat.
Menurut analisa penulis, dari berbagai kajian yang telah penulis sebutkan di atas belum ada yang membahas tentang bagaimana hasil belajar/prestasi peserta didik yang dikenai pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw dengan peserta didik yang dikenai pembelajaran ekspositori. Oleh karena itu layak kiranya jika penulis mengangkat judul tersebut sebagai bahan kajian yang akan disusun dalam bentuk skripsi, yang nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangsih kekayaan wacana dalam dunia pendidikan.
C.Pengajuan Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik yang dikenai pembelaran Kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari psda hasil belajar peserta didik yang dikenai pembelajaran ekspositori dalam pokok bahasan komposisi fungsi.
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.Deskripsi Teori
1.Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peran penting dalam perkembangan kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan prestasi manusia sehingga seseorang harus mampu memahami bahwa aktifitas belajar itu memegang peran penting dalam proses psikologis.
Belajar pada dasarnya merupakan pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, dan pemahaman. Sedang yang dimaksud dengan pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Para ahli telah coba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-masing. Baik bentuk rumusan atau aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar, beda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Namun perlu diketahui bahwa di samping perbedaan terdapat pula persamaan pengertian dalam definisi-definisi tersebut.
Di antaranya, pengertian belajar yaitu aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman. Tertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar.1
Belajar adalah sutu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya2
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.3
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi/ pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.4
2.Pengertian Matematika
Ada beberapa definisi atau pengertian tentang matematika yaitu:
a.Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik;
b.Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan;
c.Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi;
d.Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk;
e.Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik;
f.Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat5;
Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3.Prestasi Belajar
Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan kepribadian erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku yang telah dihasilkan dan ingin mengetahui hasil perolehannya dalam suatu pendidikan dikenal dengan istilah prestasi belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik dalam menuntut suatu pelajaran yang menunjukkan taraf kemampuan peserta didik dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Prestasi belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil tidaknya peserta didik telah belajar.
4.Tujuan Belajar
Sebelum proses belajar mengajar berlangsung, tujuan belajar harus ditetapkan terlebih dahulu, karena tujuan merupakan komponen utama dalam belajar. Tujuan belajar harus dirumuskan dengan jelas, karena dengan tujuan yang jelas akan memudahkan memilih aktifitas belajar yang efektif dan efisien. Tujuan juga bisa menyusun alat evaluasi untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar berhasil atau tidak.
Dalam menyusun atau merumuskan tujuan belajar, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tujuan belajar harus meliputi ranah kognitif, afektif dan ranah psimotorik. Dalam bukunya Suharsimi Arikunto dijelaskan ada 6 jenis ranah kognitif antara lain pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.6
Krathwohl menyatakan bahwa ranah afektif terdiri atas 5 kategori yaitu: pengalaman, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian, dan pengalaman.7
Sedangkan ranah psikomotorik terdiri atas 4 katagori yaitu: penipuan, manipulasi, ketepatan gerak, dan naturalisasi.
5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik meliputi faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik (internal) dan faktor yang berasal dari luar peserta didik (eksternal). Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil apabila perubahan tingkah laku dapat dicapai.
Adapun faktor tersebut antara lain:
a.Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri atau segala sesuatu yang telah dibawa oleh manusia sejak kelahirannya, yakni fitrah suci yang merupakan bakat bawaan, sebagaimana firman Allah swt dalam surat ar-Ruum ayat 30:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا فِطْرَةَ اللهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ (الروم: 30)
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. ar-Ruum: 30).8
Selain faktor bawaan atau fitrah, faktor internal lain yang terdapat dapat dalam diri pribadi adalah pertama, pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi merupakan kemampuan individu untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, memahami, dan menanggapi pemandangan.9 Pengalaman pribadi yang dimaksud adalah pengalaman beragama, yang mana perlu diberikan sejak dalam kandungan, karena akan berpengaruh dalam pembentukan pribadi yang agamis.
Menurut Zakiah Darajat, pengalaman pribadi seorang anak (peserta didik) yaitu dimulai sejak sebelum dia masuk sekolah, yakni ketika dia memperoleh banyak pengalaman di rumah, mulai dari orang tua dan seluruh anggota keluarganya sampai teman-teman sebayanya.10
Kedua, pengaruh emosi. Emosi merupakan perasaan gejolak jiwa, yakni suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang dialami seseorang, baik itu senang maupun tidak senang.11 Emosi memegang peranan yang penting dalam sikap dan tindakan agama, karena tidak ada satu tindakan agama seseorang yang dapat dipahami tanpa memperhatikan emosinya.12
b.Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar pribadi manusia atau berasal dari orang lain atau lingkungannya. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:
1)Pengaruh Orang Tua
Mendidik anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Peran orang tua menjadi penting dalam mendidik anak-anaknya, baik dalam sudut pandang agama, sosial kemasyarakatan maupun individu.13 Dalam keluarga hendaknya tercipta hubungan timbal balik dalam pendidikan, sebab dalam keluarga inilah orang tua menjadi suri tauladan utama, terutama dalam aktivitas beragama.
2)Pengaruh Guru
Guru merupakan orang kedua setelah orang tua yang dapat mempengaruhi akhlak anak (peserta didik), yakni melalui kepribadian dan keteladanannya, sehingga guru hendaknya berkepribadian yang mencerminkan agama, sebagaimana yang telah dan akan diajarkan kepada peserta didiknya.14
3)Pengaruh Lingkungan Masyarakat
Keberagamaan seseorang (peserta didik) juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya, hal ini dikarenakan dalam kehidupan masyarakat dibatasi oleh berbagai norma dan nilai yang didukung oleh warganya. Oleh karena itu, setiap warga – termasuk peserta didik – harus bersikap dan berakhlak yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada tersebut.
Lingkungan masyarakat yang agamis dapat menciptakan dan memperkuat jiwa keberagamaan seseorang, yang mana fungsi dan peran tersebut sangat bergantung pada seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung tinggi norma dan nilai yang ada.15
4)Pengaruh Lembaga Pendidikan (Sekolah)
Pendidikan agama di sekolah, bagaimanapun juga akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan keberagamaan peserta didik. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada beberapa faktor yang dapat memotivasi peserta didik dalam memahami nilai-nilai agama, sebab pada hakikatnya pendidikan agama merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.16
6.Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
a.Pengertian pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Model Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.17 Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.
Kooperatif tipe Jigsaw ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh oleh guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Kooperatif tipe Jigsaw didasari oleh pemikiran filosofis “Getting Better Together” yang berarti untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama.18 Dalam bukunya Muhammad Nur juga dijelaskan bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.19
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan efektif dan efisien.20 Model pembelajaran yang dimaksud adalah yanng bisa meningkatkan kemampuan akademik, melatih kemampuan berbicara, sekaligus menanamkan moralitas kepada peserta didik. Secara teoritis untuk mengatasi permasalahan tersebut di antaranya dengan mengembangkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Dalam pembelajaran Cooperative terdapat bermacam-macam tipe, salah satunya adalah pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw merupakan salah satu tipe metode pembelajaran Cooperative dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut dengan konsisten menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran semacam itu memperoleh prestasi yang lebih baik, dan mempunyai sikap yang lebih baik pula terhadap pembelajaran
Jigsaw merupakan sebuah adaptasi dari pembelajaran yang dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas Texas. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran Kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota tim yang lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga harus siap memberikan dan menjabarkan materinya tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian peserta didik saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerjasama secara Kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Setiap kelompok akan menerima lembar ahli yang berbeda sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Setiap anggota kelompok yang mendapat lembar ahli yang sama, bertemu untuk berdiskusi yang disebut kelompok ahli. Kemudian peserta didik kembali kepada kelompok asal untuk menerangkan kepada anggota kelompok asal apa yang sudah didapatkan dalam kelompok ahli.
Pada strategi pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
b.Ilustrasi Kelompok Kooperatif tipe Jigsaw .
Para anggota dari kelompok asal yang mendapatkan lembar ahli yang berbeda, bertemu dengan anggota kelompok ahli yang mendapatkan lembar ahli yang sama kemudian mendiskusikan dalam kelompok ahli, Serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (kelompok asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Di akhir pembelajaran, peserta didik diberi evaluasi secara individu mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interpendensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan soal-soal latihan dengan baik.
Penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:
1)Persiapan
a)Bahan ajar
Bahan ajar pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok sebelum menyajikan materi pembelajaran dibuat lembar ahli yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok Kooperatif .
b)Menetapkan siswa dalam tim
Pada pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terdapat dua macam kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pembentukan kelompok asal biasanya dilakukan oleh guru. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang peserta didik.
Terdapat beberapa petunjuk dalam menetapkan kelompok asal:
(1)Menentukan skor data awal (pre test)
Skor awal merupakan skor rata-rata peserta didik secara individual pada evaluasi sebelumnya atau nilai pretes secara individual.
(2)Merangking Peserta Didik
Kegiatan ini dilakukan berdasarkan hasil belajar peserta didik semester sebelumnya. Selain itu dapat juga menggunakan hasil ulangan sebelumnya.
(3)Menentukan Jumlah Anggota Tim.
Setiap tim hendaknya terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang heterogen.
(4)Menempatkan Peserta Didik Dalam Tim.
Setelah menentukan jumlah kelompok, kemudian dilakukan pembagian peserta didik. Penetapan peserta didik dalam kelompok hendaknya seimbang dan heterogen terutama dilihat dari aspek kognisi peserta didik.
(5)Menetapkan Peserta Didik Dalam Kelompok Ahli.
Kelompok ahli dibentuk sendiri oleh anggota kelompok asal dengan cara berdiskusi menentukan wakil dari kelompoknya untuk menjadi ahli dalam tugas tertentu. Mereka memilih orang yang tepat yang dapat membantu menjelaskan kepada anggota kelompok yang lainnya sehingga memperoleh pemahaman yang sama.
(6)Menentukan Skor Data Akhir (Post test).
Skor akhir merupakan skor rata-rata peserta didik secara individual pada evaluasi sebelumnya atau nilai akhir secara individual. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan nilai peserta didik setelah dikenai pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dengan jalan menguji normalitas data awal, menguji kesamaan dua varians dan menguji kesamaan dua rata-rata. Soal yang diberikan untuk instrumen, sebelumnya sudah diujicobakan pada kelas yang berbeda yaitu kelas uji coba.
2)Tahap Pembelajaran.
Untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran matematika guna mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah, maka dapat ditempuh dengan tahapan sebagai berikut :
a)guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi peserta didik untuk belajar.
b)Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa akan menerapkan model pembelajaran Jigsaw, para peserta didik harus mengetahui dengan tepat tata aturan penerapan model pembelajaran Jigsaw..
c)Guru membentuk kelompok, yang masing-masing kelompok yang terdiri atas 4 sampai 5 peserta didik yang heterogen, yang disebut dengan kelompok asal.
d)Guru membagi lembar ahli pada tiap kelompok, tiap kelompok mendapatkan lembar ahli sesuai jumlah kelompoknya.
e)Guru meminta setiap kelompok untuk menentukan wakil kelompoknya untuk mempelajari lembar ahli tertentu.
f)Guru meminta peserta didik yang memiliki lembar ahli yang sama untuk membentuk kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Jelas, posisi tempat duduk harus diatur sedemikian rupa sehingga para peserta didik dapat saling bertatap muka.
g)Guru meminta peserta didik yang bekerja dalam kelompok ahli untuk kembali ke kelompoknya masing-masing (kelompok asal).
h)Kemudian peserta didik itu bergantian mengajar teman dalam satu kelompok (kelompok asal), seakan-akan tidak ada sedikitpun peran guru dalam perumusan kesimpulan.
i)Setiap kelompok mengumpulkan lembar hasil diskusi kelompoknya.
j)Peserta didik bersama guru membahas membahas lembar ahli.
k)Peserta didik bersama guru merangkum materi yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut.
l)Guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
3)Evaluasi Mandiri dan Penghargaan Kelompok
Setelah selesai menjelaskan pembelajaran, peserta didik harus menunjukkan apa yang dipelajari selama bekerja kelompok dengan menggunakan tes hasil belajar secara individual. Skor dari masing-masing individu ini selanjutnya diperhitungkan untuk menentukan skor kelompok asalnya.
Dalam penentuan skor tim, skor tim dihitung dengan menambahkan tiap-tiap individu anggota tim dan membagi dengan jumlah anggota tim tersebut. Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok terdapat tiga tingkat penghargaan yaitu:
a.kelompok dengan rata-rata 15 poin, mendapatkan penghargaan sebagai kelompok baik (good team).
b.Kelompok dengan rata-rata 20 poin, mendapatkan penghargaan sebagai kelompok hebat (great team).
c.Kelompok dengan rata-rata 25 poin, mendapatkan penghargaan sebagai kelompok super (super great team).
7.Materi Pokok Komposisi fungsi.
a.Pengertian Komposisi Fungsi
Suatu fungsi dapat dikombinasikan atau digabungkan dengan fungsi lain, dengan syarat tertentu, sehingga menghasilkan fungsi baru, fungsi baru hasil kombinasi fungsi-fungsi sebelumnya ini dinamakan komposisi fungsi. Perhatikan ilustrasi melalui bagan sederhana berikut ini.
b.Sifat-Sifat Dari Komposisi Fungsi
Komposisi memilikisifat-sifat sebagai berikut:
1)Komposisi fungsi memiliki sifat asosiatif, yaitu
karena persamaan ini berlaku untuk setiap x, maka menurut kesamaan dua fungsi terbukti.
2)Ada elemen identitas yakni , artinya untuk setiap akan berlaku
adalah fungsi identitas.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh dibawah ini:
Diketahui ditentukan oleh rumus fungsi identitas pada R ditentukan oleh rumus .
B.Kajian Penelitian Yang Relevan
Telaah pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian atau karya ilmiah yang ada, baik mengenai kekurangan ataupun kelebihan yang ada sebelumnya. Selain itu, telaah pustaka juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.
Pertama, dalam skripsinya yang berjudul "Studi Komparasi Antara Antara Sikap Siswa Yang Berasal Dari Mi Dengan Siswa Yang Berasal Dari SD Terhadap Pendidikan Agama Islam Di MTs ", lulus tahun 2006 yang dalam pembahasannya menghubungkan siswa yang berasal dari MI dengan siswa yang berasal dari SD terhadap Pendidikan Agama Islam di.
Kedua, dalam skripsinya berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Pada Sub Pokok Bahasan Balok Kelas VIII 2006/2007”, lulus tahun 2007, memaparkan tentang bagaimana daya serap siswa yang di kenai pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep pada sub pokok bahasan balok.
Ketiga, yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP”, lulus tahun 2007, penelitian ini hanya memaparkan bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw.
Keempat, dalam skripsinya berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Pada Sub Pokok Bahasan segi empat siswa kelas VII tahun pelajaran 2006/2007”, lulus tahun 2007, isinya memaparkan bagaimana daya serap siswa yang dikenai pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw terhadap pemahaman konsep pada sub pokok segi empat.
Menurut analisa penulis, dari berbagai kajian yang telah penulis sebutkan di atas belum ada yang membahas tentang bagaimana hasil belajar/prestasi peserta didik yang dikenai pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw dengan peserta didik yang dikenai pembelajaran ekspositori. Oleh karena itu layak kiranya jika penulis mengangkat judul tersebut sebagai bahan kajian yang akan disusun dalam bentuk skripsi, yang nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangsih kekayaan wacana dalam dunia pendidikan.
C.Pengajuan Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik yang dikenai pembelaran Kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari psda hasil belajar peserta didik yang dikenai pembelajaran ekspositori dalam pokok bahasan komposisi fungsi.
Subscribe to:
Posts (Atom)