Pages

July 01, 2010

BAB II DESKRIPSI TEORI

BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teori
1.Belajar dan Hasil Belajar
a.Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Belajar adalah istilah yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.1 Belajar itu suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.2 Dalam perspektif Islam, belajar merupakan anjuran bagi setiap individu Muslim-Muslimat dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat.3 Firman Allah Surat Al-Mujadalah: ayat 11.

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.4

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.5 Belajar itu suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.6 Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.7 Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.8
Menurut Clifford T. Morgan dan Richard A. King “learning is relatively permanent change in behavior tendency is the result of experience or practice”.9 (Belajar merupakan perubahan sikap yang relatif tetap yang terjadi sebagaimana sebuah hasil dari pengalaman atau latihan).

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman.10 Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat komulatif. Artinya, hasil belajar tidak diperoleh secara tiba-tiba akan tetapi berlangsung melalui proses tahap demi tahap.11 Belajar bertujuan menambah pengetahuan berbagai bidang ilmu, mengadakan perubahan di dalam diri serta mengubah sikap dan kebiasaan. Belajar merupakan kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup.
Belajar dapat dipandang sebagai hasil, di mana guru terutama melihat bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif. Yang diperhatikan adalah menampaknya sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari. Dari situlah timbulnya klasifikasi hasil yang perlu dimiliki oleh seorang peserta didik, seperti hasil dalam bentuk ketrampilan, konsep-konsep, dan sikap.12


Di dalam situasi belajar, baik yang berkaitan dengan kondisi fisik maupun mental peserta didik berpengaruh terhadap hasil belajar.13 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.14 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.15
Bagi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Bagi peserta didik, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.16 Jadi, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang telah dimiliki oleh seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh peserta didik dapat dilihat dari perilakunya, yaitu perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan.17
Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan ketrampilan melihat, menganalisis, memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja, dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian. Penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tetapi juga secara lisan dan penilaian perbuatan.

b.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori yaitu:
1)Faktor-faktor intern
Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar.18 Faktor-faktor intern ini meliputi:
a)Faktor jasmaniah, meliputi:
1.Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya.
2.Cacat tubuh, merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Peserta didik yang cacat belajarnya akan terganggu.
b)Faktor psikologis, faktor psikologis merupakan keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar, meliputi:
1.Inteligensi atau kecerdasan
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar peserta didik, karena itu menentukan kualitas belajar peserta didik. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.19
2.Motivasi
Motivasi ialah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.20 Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta didik.
3.Minat
Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
4.Bakat
Bakat merupakan kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
5.Sikap
Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif atau negatif.21
6.Motif
Motif sangatlah perlu dalam belajar, untuk membentuk motif yang kuat dapat dilaksanakan adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan.
7.Kematangan
Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase pertumbuhan seseorang, karena alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.22 Jadi, kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar
c)Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Maka agar peserta didik dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan belajar. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
2)Faktor-faktor ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.23 Faktor-faktor ekstern meliputi:
a)Lingkungan sosial
1.Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman sekolah
2.Lingkungan sosial masyarakat
3.Lingkungan sosial keluarga
b)Lingkungan non sosial
1.Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik.
2.Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, silabus dan sebagainya.

2.Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share)
a.Pembelajaran Kooperatif
1)Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yang mempunyai latar belakang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda.24 Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem belajar kelompok yang terstruktur.25 Yang artinya adalah setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif dan saling membantu. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
David W. Johnson menjelaskan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
Cooperative learning is a complex instructional procedure that requires conceptual knowledge.26 (Pembelajaran kooperatif adalah prosedur pembelajaran yang bersifat kompleks yang membutuhkan pengetahuan konseptual).

Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu peserta didik belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.27 Di dalam model pembelajaran kooperatif, peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan peserta didik dengan hasil belajar tinggi, rata-rata dan rendah, laki-laki dan perempuan, peserta didik dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas.
Jadi, pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan peserta didik untuk belajar di dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses pembelajaran.
2)Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Eggen dan Kauchak (1996:279) sebagaimana dikutip oleh Trianto, menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.28
Di dalam pembelajaran kooperatif peserta didik dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu.29 Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama peserta didik yang berbeda latar belakangnya.
Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para peserta didik pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.30 Jadi, dalam pembelajaran kooperatif peserta didik berperan ganda yaitu sebagai peserta didik ataupun sebagai guru untuk bekerja secara kolaboratif mencapai sebuah tujuan bersama. Peserta didik akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi :

”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS Al Maidah: 2).31

Tolong menolong dalam kebaikan juga dijelaskan pada kitab Durratu An-Nashihin halaman 14 yang berbunyi:
من تعلم بابا من العلم ليعلم الناس اعطى له ثواب سبعين نبيا32
“Barang siapa yang belajar satu bab dari ilmu (pelajaran) digunakan untuk mengajarkan manusia maka dia akan dibalas pahala 70 Nabi”.

Tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu:33
a)Hasil belajar akademik
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik, unggul membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
b)Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.
c)Pengembangan ketrampilan sosial
Ketrampilan sosial berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan ketrampilan -ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi, dan juga ketrampilan tanya jawab.
3)Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip pembelajaran kooperatif, antara lain:34
a.Prinsip ketergantungan positif
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.
b.Tanggung jawab perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama, keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan hal yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.
c.Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
d.Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih peserta didik untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi.

b.Pengertian TPS (Think Pair Share)
Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan teman-temannya di Universitas Maryland, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pembelajaran kooperatif tipe TPS ini memberi peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.35 Prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share adalah untuk memberikan lebih banyak waktu kepada peserta didik untuk berpikir, untuk merespon, dan untuk saling membantu.36
Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) sebagai berikut:
1)Berpikir (Thinking)
Sebelum guru memberikan sebuah pertanyaan atau permasalahan, terlebih dahulu guru menjelaskan poin-poin materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Setelah itu, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan pelajaran, kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau masalah tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2)Berpasangan (Pairing)
Guru meminta peserta didik untuk berpasangan dengan peserta didik lain untuk mendiskusikan pertanyaan atau masalah yang telah mereka peroleh.
3)Berbagi (Sharing)
Pada tahap akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang materi yang telah mereka bicarakan atau diskusikan.37
Berdasarkan uraian Ibrahim di dalam bukunya pembelajaran kooperatif, maka langkah-langkah dalam TPS (Think Pair Share) adalah:
1)Guru menjelaskan poin-poin materi
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan poin-poin materi kepada peserta didik.
2)Guru menyampaikan pertanyaan atau masalah.
Guru menyampaikan pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.
3)Peserta didik berpikir secara individu.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memikirkan jawaban dari permasalahan atau pertanyaan yang disampaikan guru.
4)Setiap peserta didik mendiskusikan hasil pemikiran dengan masing-masing pasangan.
Guru mengkoordinasi peserta didik untuk berpasangan dengan temannya dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau menyakinkan.


5)Peserta didik berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas.
Peserta didik mempresentasikan jawaban secara individual ataupun berpasangan di dalam kelas.
6)Mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah didiskusikan.

3.Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional.38 Karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan peserta didik dalam interaksi edukatif. Ceramah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang guru di depan sekelompok peserta didik/kelas.39 Metode ceramah dapat diartikan sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah peserta didik yang pada umumnya mengikuti secara pasif.40
Metode ceramah merupakan sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara komunikasi satu arah. Aktivitas peserta didik dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Meskipun begitu, para guru kadang-kadang memberi peluang bertanya pada sebagian peserta didiknya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar, benda, barang tiruan, peta, agar uraiannya menjadi lebih jelas.41
Metode ceramah mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode ceramah adalah: 42
a.Guru dapat menguasai kelas.
b.Mudah dilaksanakan.
c.Dapat diikuti peserta didik dalam jumlah besar.
d.Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
Sedangkan kekurangan dari metode ceramah adalah:
a.Membuat peserta didik pasif.
b.Pembelajaran menjadi kurang menarik.
c.Sulit untuk mengetahui pemahaman peserta didik.
d.Menghambat daya kritis peserta didik.

4.Materi Pokok Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)
a.Perkembangan Konsep Reaksi Redoks.
1)Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen.
Oksidasi adalah suatu reaksi kimia di mana suatu unsur atau senyawa memperoleh tambahan oksigen. Dengan kata lain, dalam suatu reaksi oksidasi suatu unsur atau senyawa mengikat sejumlah oksigen. Contoh reaksi oksidasi:
C(s) + O2(g)  CO2(g)
polifenol + O2(g)  kuinon (coklat pada apel yang dikupas)
4Fe(s) + 3O2(g)  2Fe2O3(s)
Reduksi adalah suatu reaksi kimia di mana oksigen dilepaskan dari suatu unsur atau senyawa. Dengan kata lain, pada suatu reaksi reduksi suatu unsur atau senyawa kehilangan sejumlah oksigen.43 Contoh reaksi reduksi:
2HgO(s)  2Hg(l) + O2(g)
CuO(s) + H2(g)  Cu(s) + H2O(g)
Fe2O3(s) + 3CO(g)  2Fe(s) + 3CO2(g)



2)Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Elektron.
Kelompok reaksi yang disebut reaksi oksidasi-reduksi (redoks) dikenal juga sebagai transfer elektron.44 Oksidasi adalah proses pelepasan elektron dari suatu zat. Reduksi adalah proses penangkapan elektron dari suatu zat.45 Reaksi oksidasi-reduksi (redoks) melibatkan transfer elektron dari zat pereduksi ke zat pengoksidasi.46
Pada waktu melepaskan elektron suatu zat berubah menjadi bentuk teroksidasinya, karena itu zat tersebut bertindak sebagai zat pereduksi. Sebaliknya, zat pengoksidasi adalah zat yang menerima elektron dan karena itu zat tersebut mengalami reduksi. Reaksi oksidasi dan reduksi selalu berjalan serempak oleh karena itu jumlah elektron yang dilepas pada reaksi oksidasi harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap pada reaksi reduksi.47 Contoh:
Na(s) + ½ Cl2(g)  NaCl(s)
Dalam reaksi di atas terdapat dua peristiwa, yaitu:
Na  Na+ + e (oksidasi)
½ Cl2 + e  Cl- (reduksi)
Pada reaksi Ca(s) + ½ O2(g)  CaO(s) terdapat dua peristiwa, yaitu:
Ca  Ca2+ + 2e (oksidasi)
½ O2 + 2e  O2- (reduksi)



3)Konsep Redoks Berdasarkan Kenaikan dan Penurunan Bilangan Oksidasi.
Bilangan oksidasi dikenal sebagai tingkat oksidasi yang merujuk pada jumlah muatan yang dimiliki suatu atom.48 Untuk menentukan bilangan oksidasi suatu atom dalam senyawa dapat dipergunakan ketentuan berikut ini49:
a)Bilangan oksidasi unsur bebas adalah 0 (nol). Contoh: O2, H2, N2, Cl2, Br2, I2, dan lain-lain.
b)Jumlah total bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu senyawa adalah 0 (nol). Contoh: H­2SO4, jumlah bilangan oksidasi dari 2 atom H + 1 atom S + 4 atom O adalah 0 (nol).
c)Jumlah total bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu ion poliatomik sama dengan muatan ion tersebut. Contoh: Cr2O72-, jumlah bilangan oksidasi dari 2 atom Cr + 7 atom O adalah -2.
d)Unsur-unsur tertentu dalam membentuk senyawa mempunyai bilangan oksidasi tertentu, misalnya:
(1)Atom-atom golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1.
(2)Atom-atom golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, dan Ba) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +2.
(3)Atom-atom golongan IIIA (B, Al, dan Ga) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +3.
(4)Atom hidrogen (H) dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi +1, kecuali dalam hibrida logam. Pada hibrida logam, seperti LiH, NaH, CaH­2, MgH2, dan AlH3, atom hidrogennya mempunyai bilangan oksidasi -1.
(5)Atom oksigen (O) dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi -2, kecuali pada senyawa peroksida dan OF2. Pada peroksida, seperti H2O2, Na2O2, dan BaO2, atom oksigennya mempunyai bilangan oksidasi -1, sedangkan pada OF2 atom oksigennya mempunyai bilangan oksidasi +2.
Di dalam konsep yang berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi, reaksi oksidasi adalah reaksi yang disertai dengan kenaikan bilangan oksidasi sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi yang disertai dengan penurunan bilangan oksidasi.50 Contoh:



b.Oksidator dan Reduktor dalam Reaksi Redoks.
Oksidator (pengoksidasi) adalah zat yang dalam reaksi redoks menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Dalam peristiwa ini zat pengoksidasi mengalami reduksi. Reduktor (pereduksi) adalah zat yang dalam reaksi redoks menyebabkan zat lain mengalami reduksi. Dalam peristiwa ini zat pereduksi mengalami oksidasi. Contoh:


c.Reaksi Autoredoks.
Reaksi ini sering disebut sebagai reaksi disproporsionasi. Pada reaksi autoredoks terjadi proses reaksi redoks, tetapi yang mengalami oksidasi dan reduksi merupakan spesies yang sama.51
Contoh:

Pada reaksi di atas, Cl2 merupakan spesies yang mengalami oksidasi sekaligus mengalami reduksi. Jadi, reaksi di atas termasuk reaksi autoredoks.

d.Tata Nama Senyawa Redoks.
Tata nama senyawa redoks sesuai aturan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) ditentukan berdasarkan atas bilangan oksidasinya. Aturan penulisan nama-nama senyawa redoks sebagai berikut.
1)Senyawa yang Berasal dari Unsur-unsur Non Logam.
Pemberian nama senyawa unsur-unsur non logam dilakukan dengan cara menyebutkan jumlah unsur non logam pertama, nama unsur non logam pertama, jumlah unsur non logam kedua, dan nama unsur non logam kedua. Pada penamaannya, jumlah unsur disebutkan dengan angka Yunani.
Tabel 2.1 Jumlah Unsur dalam Angka Yunani


Contoh:
CO2 : karbon dioksida
CS2 : karbon disulfida
N2O3 : dinitrogen trioksida
2)Senyawa yang Berasal dari Unsur Logam dengan Non Logam.
Cara untuk menentukan nama senyawanya dengan menyebutkan nama logam dalam bahasa Indonesia diikuti bilangan oksidasinya (dalam angka Romawi) lalu diikuti nama anionnya.
Contoh:
FeCl2 : besi (II) klorida
CuO : tembaga (II) oksida
Fe2(SO4)3 : besi (III) sulfat
e.Peranan Lumpur Aktif dalam Pengolahan Air Limbah.
Air limbah mengandung berbagai macam bahan/zat, diantaranya zat organik. Zat organik yang berada dalam air limbah akan mengalami oksidasi oleh oksigen yang terdapat dalam air, sehingga akan menurunkan kadar oksigen yang terlarut dalam air (Dissolved Oxygen). Kadar oksigen terlarut yang rendah (DO rendah) dapat berakibat kematian pada hewan-hewan air, misalnya ikan. Banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikro organisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu disebut Biochemical Oxygen Demand (BOD).52 Bila harga BOD dalam air terlalu besar dapat menimbulkan bau tidak sedap karena mengakibatkan oksidasi berlangsung tanpa oksigen.
Oleh karena itu, air limbah harus diproses untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan tersebut. Untuk mengurangi zat organik dalam air limbah dilakukan reaksi oksidasi menggunakan lumpur aktif. Lumpur aktif (activated sludge) adalah lumpur yang mengandung banyak bakteri aerob yang dapat menguraikan sampah organik.53
Pada umumnya, pengolahan air limbah terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap primer, sekunder, dan tersier. Pada tahap primer adalah penyaringan untuk memisahkan dengan polutan yang tidak dapat larut dalam air seperti oli, minyak, dan zat padat. Tahap sekunder dilakukan guna menurunkan kandungan BOD agar kadar oksigen meningkat dan untuk mengurangi zat-zat organik dalam air limbah maka ditambahkan lumpur aktif. Tahap tersier untuk menghilangkan bakteri, limbah beracun dan logam berat.

5.Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) pada Materi Pokok Reaksi Reduksi Oksidasi
Pembelajaran yang diajarkan pada materi pokok reaksi reduksi oksidasi menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) yang bertujuan untuk membuat peserta didik lebih aktif dan saling membantu dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran pertama-tama guru menjelaskan poin-poin materi reaksi reduksi oksidasi kepada peserta didik. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan C(s) + O2(g)  CO2(g) merupakan reaksi reduksi atau oksidasi. Lalu guru meminta peserta didik untuk berpikir mencari jawabannya selama beberapa menit secara individu. Kemudian guru mengkoordinasi peserta didik untuk berpasangan dengan temannya dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan jawaban mereka. Selanjutnya peserta didik berbagi kepada teman-temannya dengan cara mempresentasikan jawabannya ke depan kelas.
Pada proses pembelajaran selanjutnya guru memberikan pertanyaan di dalam reaksi Na(s) + ½ Cl2(g)  NaCl(s) manakah yang merupakan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Lalu guru meminta peserta didik untuk berpikir mencari jawabannya selama beberapa menit secara individu. Kemudian guru mengkoordinasi peserta didik untuk berpasangan dengan temannya dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan jawaban mereka. Selanjutnya peserta didik berbagi kepada teman-temannya dengan cara mempresentasikan jawabannya ke depan kelas.
Proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS pada awalnya guru menjelaskan poin-poin materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Lalu guru memberikan sebuah permasalahan atau pertanyaan yang berkaitan dengan materi reaksi reduksi oksidasi, kemudian peserta didik diminta untuk berpikir selama beberapa menit secara individu. Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk berpasangan dengan temannya dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh selama beberapa menit. Peserta didik yang sudah memahami materi dari permasalahan yang diberikan guru kemudian membantu teman satu pasangan atau kelompoknya yang belum memahami materi tersebut, sehingga terjadi kerjasama antara peserta didik dalam satu pasangan atau kelompok. Pada langkah akhir, guru meminta peserta didik maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi yang mereka peroleh kepada peserta didik seluruh kelas. Setelah peserta didik mempresentasikan hasil diskusi semua peserta didik yang lain mendengarkan dan memberikan pertanyaan serta tanggapan.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) ini, peserta didik diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berdialog dengan guru dan teman-temannya sehingga dapat meningkatkan pengembangan konsep, ketrampilan berpikir, ketrampilan bahasa dan komunikasi serta merangsang minat peserta didik.
Pada proses pembelajaran rasa tanggung jawab serta aktivitas peserta didik dalam bertanya, menjelaskan, bekerja sama, dan berdiskusi juga meningkat. Hasil itu diikuti oleh rasa percaya diri, kemampuan peserta didik menemukan ide-ide dalam menyelesaikan masalah yang menjadi tugas peserta didik, serta keaktifan peserta didik dalam presentasi juga meningkat.
Dengan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) ini, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia materi pokok reaksi reduksi oksidasi. Pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan. Pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) juga memiliki dampak yang positif terhadap hasil belajar peserta didik, karena dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, dan menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

B.Kajian Penelitian yang Relevan
1.Kiki Fatkhiyani, dengan judul: studi komparasi hasil belajar kimia pokok bahasan sistem koloid antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Numbered Heads Together dan Think Pair Share kelas XI semester II SMA Negeri tahun ajaran 2006/2007, Semarang: 2007, membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share dapat meningkatkan keaktifan peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri pada pembelajaran sistem koloid.54
2.Eli Suci, dengan judul: komparasi hasil belajar kimia siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode TPS dan metode Ekspositori pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI di SMA Negeri, Semarang:, 2008, membuktikan bahwa melalui penerapan metode TPS kualitas pembelajaran di kelas XI IPA 1 SMA dapat ditingkatkan. Pembelajaran seperti ini dapat melatih peserta didik untuk lebih mengembangkan ketrampilan sosialnya, bertanggung jawab terhadap diri dan pasangan/kelompoknya, serta melatih peserta didik untuk bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi yang dipelajari.55
Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) masalah rendahnya mutu kegiatan proses belajar mengajar dapat ditingkatkan. Untuk itu penelitian sejenis perlu dilanjutkan guna mengetahui lebih lanjut peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar yakni nilai hasil belajar atau keaktifan peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar.

C.Hipotesis
Di dalam penelitian, hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.56 Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar kimia peserta didik yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan metode ceramah materi pokok reaksi reduksi oksidasi.

1 comment: