Pages

September 23, 2010

Materi Pendidikan Agama Islam

empat-sifat-nabi-dan-rasul

Para Nabi dan Rasul memiliki empat sifat wajib dan empat sifat mustahil, serta satu sifat jaiz.
1. Shiddiq artinya benar, mustahil ia kizib atau dusta. Artinya nabi dan rasul bersiafat benar, baik dalam tutur kata maupun perbuatannya, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. “Dan Kami menganugrahkan kepada mereka sebagian rahmat Kami, dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi mulia.” (QS. Maryam : 50).
2. Amanah (dapat dipercaya), mustahil khianat (curang). Artinya, para nabi dan rasul itu bersifat jujur dalam menerima ajaran Allah SWT, serta memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang atas ajaran Allah SWT.
3. Tabligh (menyampaikan wahyu kepada umatnya), mustahil kitman (menyembunyikan wahyu). Artinya para nabi dan rasul itu pasti menyampaikan seluruh ajaran Allah SWT sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam. “Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Alkitab dan orang-orang yang ummi (buta huruf), sudahkah kamu masuk Islam? Jika mereka telah masuk Islam niscaya mereka mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah SWT). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imron : 20).
4. Fathonah (cerdas), mustahil jahlun (bodoh). Artinya para nabi dan rasul itu bijaksana dalam semua sikap, perkataan dan perbuatannya atas dasar kecerdasannya. Dengan demikian mustahil mereka dapat dipengaruhi oleh orang lain.
Satu sifat jaiz para nabi dan rasul, yaitu arodhul basyariyah, artinya mereka juga memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia pada umumnya seperti makan, minum, tidur, sakit dan lain sebagainya.
sifat-sifat-allah-swt
Allah SWT memiliki 20 sifat wajib dan 20 sifat mustahil serta satu sifat jaiz (wewenang). Dua puluh sifat wajib dan dua puluh sifat mustahil tersebut, adalah:
1. Allah itu Wujud (ada), mustahil ‘Adam (tiada). “Allah lah yang menciptakan Iangit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. (QS. As Sajdah: 4).
2. Allah itu Qidam (paling awal), mustahil Huduts (ada yang mendahului). “Dialah yang Awal dan Yang Akhir. Yang Zhahir (Yang nyata adanya karena banyak buktinya) dan yang Batin (yang tak dapat digambarkan hikmat Dzat-Nya oleh akal).” (QS. Al Hadid: 3).
3. Allah itu Baqo (kekal/abadi/tidak pernah berakhir), mustahil Fana (berakhir). “Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman: 27).
4. Allah itu Mukholafatu lil hawaditsi (berbeda dengan semua mahluk/segala sesuatu), mustahil Mumatsalatu lil hawaditsi (ada yang menyamai). Ditegaskan dalam Al Qur’an, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy Syuro: 11).
5. Allah itu Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri), mustahil Ihtiyaju lighoirihi (membutuhkan yang lain). “sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al Ankabut: 6).
6. Allah itu Wahdaniyat (Esa/Tunggal), mustahil Ta’adud (terbilang). “Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.” (QS.Al Ikhlas: 1).
7. Allah itu Qudrat (Kuasa), mustahil ‘Ajzun (lemah). “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqoroh: 20).
8. Allah itu Irodat (berkehendak), mustahil Karohah (terpaksa). “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107).
9. Allah itu Ilmu (maha mengetahui), mustahil ]ahlun (bodoh). “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.An Nisa’: 176).
10. Allah itu Hayat (hidup), mustahil Mautun (mati).
11. Allah itu Sama’ (Maha mendengar), mustahil Shomamun (tuli). “Dan Allah Maha Mendengar serta Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqoroh: 256).
12. Allah itu Bashor (Maha Melihat), mustahil ‘Ama (buta). “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hujurat: 18).
13. Allah itu Kalam (berfirman), mustahil Bakamun (bisu). “Dan Allah telah berbicara kepada (Nabi) Musa dengan langsung.” (QS. An Nisa: 164).
14. Allah itu Qodiron (Dzat Yang Maha Berkuasa), mustahil Kaunuhu ‘ajiyan (Dzat yang lemah). “Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqoroh: 20).
15. Allah itu Muridan (Dzat Yang Maha Berkehendak), mustahil Kaunuhu kariban (Dzat yang terpaksa). “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki.” (QS. l1/Hud: 107).
16. Allah itu Aliman (Dzat Yang Maha Mengetahui), mustahil Kaunuhu jahilan (Dzat yang bodoh). “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu.” (QS. 4/An Nisa’: 176).
17. Allah itu Hayyan (Dzat Yang Hidup), mustahil Mayyitan (Dzat yang mati). “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati.” (QS. Al Furqon: 58).
18. Allah itu Sami’an (Dzat Yang Maha Mendengar), mustahil Kaunuhu ashomma (Dzat yang tuli). “Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” [QS. Al Baqoroh: 256).
19. Allah itu Bashiron (Dzat Yang Maha Melihat), mustahil Kaunuhu 'ama (Dzat Yang buta). "Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Hujurat: 18).
20. Allah itu Mutakalliman (Dzat yang berfirman), mustahil Kaunuhu abkama (Dzat yang bisu). "Dan Allah telah berbicara kepada (Nabi) Musa dengan langsung." [QS. An Nisa': 164).
Sifat ]aiz (wewenang) Allah SWT adalah tarku likuli mumkinin au fi’luhu. (Allah SWT berwewenang menciptakan sesuatu atau tidak).
Sifat-sifat Allah SWT. tersebut diatas, dikelompokkan empat, yaitu:
1. Sifat Nafsiah (kedirian), yakni sifat yang pertama.
2. Siaft Salbiyah, yaitu sifat-sifat yang membedakan Allah SWT dengan Dzat-dzat lain, seperti sifat nomor 2,3,4 dan 6.
3. Sifat Ma’ani, yakni sifat-sifat abstrak seperti sifat nomor : 7,8,9,10,11,12 dan 13.
4. Sifat Ma’nawiyah, yakni sifat-sifat berikutnya atau sifat-sifat yang tergantung pada ma’ ani



fungsi-al-quran
Ada beberapa tujuan diturunkannya Al Qur’an.
1. Sebagai bukti berasal dari Allah SWT. “Dan apabila engkau tidak mendatangkan satu ayat (Al Qur-an) kepada mereka, mereka berkata, “Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?” Katakanlah,”Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dari Tuhanku. Inilah (Al Qur-an) adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi kaum beriman”. (QS. Al A’raf: 203). Orang kafir beranggapan bahwa Al Qur-an itu adalah karangan Nabi Muhammad saw, sehingga apabila wahyu tidak turun, maka mereka meminta kepada beliau untuk mengarang ayat. Tentu saja hal ini merupakan ejekan mereka kepada Nabi Muhammad.
2. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. “Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) adalah Al-Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.” (QS. Fathir: 31)
3. Sebagai pelajaran dan penerangan. “Al Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” (QS. Yaa Siin: 69)
4. Sebagai pembimbing yang lurus. “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Quran dan Dia tidak mengadakan penyimpangan di dalamnya, melainkan sebagai bimbingan yang lurus.” (QS. Al-Kahfi: 1-2)
5. Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. “Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakininya.” (QS. Al Jatsiyah: 20)
6. Sebagai pengajaran. “Dan tiadalah ia (Al Qur-an), melainkan pengajaran untuk semesta alam.” (QS. AI Qalam: 52)
7. Sebagai petunjuk dan kabar gembira. “Kami turunkan kepadamu Kitab (Al Qur-an) yang menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi oranggorang muslim.” (QS. An Nahl: 89)
8. Sebagai obat penyakit jiwa. “Hai sekalian manusia, sungguh telah datang kepada kamu pengajaran dari Tuhanmu (Al Qur-an), penyembuh penyakit-penyakit dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 10/Yunus: 57)
Fungsi lain Al-Quran yang tidak kalah penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad saw., dan bukti bahwa semua ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang terakhir paling tidak ada dua aspek dalam Al-Quran itu sendiri: 1) Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna; 2) Keindahan bahasanya dan ketelitian redaksinya; 3) Kebenaran beritaberita gaibnya; dan 4) Isyarat-isyarat ilmiahnya.
shalat
Shalat menurut ahli fiqih adalah suatu tindak ibadah disertai bacaan doa-doa yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Muhammad Rosulullah saw. bersabda: “Kunci shalat itu adalah bersuci, pembukaannya membaca takbir, darn penutupnya membaca salam.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibn Majah, dan Tirmidzi dari Ali ra.) Makna shalat yang sebenarnya adalah menghadapkan jiwa (hati dan pikiran) kepada Allah SWT untuk menumbuhkan rasa ta’at dan berserah diri kepada-Nya, serta mengakui keagungan dan kesempurnaan-Nya.
Shalat adalah rukun Islam kedua. Dengan demikian setiap orang yang mengaku beragama Islam (setelah mengucap dua kalimat syahadat), wajib menegakkan (mendirikan) shalat. Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang beriman, “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan.” (QS. Ibrahim: 31) “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. An Nur: 56).
Selain wajib mendirikan shalat, kita pun berkewajiban menyuruh keluarga kita untuk shalat. “Dan
suruhlah keluargamu (mengerjakan) shalat dan bersabarlah atasnya.” (QS. Thoha: 132) Bahkan anak-anak pun harus kita ajari sholat. Muhammad Rosulullah saw. Bersabda: “Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun,dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat apabila berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. bu Dawud)
Manfaat shalat ditegaskan dalam Al Qur-an:
1. sarana memohon pertolongan Allah SWT. “Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqoroh: 45)
2. untuk mengingat Allah SWT. “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thoha: 14)
3. untuk mencegah perbuatan maksiat dan jahat. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al Ankabut: 45)
syarat-dan-rukun-shalat
A. Syarat-syarat sahnya shalat
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Suci dari hadats dan najis
5. Suci seluruh badannya, suci pakaiannya, dan suci pula tempat yang digunakan untuk shalat.
6. Menutup aurat:
- aurat lelaki antara pusar sampai lutut; dan
- aurat wanita seluruh anggota badan, kecuali muka dan kedua telapak tangan.
7. Telah masuk waktu untuk shalat wajib
8. Menghadap kiblat, dan
9. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnah.
B. Rukun shalat
1. Niat sesuai dengan shalat yang akan dikerjakan;
2. Takbirotul ihrom, sambil mengangkat tangan;
3. Berdiri bagi yang mampu. Bagi orang yang tidak kuasa berdiri karena sakit, maka boleh sambil duduk atau bahkan berbaring.
4. Membaca Fatihah pada setiap rakaat;
5. Rukuk dengan tumakninah (berhenti);
6. Iktidal dengan tumakninah;
7. Sujud dua kali dengan tumakninah;
8. Duduk antara dua sujud dengan tumakninah;
9. Duduk tasyahud akhir;
10. Membaca doa tasyahud akhir;
11. Membaca sholawat Nabi pada tasyahud akhir;
12. Membaca salam yang pertama; dan
13. Tertib, maksudnya semua itu dilakukan secara berurutan.

C. Hal-hal yang membatalkan shalat
1. Salah satu rukunnya tidak dikerjakan atau kelebihan;
2. Terkena najis yang tidak dimaafkan;
3. Berhadats (misalnya kentut);
4. Terbuka auratnya; .
5. Berbicara walau satu kata;
6. Berniat memutuskan shalat;
7. Tertawa;
8. Bergerak tiga kali berturut-turut;
9. Mengunyah sisa makanan, karena sewaktu wudhu tidak kumur.
haji
Tiga Macam Haji
1. Tamattu’ : Mendahulukan umrah dari haji;
2. Qiran : Menggabungkan haji dengan umrah;
3. Ifrad : Mendahulukan haji hingga selesai, kemudian umrah.
Amalan Haji
1) Memakai Ihram;
2) Niat;
3) Tarwiyah;
4) Wukuf;
5) Mabit di Muzdalifah;
6) Jumrah Aqabah;
7) Potong rambut / gundul; Ganti pakaian;
9) Tawaf Ifadah;
10) Mabit di Mina dan melempar tiga Jamarat pada hari tasyriq di Mina;
11) Tawaf Wada’
Atau setelah dari Muzdalifah langsung ke Makkah menunaikan tawaf Ifadah, potong rambut, jumrah aqabah dst.
Memakai Ihram
Pria
• Mandi;
• Memakai dua helai kain suci tidak berjahit; warna bebas, sebaiknya putih, tebal, tidak transparan. Sabda Rasulullah saw yang artinya : “Laki-laki yang berihram tidak boleh memakai baju/gamis, serban/tutup kepala, kopiah, celana, pakaian yang dikenal waras dan za’faran (wewangian), dua khauf (alas kaki yang menutup mata kaki) kecuali kalau tidak menemukan sandal maka boleh memakai khauf dengan memotongnya di bawah mata kaki.” ( HR Bukhari-Muslim)
• Menutup aurat dari pusar hingga lutut;
• Mencukur rambut ketiak, ari (pria-wanita);
• Memotong / merapikan kumis;
• Memotong kuku; (pria-wanita);
• Memakai wewangian di badan sebelum niat;
• Ketika Tawaf, membuka bagian kanan (tangan /idhtiba);
Wanita
• Tidak boleh memakai tutup muka, dan tidak boleh memakai kaus tangan. Sabda Rasulullah saw,” Orang perempuan yang Ihram tidak boleh memakai tutup muka, dan tidak boleh memakai dua kaus tangan.”
• Memakai kaus kaki tebal / tidak transparan seperti stocking;
• Pakaian tidak boleh tipis / transparan dan ketat.
Salat Ihram
Tidak ada salat dua rakaat sebelum Ihram

3 comments: