Pages

July 01, 2010

BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


A.DESKRIPSI TEORI
1.MOTIVASI BELAJAR
a.Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu , yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.1 David Mc Clelland et al., berpendapat bahwa: A motive is the redintegration by a cue of a change in an affective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.2
b.Jenis dan Sifat Motivasi
1)Jenis motivasi
Motivasi sebagai kekuatan mental individu terbagi menjadi dua jenis, diantaranya:
a)Motivasi primer
Motifasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Mc Daugall berpendapat, bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan. Contoh mencari makan , berkelompok, rasa ingin tahu, dan sebagainya.
b)Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap, dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap, dan emosi. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponen konatif terkait dengan kemauan dan kebiasaan betindak (psikomotorik).
2)Sifat motivasi
Motivasi seseorang dapat bersumber dalam diri sendiri yang dikenal dengan motivasi intrinsik, dan dari luar seseorang yang dikenal sebagai motivasi ekstrinsik.
a)Motivasi intrinsik
Merupakan motivasi yang muncul dari dalam tanpa adanya pengaruh dari luar individu, seperti minat atau keingintahuan (curiosity), sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh bentuk-bentuk hukuman.
b)Motivasi ekstrinsik
Merupakan dorongan terhadap perilaku seseorang dari luar perbuatan yang dilakukannya. Motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal berupa hadiah dan atau hukuman.3

c.Belajar
1)Pengertian Belajar
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
a)Belajar, merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dam kegiatan belajar-mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang, mulai dari buaian sampai ke liang lahat tidak terkecuali baik pria maupun wanita.4
b)Belajar adalah proses perubahan perilaku dalam arti luas, baik perubahan perilaku yang bersifat laten (convert behaviour) maupun perilaku yang tampak (overt behaviour).5
c)Belajar juga dapat didefinisikan sebagai komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit (gamblang) maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, diantaranya:
(1)Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(2)Ranah Afektif (Affective Domain)
Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang mengutamakan perasaan emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
(3)Ranah Psikomotorik (Psychomotoric Domain)
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan, terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaiaan pola gerakan, dan kreativitas.6
Menurut Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab At-Tarbiyatul wa Thuruqut Tadris mendenifisikan belajar sebagai berikut.
أن التعلم هو تغيرفى ذهن التعلم يطرأعلى خبرة سا بقة فيحدث فيها تعيراجديدا7

(Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru)

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dan dalam keagamaan pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah ayat 11.

Yang artinya: Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan berilmu

2)Tujuan Belajar
Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri, diantaranya:
a)guru menyusun acara pembelajaran dan berusaha mencapai sasaran belajar, suatu perilaku yang dapat dilakukan oleh siswa.
b)siswa melakukan tindakan belajar, yang meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.8
Akibat belajar tersebut siswa mencapai tujuan belajar tertentu. Dengan makin meningkatnya kemampuan maka secara keseluruhan siswa dapat mencapai tingkat kemandirian.
d.Unsur-unsur Belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1)Pembelajar, merupakan orang yang menerima materi pembelajaran, dapat berupa peserta didik, peserta pelatihan, dan lain-lain. Pembelajar memiliki organ penginderaan yang mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks; dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari;
2)Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar pembelajaran mampu belajar optimal, siswa harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati;
3)Memori. Memori pembelajar berisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya;
4)Respon, merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance).9
e.Motivasi Belajar
Dari pemaparan tentang motivasi dan belajar di atas, penulis menyimpulkan motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk menacapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Jadi hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.
f.Strategi Motivasi Belajar
Pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi intrinsik siswa dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap materi yang disajikan, tetapi tidak menutup kemungkunan motivasi ekstrinsik diperlukan untuk memacu dari motivasi ekstrinsik. Berikut upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan motivasi intrinsik, antara lain:
1)Membangkitkan minat belajar
Pendidik menunjukkan bahwa pengetahuan yang dipelajari sangat bermanfaat bagi mereka (peserta didik) dan memberikan pilihan kepada siswa tentang materi pembelajaran yan akan dipelajari dan cara-cara mempelajarinya.
2)Mendorong rasa ingin tahu
Pendidik menggunakan cara untuk membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu di dalam kegiatan pembelajaran, seperti metode diskusi, studi kasus, inkuiri, dan sebaginya
3)Menggunakan fariasi metode penyajian yang menarik
Pendidik dapat meningkatkan motivasi intrinsik untuk belajar melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode penyajian, misalnya pemutaran film, simulasi, permainan peran, dan lain sebagainya.
4)Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar
Pendidik mendorong dan membantu siswa agar merumuskan mencapai tujuan belajarnya sendiri.10

Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik bagi pendidik, antara lain:
a.pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya.
b.pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.
c.pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu, apabila mengalami kesulitan baik yang bersifat pribadi maupun akademis.
d.pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada profesinya sebagai pendidik.
e.pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.11

2.PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM
Pembelajaran merupakan kata benda dari kata kerja “mengajar” yang artinya menimbulkan “belajar” dan itu terjemahan dari “teaching” atau diartikan juga “instruction”. Instruction adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan. Seperangkat peristiwa itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika si belajar melakukan “self instruction” dan sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain dari guru.12
Pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa (PBS) yaitu, kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar.13 Pembelajaran kimia materi pokok hidrolisis garam merupakan kegiatan belajar mengajar kimia yang menjelaskan tentang reaksi penguraian garam oleh air, yaitu proses terurainya atau larutnya garam oleh air menghasilkan larutan yang besifat asam atau basa.14
Garam-garam menurut proses terjadinya dapat dibedakan menjadi empat.
a.Garam yang berasal dari basa kuat dan asam kuat
Garam-garam yang terjadi dari basa kuat dan asam kuat, seperti Natrium klorida (NaCl), Kalium klorida (KCl), Kalium sulfat (K2SO4), dan sebagainya. Berionisasi sempurna menjadi ion-ionnya (kation bertindak sebagai suatu asam dan anion bertindak sebagai basa). Derajat keasaman (pH) larutan yang terjadi dalam larutan garam ini bersifat netral (pH=7).15
Contoh: Natrium Klorida
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl-(aq)
Na+(aq) H2O (tidak ada reaksi)
Cl-(aq)­ H2O (tidak ada reaksi)
Natrium klorida (NaCl) terdiri dari kation Na+ dan anion Cl-. Baik ion berasal dari elektrolit kuat, sehingga keduanya tidak mengalami hidrólisis.Ion-ion yang dihasilkan oleh garam yang bersal dari basa kuat dan asam kuat tidak akan mengganggu kesetimbangan air sehingga pH larutan sama dengan air atau bersifat netral .16


b.Garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah
Garam-garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah seperti; Natrium asetat (CH3COONa), Natrium benzoat, Natrium sianida, dan sebagainya. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis parsial dalam air. Ionisasi garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah memberikan ion-ion yang dapat mengganggu kesetimbangan air. Pada garam ini, anionnya yang mengalami hidrolisis. Dengan kata lain, garam ini mengandung anion basa (anion menerima proton dari air). Garam yang terhidrolisis sebagian ini, larutannya bersifat basa (pH>7).
Contoh: Natrium asetat (CH3COONa)
CH3COONa(aq) CH3COO-(aq) + Na+(aq)
H2O(ℓ) H+ (aq) + OH- (aq)
CH3COO-(aq) + H2O(ℓ) CH3COOH(aq) + OH(aq)
Na+(aq) + H2O(ℓ) (tidak ada reaksi)
Natrium asetat dalam air akan mengalami disosiasi (ionisasi) dengan menghasilkan ion asetat dan ion natrium. Ion natrium dalam air tidak akan mengganggu kesetimbangan, namun ion asetat dapat mengganggu sistem kesetimbangan air. Ion asetat akan bertemu dengan air menjadi asam asetat yang merupakan elektrolit lemah. Karena asam asetat merupakan elektrolit lemah, maka asam asetat akan terionisasi sebagian.
Adanya pengikatan ion hidrogen oleh ion asetat mengakibatkan konsentrasi ion hidrogen (H+) berkurang. Sedangkan ion hidroksida (OH-) menjadi berlebihan, sehingga larutan menjadi bersifat sedikit basa. Untuk menghitung pH larutan garam ini dapat kita rumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
Kh = tetapan hidrolisis
Kw = tetapan kesetimbangan air = 10-14
Ka = tetapan kesetimbangan asam
M = kemolaran anion dari garam
c.Garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah seperti amonium klorida (NH4Cl), amonium sulfat (NH4SO4), dan sebagainya juga akan mengalami hidrolisis. Dalam air garam ini akan terhidrolisis menjadi ion-ionnya dengan sempurna. Kation hasil disosiasi dari garam ini akan mengganggu kesetimbangan ionisasi molekul air. Ion hidroksida dari reaksi kesetimbangan air akan terikat oleh kation membentuk basa lemah yang sedikit terdisosiasi. Karena ion hidroksida terikat oleh kation garam maka dalam larutan akan mengalami kelebihan ion hidronium, sehingga larutan akan bersifat asam.
Jadi garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dalam air. Pada garam ini, kationnya yang mengalami hidrolisis. Garam yang terhidrolisis sebagian ini larutan bersifat asam (pH<7). Untuk menghitung pH larutan garam itu dapat dirumuskan sebagai berikut. Secara umum, kation dari garam itu disebut BH+, maka hidrolisisnya adalah sebagai berikut. Reaksi hidrolisis mempunyai tetepan kesetimbangan yang dinamakn tetapan hidrolisis (Kh), yaitu

Keterangan:
Kh = tetapan hidrolisis
Kw = tetapan kesetimbangan air = 10-14
Kb = tetapan kesetimbangan basa
M = kemolaran kation dari garam
d.Garam yang beasal dari basa lemah dan asam lemah
Garam yang berasal dari basa lemah dan asam lemah seperti amonium asetat (CH3COONH4), aluminium sulfida (Al2­S3), dan sebagainya dalam larutanakan terhidrolisis dengan sempurna (total). Garam ini dalam air menghasilkan anion dan kation yang keduanya mengganggu kesetimbangan air. Kation yang dihasilkan akan mengikat ion (OH) hidroksida membentuk basa lemah yang sedikit terionisasi. Sedangkan anion yang terurai akan mengikat ion hidronium membentuk asam lemah yang juga sedikit terionisasi membentuk asam lemah yang juga sedikit terionisasi. Dengan demikian baik ion hidroksida (OH-) maupun hidronium (H3O+) akan berkurang.
Contoh: Garam amonium asetat (CH3COONH4)
Garam amonium asetat akan terionisasi sempurna
CH3COONH4(aq) CH3COO-(aq) + NH4+(aq)
2H2O(ℓ) H3O+(aq) + OH-(aq)
CH3COO-(aq) + H3O+(aq) CH3COOH(aq) + H2O(ℓ)
NH4+(aq) + OH-(aq) NH4OH(aq)
Reaksi kesetimbangan hidrolisis garam ini dapat dituliskan sebagai berikut:
NH4+(aq) + CH3COO-(aq) + H2O(ℓ) NH4OH(aq) + CH3COOH(aq)
Untuk menghitung pH larutan garam ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dari reaksi kesetimbangan hidrolisis dapat diketahui konsentrasi asam sebanding dengan konsentrasi basa (pH=7) bersifat netral.17

3.MODEL SQ3R
Dalam pendidikan diciptakan berbagai model pembelajaran yang merupakan suatu bentuk untuk menciptakan situasi belajar berdasarkan teori-teori dan cara mengorganisasikan pembelajaran yang digunakan.18
Model SQ3R merupakan model pembelajaran yang bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan belajar mengajar. Model SQ3R yang dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat tahun 1941, yaitu sebuah cara mempelajari teks (wacana), khususnya yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan laporan penelitian untuk mempelajari teks. Sistem membaca SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu Survey, Question, Read, Recite, Review.19




a.Langkah- langkah Model SQ3R
1.S- Survey (memeriksa dan menyelidiki)
Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap.20 Langkah pertama dalam melakukan survey, guru membantu siswa untuk memeriksa atau meneliti secara singkat, tujuannya agar siswa dapat mengetahui panjang teks, judul bahasan, istilah kata kunci tersebut. Dalam melakukan survey siswa dianjurkan untuk menyiapkan pensil, kertas alat pemberi ciri yang lebih dari satu warna, seperti stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian–bagian terpenting ini akan mempermudah proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya. Prabaca hanya dilakukan beberapa menit, tetapi dengan cara yang sistematis sehingga cepat menemukan ide-ide penting.
2.Q- Question (bertanya)
Pada langkah kedua, guru sebaiknya memberi petunjuk atau contoh kepada siswa untuk menyusun pertanyaan yang jelas, singkat dan relevan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang atau pendeknya teks, dan kemampuan siswa dalam memahami teks yang dipelajari.
3.R- Read (membaca)
Langkah ketiga guru menyuruh siswa membaca serta aktif dalam mencari jawab atas pertanyaan–pertanyaan yang telah disusun. Dalam hal ini membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah disusun.21

4.R- Recite (mengkomunikasikan setiap jawaban yang telah ditemukan)
Langkah keempat, guru meminta siswa menyebutkan lagi jawaban atas pertanyaan yang telah disusun. Latihlah siswa dalam pertanyaan untuk tidak membuka buku atau catatan yang telah dibuat. Jika pertanyaan tidak terjawab dan siswa tetap melanjutkan pertanyaan berikutnya, demikian seterusnya hingga seluruh pertanyaan dapat diselesaikan.
5.R- Review (mengulangi)
Pada langkah terakhir, guru meminta siswa untuk meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat.22
Alokasi waktu yang digunakan untuk memahami sebuah teks dengan model SQ3R mungkin tidak banyak berbeda dengan mempelajari teks biasa (tanpa model SQ3R), akan tetapi hasil pembelajaran dengan model SQ3R diharapkan akan lebih memuaskan, karena dengan model pembelajaran ini siswa membaca lebih aktif dan terarah langsung pada intisari yang terdapat dalam teks.
Jadi kesimpulan dalam sistem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu bacaan disurvei untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan dibaca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri jawaban yang diharapkan terdapat dalam bacaan tersebut, sehingga lebih mudah untuk memahami isi teks bacaan. Dan, selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya, jadi pembaca akan menguasai dan mengingatnya lebih lama.
Hal ini sesuai apa yang disabdakan Rasulullah .SAW.
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّّرُوا
“Dari Anas RA, bahwa Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah dan janganlah kamu persulit. Gembirakanlah dan janganlah kamu membuat lari” (HR. Bukhari)23

Dalam hadits diatas menerangkan bahwa pembalajaran itu harus menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar. Selain itu peoses pembelajaran harus dibuat dengan mudah dan sekaligus menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas.24
b.Kelebihan dan Kekurangan Model SQ3R
Kelebihan Model SQ3R
1.Siswa diarahkan untuk terbiasa berpikir kritis terhadap bahan bacaan sehingga siswa menjadi lebih aktif dan terlatih untuk bisa membuat pertanyaan.
2.Siswa berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang dibuatnya, sehingga dalam pencariannya siswa berusaha untuk mendalami isi bacaan atau teks tersebut.
3.Siswa dapat bekerjasama dalam kelompoknya untuk saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks.25
Kekurangan Model SQ3R
1.Alokasi waktu yang digunakan untuk memahami sebuah teks dengan model SQ3R mungkin tidak banyak berbeda dengan mempelajari teks biasa (tanpa model SQ3R).26
2.Siswa sulit dikondisikan (ramai) saat berdiskusi dengan teman sebangkunya dalam mempelajari teks materi pelajaran.


B.PENELITIAN YANG RELEVAN
Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang, baik dalam bentuk skripsi ataupun dalam bentuk tulisan lainnya, maka penulis dalam pembahasan ini akan mendeskripsikan tentang hubungan antara permasalahan yang penulis teliti dengan penelitian terdahulu yang relevan. Yaitu penelitian dari:
1.Nirmala Dianil Janah Pahlawati, NIM (43073) mahasiswa tahun 2008, yang berjudul: Pengaruh Penggunaan Sumber Belajar dari Internet Dengan Metode SQ3R terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMAN, yang menyimpulkan bahwa penggunaan sumber dari internet dengan metode SQ3R berpengaruh sebesar 35.68% terhadap hasil belajar siswa, dimana diperoleh rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 7.22 dan kelas kontrol 6,28. hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan sumber belajar dari internet denngan metode SQ3R hasil belajarnya lebih baik daripada hasil belajar kelas yang menggunakan metode ceramah.
2.Elinda Dwi E, NIM (432010) mahasiswa tahun 2007, yang berjudul: Penerapan Metode SQ3R untuk Mencapai Ketuntasan Belajar pada Pokok Materi Sistem Koloid bagi Siswa Kelas XI IPA Semester II SMA tahun pelajaran 2006/2007, yang menyimpulkan bahwa siswa dapat mencapai ketuntasan belajar baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik melalui penerapan metode SQ3R dan hasil menunjukkan rata-rata nilai kognitif dengan ketuntasan klasikal dari 11.54% menjadi 69.23% siklus I. siklus II dengan ketuntasan klasikal 76.92%, pada siklus III dengan ketuntasan klasikal 88.46%. rata-rata nilai afektif siklus I dengan ketuntasan klasikal 69,23%, siklus II 80,77%, siklus III 100%. Sedangkan rata-rata nilai psikomotorik, siklus I 53.85%, siklus II 76,92%, siklus III 100%.
Dalam penelitian di atas tidak ditemukan pengaruh metode pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa, dengan demikian dalam judul ini masih menemukan relevansi dan signifikasi untuk dilakukan penelitian.

C.RUMUSAN HIPOTESIS
Hipotesis berasal dari kata hypo (di bawah, lemah) dan thesa (kebenaran). Suryabrata memberikan beberapa definisi tentang hipotesis: (1) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris, (2) hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan, (3) hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling tinggi kebenarannya.27
Berdasarkan pengamatan sementara, peneliti beranggapan bahwa penggunaan model SQ3R akan memberikan perubahan terhadap motivasi belajar siawa bidang studi kimia materi pokok hidrolisis garam siswa kelas XI IPA di MAN, sehingga dapat dirumuskan:
Ho: Tidak ada perbedaan model SQ3R dengan metode konvensional terhadap motivasi belajar siswa.
Ha: Adanya perbedaan model SQ3R dengan metode konvensional terhadap motivasi belajar siswa.

No comments:

Post a Comment