Pages

July 29, 2010

bab 1-3

BAB I
PENDAHULUAN

A.Alasan Pemilihan Judul
Dewasa ini perubahan cepat dan pesat terjadi dalam berbagai bidang. Pendidikan memiliki peran dalam mengantisipasi perubahan tersebut. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus memperhatikan terjadinya pembelajaran sehingga peserta didik siap untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Sehingga diharapkan dapat mengilhami problematika dikehidupan yang nyata.
Pengembangan dan kecakapan dan ketrampilan memerlukan suatu alat pembelajaran yang tidak hanya semata-mata bertujuan menguasai materi melainkan juga tujuan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam kehidupan yang nyata.
Hal ini memberikan implikasi pada pembelajaran dikelas, termasuk dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika mestinya juga harus menjadi wahana untuk mengembangkan kecakapan dalam memecahkan masalah. Karena itu, perlu diterapkan strategi pembelajaran berbasis masalah.
Pembelajaran berbasis masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan-latihan. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa keingintahuan untuk melakukan penyelidikan, sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Dalam melakukan penyelidikan sering dilakukan kerja sama dengan temannya.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah auentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Pembelajaran berbasis masalah ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan dan konsep penting ( Andreas : 2001 : 3 )
Guru dalam pembelajaran berbasis masalah berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan memerika fasilitas penelitian. Selain itu, harus menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa dan penentu arah belajar siswa.

Pada pokok bahasan statistika, banyak siswa yang mendapatkan hasil yang tidak maksimal, hal ini dikarenakan pembelajaran yang kurang bermakna dari guru serta siswa tidak diikutsertakan dalam pembelajaran, sehinga diperlukan sebuah metode pembelajaran yang bermakna bagi siswa dan juga mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran.
Keikutsertaan siswa dalam pembelajaran dapat dengan cara penyelesaian masalah yang diangkat oleh siswa sendiri dan diselesaikan oleh siswa itu sendiri, sedangkan guru hanya berlaku sebagai motivator dan pembimbing dari kegiatan siswa.
Media (alat bantu ajar) diakui oleh banyak ahli pendidikan memainkan peranan penting dalam efektivitas pembelajaran ( Andreas, 2002:1 ). Sedangkan hasil penelitian dari Isti dkk ( 1998 : 209 ) dan Sugiarto & Isti ( 1999 : 83 ) menunjukan bahwa penggunaan alat peraga sebagai alat bantu ajar dalam pembelajaran lebih bermakana dan siswa lebih efektif.
Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti keefetifan pendayagunaan media dalam pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan alat bantu ajar terhadap hasil belajar siswa pada pokok Bahasan Statistika semester I kelas XI tahun pelajaran 2005.

B.Permasalahan
Permasalahan yang timbul adalah efektifkah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) terhadap hasil belajar siswa pokok bahasan Statistik Semester I kelas XI tahun ajaran 2005 dengan pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru (konvensional)?

C.Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) lebih efektif dari pada pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional ) pada hasil belajar siswa Pokok Bahasan Statistiks kelas XI Tahun Pelajaran 2005/2006

D.Penegasan Istilah
1.Keefektifan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektif berarti baik hasilnya, tepat, benar, dapat membawa hasil, berhasil guna ( Tim penyusun KBBI,1988:219 ). Jadi yang dimaksud dengan keefektifan adalah dapat membawa hasil atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
2.Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran yang bercirikan pada pengajuan pertanyan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja dan menghasilkan karya serta peragaan.
3.Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru setelah melalui proses belajar ( Tim MKDK IKIP Semarang,1988:28 ). Belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungan.
4.Media ( alat Bantu ajar ) menurut Mc. Luhan, adalah sarana atau disebut pula channel, karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dangan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.
5.Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru, guru menjelaskan cara menyelesaikan suatu soal kemudian guru memberikan rumus yang digunakan. Memberikan beberapa soal latihan, menyuruh siswa mengerjakan didepan kelas kemudian memberi pekerjaan rumah kepada para siswa
Jadi penelitian dengan judul keefektifan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan Statistiks Semester I kelas XI Tahun Pelajaran 2005 / 2006, berarti dalam penelitian ini akan berusaha mengetahui apakah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar ) dapat lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, bekerja sama dalam komunikasi dalam pokok bahasan Statistika Semester I.

E.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Bagi siswa, menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama dan kemampuan berkomunikasi.
2.Bagi guru, mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan profesi guru.
3.Bagi peneliti, mendapat pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan alat bantu ajar yang efektif.
F.Sistemetika Penulisan
Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari bagian awal skripsi dan bagian isi skripsi.
Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, halamam pengesahan, abstrak, halaman motto dan halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.
Bagian isi skripsi yang terdiri dari lima bab. Bab I. Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II. Landasan teori dan hipotesis; membahas teori yang melandasi permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teorotis yang diterapkan dalam skripsi, pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hepotesis tindakan.
Bab III. Metode penelitian: meliputi jenis dan rancangan penelitian, metode pengumpulan data, metode menyusun alat ukur, metode analisis data dan hasil uji coba alat ukur.
Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan, berisi semua hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan. Bab V. penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasar simpulan.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1.Landasan teori
1.Belajar
Beberapa pengertian telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Abu Ahmadi ( 1986:2 ): “ Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan “.
Sedangkan menurut Nana Sudjana ( 1989:5 ). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta berubahnya aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuiain diri dengan keadaan.
Berdasarkan rumusan tentang belajar diatas, maka belajar pada hakikatnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku dari individu berkat pengalaman dan latihan sehingga menghasilkan tingkah laku baru yang relatif permanen setelah berinteraksi dengan lingkungan.

2.Belajar Matematika
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku sebagai hasil pengalaman yang berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama dan sulit dalam menentukan batas waktunya. Di dalam belajar tentu setiap individu mengalami kesulitan yang berbeda - beda. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan peserta didik. Dalam keadaan peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang dinamakan kesulitan belajar.
Menurut Gagne ( dalam Erman Suherman,1993:26 ), dalam matematika ada 2 objek yang dapat dipelajari siswa, yaitu objek tak langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung meliputi kemampuan menyelidiki dan memecahkan suatu masalah, mandiri (belajar, bekerja ) bersikap positif terhadap Matematika, tahu bagaimana semestinya belajar Matematika dan lain-lain. Sedangkan objek langsung meliputi fakta, konsep, prinsip dan skiil.

3.Kompetisi Bahan Kajian Matematika
Menurut Abraham S ( dalam Erman Suherman 2003:15 ) : “ in short, the question what this mathematic? May be answered difficulty depending on when the question in answer, where it is answer, who answer it and what this regared as being included in methematics “. Ini berarti bahwa pendekatan pertanyaan tentang metematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung bilamana pertanyan itu dijawab, dimana di jawab, siapa yang menjawab dan apa saja yang dipandang atau dikategorikan dalam matematika. Hal ini dikarenakan bahan kajian matematika meliputi berbagai aspek kehidupan baik berupa cara berfikir, kreatif, pemahaman masalah maupun alat komunikasi informasi tentang ide dari suatu pembicaraan. Dari sini maka perlu dijelaskan pula tentang tujuan dari pembelajaran matematika. Adapun tujuan matematika adalah sebagai berikut ( Erman Suherman 2003:15-17 )
a.Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
b.Meningkatkan ektifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, mencoba-coba.
c.Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
d.Sebagai alat kominukasi informasi atau ide misal melalui pembicaraan lesan, catatan, grafik, peta, diagram didalam menjelaskan gagasan.

Sehingga kompetisi yang diharapkan dalam pembelajaran metematika dapat tercapai. Adapun kompetisi dalam pembalajaran matematika sebagai berikut ( Erman Suherman 2003:17)
a.Menunjukan permasalahan dan keterkaitan antara konsep matematika yang dipelajari, serta mengaplikasikan konsep algoritma secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah.
b.Memilki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, grafik atau diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
c.Mengguanakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi metematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.
d.Menunjukan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan menyelesaikan metode matematika dalam pemecahan masalah.
e.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

4.Pembalajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan yang lebih inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. (Andreas:2001:3)
Pembelajaran berbasis masalah bukanlah sekedar pembelajaran yang dipenuhi dengan latihan-latihan. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan dengan permasalahan yang membangkitkan rasa keingintahuan untuk melakukan penyelidikan, sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya, dengan mengkomunikasikan hasilnya kepada orang lain. Dalam melakukan penyelidikan sering dilakukan kerja sama dengan temannya. ( Andreas:2001:3)
Ciri utama pembelajaran berbasis masalah adalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Kill Patrick ( dalam Muslimin Ibrahim 2000:16 ) mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan pilihan mereka sendiri. Visi pembelajaran yang berdayaguna atau berpusat pada masalah digerakan oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang bermakna secara jelas.
Piaget ( dalam Muslimin Ibrahim 2000: 17 ) mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlihat dalam proses perolehan informasi dan membangun mereka sendiri. Dia juga menambahkan dalam PBI bahwa pedagogi yang tidak harus melihatkan pemberian anak dengan situasi-situasi dimana anak itu sendiri melakukan eksperimen, dalam arti paling luas dari istilah itu mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memaniplasi tanda-tanda, memanipulasi symbol, mengajukan pertanyaan dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokan apa yang ia kemukakan pada saat dengan apa yang ia temukan pada saat yang lain, membandingkan temuan dengan temuan anak lain.

Pembelajaran berbasis Masalah berusaha membantu siswa menjadi pelajar yang baik yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri.
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki lima (5) tahapan utama (Muslimin Ibrahim, 2000:13 ), kelima tahapan tersebut adalah :
Tahap
Tingkah laku guru
Tahap-1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membatu mereka untuk berbagi tugas dengan temanya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevakuasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau tugas evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Pelaksanan pembelajaran bedasarkan masalah meliputi berbagai hal sebagai berikut . ( dalam muslimin Ibrahim,2000:13 )
a.Tugas-tugas Perecanaan
Pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya dengan model-model pembelajaran yang berpusat pada jawaban lainya.


1). Penetapan tujuan
Pertama kali didiskripkan bagaimana pembelajaran berdasarkan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran berbasis masalah biasa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang talah disebutkan tadi.
2). Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah lebih suka memberikan siswa suatu keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena ini meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka teki dan tidak terefinisikan secara ketat, memungkinkan bekerja sama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
3). Organisasi sumber daya rencana logistik
Dalam pembelajarran berbasis masalah siswa dimungkinkan bekerja dengan ragam material dan peralatan, dan pelaksanaan biasa dilakukan didalam kelas, di perpustakaan atau laboratorium bahkan dapat juga dilakukan diluar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisaskan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan utama bagi guru yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

b.Tugas interaktif
1). Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami tujuan pembelajaran masalah adalah tidak memeperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidik dan terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah dalam pembelajaran ini adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan memberikan keinginan untuk memecahkan.
2). Mengorganisasi siswa untuk belajar
Pada model ini dibutuhkan pengembangan ketrampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal itu siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelapor. Kelompok belajar kooperatif juga berlaku pada model pembelajaran ini.
3). Membantu penyelidikan mendiri dan kelompok, meliputi:
a). Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapi. Juga diajarkan etika penyelidikan yang benar.
b). Guru mendorong pertukaran ide secara bebas. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c). Puncak proyek-proyek pembalajaran berbasis masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik dan video tape.

4). Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru tahap akhir pembelajaran ini adalah membantu siswa manganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
c.Lingkungan belajar dan tugas-tugas manajemen
Salah satu masalah dalam pengelolaan pembelajaran berbasis masalah adalah bagai mana menangani siswa baik secara individu maupun kelompok untuk menyelesaikan tugas lebih awal atau terlambat. Jadi kecepatan dalam penyelesaian dalam penyelesaian yang memiliki siswa jelas berbeda, sehingga dimungkinkan siswa mengerjakan tugas multi (rangkap) atau pun juga berbeda-beda sehingga diperlukan penentuan dan pengelolaan kerja siswa yang rumit.
Guru yang efektif harus memiliki prosedur untuk pengelolaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan. Juga harus menyampaikan aturan dan sopan santun untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika melakukan penyelidikan.
5.Media pendidikan
Menurut Santoso S. Hamidjojo ( dalam Darhim 1993:13 ). “media adalah semua bentuk perantara yang di pakai orang penyebar idea, sehingga gagasanya sampai pada penerima “. Sedangkan Mc Luhan ( dalam Darhim 1993:13 ) menyatakan bahwa “ media adalah sarana yang disebut pula channel, Karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada”.
Menurut Blake dan Horasel ( dalam Darhim 1993:14 ). “ media adalah saluran komunikasi atau perantara yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan sesuatu pesan. Dimana perantara ini merupakan jalan atau alat lintas suatu pesan antara komunikator dengan komunikan”.
Berdasarkan beberapa definisi diatas media dapat dikatakan sebagai sarana atau alat perantara untuk menyampaikan suatu pengajaran, sedangkan didalam matematika media biasa diidentik dengan alat peraga.

Media pendidikan memiliki beberapa nilai praktis yang diantaranya adalah :
a.Media pendidikan dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi murid.
b.Media pendidikan dapat mengatasi batas-batas ruang kelas.
c.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan ukuran bentuk benda.
d.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan kecepatan gerak benda.
e.Media pendidikan dapat mengatasi kekomplekan masalah.
f.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan volume suara.
g.Media pendidikan dapat mengatasi keterbatasan penghayatan dalam proses belajar.
h.Media pendidikan dapat mengatasi terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau keadaan alamiah.
i.Media pendidikan dapat mengatasi dan memberikan kesamaan dalam pemgamatan terhadap sesuatu.
j.Media pendidikan dapat membangkitakan belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar.
Proses generalisasi tidak datang dengan sendirinya, sejumlah pengalaman tidak dengan sendirianya menghasilkan pengertian. Pengalaman-pengalaman harus disusun menjadi pola baru agar merupakan suatu pengertian atau konsep. Kemampuan berfikir dan mengerti hal-hal yang verbal bukanlah hal yang mudah., membagi pengalaman menurut tingkat abstraknya, mulai dari pengalaman kongret (langsung) sampai kepada yang paling abstrak ( symbol kata-kata ).
Jadi sintak dalam pembalajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat Bantu ajar ) di sini adalah sebagai berikut. ( Muslimin Ibrahim : 2000 : 13 )

Tahap-1. Oreintasi siswa kepada masalah dengan menggunakan media yang dibutuhkan, tahap-2, mengorganisai siswa untuk belajar, tahap-3, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan menggunakan media yang ada, tahap-4, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan penggunaan media yang ada. Dan tahap-5, menganalisis den mengevakuasi proses pemecahan masalah.
Dalam pelaksanaan penelitian akan dilihat juga proses yang ada yaitu dengan memberikan angket serta lembar observasi terhadap pembelajaran yang baik bagi siswa maupun bagi guru yang bersangkutan.
2.Materi Pokok Bahasan Statistika
Pokok bahasan yang terkait dengan pelaksanaan penelitian eksperimen ini adalah statistika. Selanjutnya, akan diuraikan materi pokok bahasan tersebut.
1.Rataan Hitung (mean)

a.Rataan hitung dari data tunggal
Contoh:
Nilai enam kali ulangan Dinda adalah 7,8,8,9,9 dan 10. Tentukan nilai rata-rata ulangan Dinda tersebut.
Penyelesaian
Diketahui: enam kali ulangan Dinda yaitu 7,8,8,9,9 dan 10.
Ditanya: berapa nilai rata-rata ulangan Dinda ?
Jawab :
Jadi, nilai rata-rata ualngan Dinda adalah 8,5

Rataaan hitung dari data yang disajikan dalam distribusi frekuensi
Dengan:
f1 = Frekuensi untuk nilai x1 yang bersesuaian
xi = data ke-1


Contoh:
Dari hasil ulangan matematika disuatu kelas, enam siswa mendapat nilai 8, tujuh siswa mendapat nilai 7, lima belas siswa mendapat nilai 6, tujuh siswa mendapat nilai 5 dan lima siswa mendapat nilai 4.
Tentukan rata-rata nilai ulangan matematika di kelas itu.
Penyelesaian:
b.Rataan hitung gabungan
Jika data pertama berukuran n1 dengan rataan hitung , data kedua berukuran n2 rataaan hitung , …, data ke-k berukuran nk dengan rataan hitung , maka rataan hitung gabungan dari k buah data itu adalah
Contoh:
Nilai rata-rata ulangan matematika 15 siswa adalah 6,2; 20 siswa adalah 7,0; dan 5 siswa adalah 8,6. Hitunglah nilai rata-rata ulangan matematika semua siswa itu.
2.Modus, Median dan Kuartil
Data yang belum dikelompokkan
a.Modus dari data yang belum dikelompokkan adalah ukuran (nilai/observasi) yang memiliki frekuensi tertinggi.
Modus dari data yang telah dikelompokkan dihitung dengan rumus:
Dengan:
Mo = modus
L = tepi bawah kelas yang memiliki frekuensi terbesar
d1 = selisih frekuensi modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
c = panjang interval
Contoh:
Perhatikan tabel berikut yang menunjukkan nilai ulangan matematika kelas XI-1 “SMU N Pulokulon”. Jika diketahui modus = 83, maka hitunglah berapa banyak siswa yang mendapat nilai antara 76 – 80 dan berapa siswa yang mendapat
b.Median
Median nilai tengah setelah data diurutkan. Sehingga median sama nilainya dengan quartil kedua (Q2). Sedangkan untuk data kelompok (data yang disajikan dalam distribusi frekuensi) ditentukan dengan:
Me = median
L1 = tepi bawah ke kuartil ke-I
n = banyaknya data
F1 = frekuensi komulatif sebelum kelas median
f1 = frekuensi kela median
c = panjang interval kelas

Contoh:
Perhatikan tabel di bawah ini yang menunjukkan daftar distibusi frekuensi nilai ulangan Fisika kelas II – 1 SMU Harapan. Tentukan median atas data tersebut.
c.Kuartil
Kuartil adalah nilai yang membagi data menjadi empat bagian yang sama banyak, sedangkan median adalah kuartil kedua dari suatu data. Sedangkan untuk data kelompook (data yang disajikan dalam distribusi frekuensi) ditentukan dengan:
Dengan:
Q1 = kuartil ke-i, i = 1, 2, 3
L1 = tepi bawah ke kuartil ke-i
n = banyaknya data
F1 = frekuensi komulatif sebelum kelas kuartil frekuensi ke-i
f1 = frekuensi kelas kuartil ke-i
c = panjang interval kelas
3.Simpangan Rata-Rata, Ragam, Simpangan Baku
a.Simpangan Rata-Rata (Deviasi rata-rata)
1)Untuk data tunggal
2)Untuk data kelompok
Dengan:
x1 = ukuran data ke – i
= rataan hitung
= nilai mutlak
b.Ragam / Variasi
1)Untuk data tunggal, ragam ditentukan dengan rumus
Contoh:
Tentukan ragam dari data: 7, 8, 6, 5, 6, 7, 8, 5, 8, 10.
2)Untuk data berkelompok
c.Simpangan Baku (Deviasi Standart)
Simpangan baku merupakan akar dari ragam sehingga:
1)Untuk data tunggal
Contoh:
Diketahui ragam dari data 7, 8, 6, 5, 6, 7, 8, 5, 8, 10 adalah 2,2. Tentukan simpangan bakunya:
Jawab:
Diketahui:S2 = 2,2
Ditanyakan: S = … ?
Dijawab: S =
== 1,48
2)Untuk data berkelompok
C. Kerangka berfikir
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan pendekatan pada masalah autentik yang diharapkan nantinya siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan secara mandiri dan dapat meningkatkan kepercayaan diri pada siswa. Dalam pembelajran berbasis masalah siswa dipacu untuk berepikir kritis dalam pemecahan masalah sehingga diharapkan siswa memperoleh pengetahuan dan konsep yang jelas, sedangkan media (alat bantu ajar ) dapat membantu siswa dalam pembelajaran ini karena media dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan bermakna sehingga siswapun menjadi aktif.

D.Hipotesis

Berdasarkan kajian teori, maka ada satu hipotesa yang akan diuji kebenaranya pada penelitian ini, yaitu:
Ha : Pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media (alat bantu) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional) pada hasil siswa pokok bahasan statistika SMA kelas XI tahun pelajaran 2005/2006.
Untuk keperluan uji empiris maka Ha di ubah menjadi Ho sebagai berikut

Ho : Pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media (alat bantu) tidak lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional) pada hasil siswa pokok bahasan statistika SMA kelas XI tahun pelajaran 2005/2006.

BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pembelajaran Berbasis Masalah dengan penggunaan Media (Alat Bantu Ajar) pokok bahasan Statistika lebih efektif daripada pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru (konvensional)
Rancangan Penelitian yang digunakan pada penelitian pada penelitian ini adalah
Kelompok
Perlakuan
Tes
Eksperimen

Kontrol
X

X
T

T
Keterangan :
X= pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media ( alat bantu ajar )
X= pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru ( konvensional )
T= tes untuk kelas Eksperimen
T= tes untuk kelas Kontrol


Prosedur Penelititan ini adalah sebagai berikut
2.Menentukan subjek Penelitian.
3.Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
4.Menyimbangkan kedua kelompok yang berdistribusi normal agar dapat diketahui bahwa kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama yaitu denga mencari homogenitasnya.
5.Pada pembelajaran, kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan Pembelajaran Berbasis masalah dengan penggunaan Media (Alat Bantu Ajar), dengan prosedur pelaksaanya sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang ada.
6.Kedua kelompok diberi tes pada akhir pembelajaran.
B.Metode Penelitian dan Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N I Kradenan yang terdiri dari kelas XI1, XI2, XI3, XI4 dan XI5
2.Sampel
Pengambilan sampel dengan teknik cluster Random Sampling yaitu dengan memilih satu kelas secara acak sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol, hal ini didasarkan karena penempatan siswa dari awal secara acak tidak berdasarkan pada kelas maupun rengking.

C.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
1.Variabel Treatment
Adalah pembelajaran berbasis masalah dengan penggunaan media (alat bantu ajar )
2.Variabel Penelitian
Adalah hasil belajar siswa pada Pokok Bahasan Statistika.
D.Metode Pengumpulan Data
1.Dokumenter
Metode dokumenter digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan daftar nama siswa yang menjadi sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dan mengetahui nilai awal dari dua kelas tersebut dan data tersebut diketahui bahwa kelas eksperimen dan kelas control berdisrtibisi normal dan homogen.
2.Tes
Tes digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif materi Statistika.
3.Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap setelah diberikan tindakan, hal ini juga berkaitan dengan pendapat mereka tentang model pembelajaran berbasis masalah dengan pendayagunaan media (alat bantu ajar ) yang peneliti berikan.

4.Lembar observasi ( pengamatan )
Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperhatikan pengelolaan pembelajaran berbasis masalah oleh guru dan partisipasi siswa secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara individual maupun kelas bagi keaktifan mereka dalam belajar.
E.Metode Penyusunan Instrumen
1.Materi dan bentuk tes
Materi dalam penelitian ini adalah statistika dan bentuk soal adalah tes yang digunakan adalah bentuk esay.
2.Metode Penyusunan Perangkat tes
Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
a). Pembatasan terhadap bahan yang diteskan
b). Menentukan jumlah waktu yang disediakan.
c). Menentukan jumlah butir yang disediakan.
d). Membuat kisi-kisi soal.
3.Uji coba peragkat tes
Tes di uji coba dahulu untuk mengetahui mutu perangkat tes yang telah dibuat
4.Analisis Perangkat tes
a). Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau suatu instrument (Arikunto,2002:144). Sebuah instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan. Validitas butir soal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut.
Keterangan :
X = skor soal yang dicari keterandalannya
Y = Skor total
N = jumlah peserta
rXY = korelasi antara variabel X dan variabel Y
Hasil perhitungan rXY dikonsultasikan dengan tabel kritis r product moment dengan taraf signifikan 5%, kriteria yang digunakan adalah butir soal valid jika rXY > rtabel.
b). Analisis Reabilitas Tes
Realiabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut baik (Arikunto, 2002:154). Reliabilitas untuk tes bentuk uraian diketahui dengan mengunakan rumus alpha sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto, 1999:109)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas yang di cari
n = Banyaknya butir soal
i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
t2 = varians total
Tolak ukur untuk mengineterpretasikan derajat reliabilitas oleh J.P Guilford adalah sebagai berikut.
r11  0,20 reliabilitas sangat rendah,
0,20 < r11  0,40 reliabilitas rendah, 0,40 < r11  0,60 reliabilitas sedang, 0,60 < r11  0,80 reliabilitas tinggi, dan 0,80 < r11  1,00 reliabilitas sangat tinggi. (Erman Suherman, 1990:177) jika r> r tabel maka soal reliabel
c). Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal
Tehnik perhitungan taraf keukaran butir soal adalah dengan menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas lulus (Passing grade) untuk tiap-tiap item. Untuk menginterpolasikan nilai taraf kesukaran soal yang digunakan tolak ukur sebagai berikut
Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.
Jika jumlah testi yang gagal antara 28 % sampai dengan 72 % termasuk sedang.
Jika jumlah testi yang gagal mencapai 72 % keatas, termasuk sukar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
TK = Tingkat Kesukaran
TG = Banyaknya testi yang gagal
N = Banyaknya seluruh siswa
(Zaenal Arifin, 1991:143)
d). Daya Pembeda
Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes bentuk easy adalah dengan menghitung rata-rata dari kelompok atau dengan rata-rata kelompok bawah untuk tiap-tiap soal. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
(Zaenal Arifin, 1991:141)
Keterangan :
t = daya beda
MH = rata-rata kelompok atas
ML = rata-rata kelompok bawah
X12 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
X22 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
n1 = 27% x N
dk = (n1 – 1) + (n2 – 1),  = 5%
dengan kriteria soal memiliki daya beda yang signifikan apabila t hitung > ttabel
F.Metode Analisis data
1.Pemadang ( matching )
a.Dalam penelitian ini untuk mencari kesamaan varian dari kedua kelompok sampel digunakan rumus
F ( nb-1,nk-1) =
Keterangan
Vb = varian yang lebih besar
Vk = varian yang lebih besar
nb = jumlah subjek dari Vb
nk = jumlah subjek dari Vk
Hasil perhitungan rumus diatas selanjutnya dibandingkan dengan harga F pada tabel uji F dengan mengambil taraf signifikansi 5 % dapat diketahui apakah kedua kelompok tersebut atau tidk, jika F data < tabel, maka dikatakan kedua kelompok tidak berbeda variabilitasnya.
b.t- matching
Langkah berikutnya adalah melakukan uji t terhadap nilai yang akan disajikan dasar kesamaan kedua kelompok, yaitu dengan rumus sebagai berikut
Keterangan
x= rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen.
x= rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol.
s= standart deviasi sub sampel kelompok eksperimen.
s= standart deviasi sub sampel kelompok kontrol.
Dengan menggunakan taraf segnifikasi 5%, selanjutnya hasil perhitungan t – test diuji dengan t pada tabel t. Pada t-test ini digunakan dk = ( n – 1), jika t < t tabel maka kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. ( Sudjana, 1996:241 )
c.Mean matching.
Dalam matching ini kedua kelompok dicari kesamaanya dengan cara menghitung rata-rata nilai siswa yang menjadi dasar untuk mencari kesamaan rata-rata. Mean Matching tidak memberikan kesamaan variabelitas yang sempurna. Maka dalam penelitian ini akan menghitung pula varians matching dan mean matching secara bersama-sama yaitu t matching.
2.Uji Normalitas
Uji kenormalan digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Uji ini mengunakan rumus Chi kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut.
Ho = Sampel berdistribusi normal
Ha = Sampel tidak berdistribusi normal
Adapun rumus yang digunakan adalah
dimana
k = jumlah kelas interval
Oi = frekuensi yang diharapkan
Ei = frekuensi hasil yang diharapkan
Jika 2hitung  2tabel­ ini berarti distribusi data memenuhi syarat normalitas (Sudjana, 1992:273)
3.Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mendapatkan asumsi bahwa sampel berangkat dari kondisi yang sama, hipotesis yang digunakan adalah
Ho = kedua kelompok homogen
Ha = kedua kelompok tidak homogen
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
(Sudjana, 1996:250)
Dengan kriteria pengujian terima Ho jika F hitung < F(y1,y) didapat dari distribusi F dengan peluang , sedangkan derajat kebebasan pembilang dan penyebut pada rumus di atas.
4.Uji pihak kanan kesamaan dua rata-rata
Hipotesis yang digunakan:
Rumus yang digunakan adalah :
a.Jika 1 = 2
dengan kriteria terima Ho jika t < t1 –  dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga yang lain. Dengan derajat kebebasan t adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 – )
b.Jika 1  2
(Sudjana, 1996:239-243)
Keterangan :
= rata-rata prestasi belajar pada kelas eksperimen
= rata-rata prestasi belajar kelas kontrol
s12 = varians pada kelas eksperimen
s22 = varians pada kelas kontrol
n1 = banyaknya siswa kelas eksperimen
n2 = banyaknya siswa kelas kontrol

No comments:

Post a Comment