Pages

June 15, 2010

bAb dua

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

I.LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Kontekstual
1.Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
“An educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subject with the context of their daily live, that is, with context of their personal, social, and curtural cirtumstance. To achieve this aim, the system encompasses the following eight components : making meaningful, connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic assesment”.1
(Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. Yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik.)2
CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung apa yang dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar. Sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut ketika peserta didik menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara menggapainya.3 Dalam upaya itu mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam menerapkan CTL ini, guru tidak hanya menyampaikan materi belaka yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan secara keseluruhan.4
2.Komponen Pembelajaran Kontekstual
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 komponen. Komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Adapun tujuh komponen tersebut adalah:
a.Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.5 Dalam pembelajaran CTL pada dasarnya mendorong siswa agar dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Penerapan komponen konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.


b.Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.6 Penerapan inkuiri ini dalam proses pembelajaran CTL, didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Dengan demikian diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis yang semuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas peserta didik.
c.Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.7
Kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran. Karena dengan bertanya pengertian dan pemahaman dapat diperoleh lebih mantap. Sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari semaksimal mungkin.
Sebagaimana dalam firman Allah yang berkaitan tentang bertanya adalah surat An-nahl:43
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلاّ َرِجَالاً نُوْحِى~ إِلَيْهِمْ فَسْئَلُوْا اَهْلَ الْذِكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”8

d.Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (Team Work). Kerjasama itu dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar yang dibentuk secara formal maupun dalam lingkungan secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh secara bertukar pikiran dengan orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.9
Kegiatan masyarakat belajar sesuai dengan salah satu prinsip yang digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yaitu prinsip sosial. Satu sama lain saling membantu, bekerja sama dan berinteraksi untuk memecahkan suatu masalah. Kegiatan masyarakat belajar juga diharapkan siswa akan berwawasan luas karena banyak pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber.
e.Pemodelan (Modelling)
Yang dimaksud dengan komponen pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Pemodelan tidak terbatas dari guru saja akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Pemodelan merupakan komponen yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak.10

f.Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari kegiatan refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.11
Pada akhir pembelajaran guru perlu melaksanakan refleksi. Guru memberikan kepada peserta didik untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Sehingga ia dapat menyimpulkan kembali apa yang telah dipelajari tentang pengalaman belajarnya.
g.Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran. Maka penilaian tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.12
3.Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual perlu didasarkan atas prinsip dan strategi pembelajaran yang mendorong terciptanya lima bentuk pembelajaran relating, experiencing, applying, cooperating and transferring.13
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan center for occupational research and development (CORD). Penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:
a.Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna.
b.Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
c.Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.
d.Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif melalui belajar kelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.
e.Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.14
Selama ini kelas-kelas dalam pendidikan di sekolah tidak produktif. Adanya pandangan mengenai pengetahuan sebagai seperangkat fakta yang harus dihafal. Sehari-hari kelas diisi dengan ceramah dan guru sebagai sumber utama pengetahuan, sementara siswa dipaksa untuk menerima dan menghafalkan fakta-fakta. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa. Bagi CTL, program pembelajaran adalah rencana guru mengenai skenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakannya dalam satu atau lebih pertemuan. Dalam program itulah guru biasa melihat apa saja yang perlu dipersiapkannya sebelum mengajar. pembelajaran kontekstual dituntut untuk menghidupkan kelas dengan cara mengembangkan pemikiran anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, menciptakan masyarakat belajar dalam kelompok, mengembangkan sikap ingin tahu siswa dalam bertanya, melakukan refleksi dan penilaian yang sebenarnya. Kelas yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa, yaitu kelas yang produktif dan menyenangkan.
4.Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional
Terdapat perbedaan pokok antara pembelajaran dengan CTL dan pembelajaran konvensional yang banyak diterapkan di sekolah. Tabel 2.1 di bawah ini menjelaskan perbedaan kedua model tersebut dilihat dari konteks tertentu.
Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran kontekstual dan konvensional.15
No
Konteks Pembelajaran
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Konvensional
1
Hakikat Belajar
Konten pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata yang diperoleh sehari-hari pada lingkungannya.
Isi pembelajaran terdiri dari konsep dan teori yang abstrak tanpa pertimbangan manfaat bagi siswa
2
Model Pembelajaran
Siswa belajar melalui kegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, praktikum, saling bertukar pikiran, memberi dan menerima informasi.
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran bersifat individual dan komunikasi satu arah, kegiatan dominan mencatat, menghafal, menerima instruksi guru
3
Kegiatan Pembelajaran
Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran dan berusaha menggali dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Siswa ditempatkan sebagai objek pembelajaran yang lebih berperan sebagai penerima informasi yang pasif dan kaku.

4
Kebermaknaan Belajar
Mengutamakan kemampuan yang didasarkan pada pengalaman yang diperoleh siswa dari kehidupan nyata
Kemampuan yang didapat siswa berdasarkan pada latihan-latihan dan pengulangan yang terus menerus
5
Tindakan dan Perilaku Siswa
Menumbuhkan kesadaran diri pada anak didik karena menyadari perilaku itu merugikan dan tidak memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat.
Tindakan dan perilaku individu didasarkan oleh faktor luar dirinya, tidak melakukan sesuatu karena takut sangsi, kalaupun melakukan sekedar memperoleh nilai.
6
Tujuan Hasil Belajar
Pengetahuan yang dimiliki bersifat tentatif karena tujuan akhir belajar kepuasan diri.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pembelajaran bersifat final dan absolut karena bertujuan untuk nilai.


B.Media Pembelajaran
1.Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara( و سا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.16 Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran.
Ibrohim Nashir dalam Muqoddimati fi at-tarbiyah, pengertian media pembelajaran sebagai berikut:
الوسائل التربوية هو كل ما يستحدم من وسائل حسية بقية ادراك المعانى بدقة وسرعة
“ Media pembelajaran adalah setiap sesuatu yang disajikan dengan tujuan untuk memahami makna secara teliti dan tepat” 17

Media dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran baik secara klasikal maupun individual. Dalam pembelajaran klasikal, media menjadi bagian integral dari proses pembelajaran itu sendiri melalui penggunaan media siswa dapat terlibat langsung dengan materi yang sedang dipelajari.
Usaha membuat pengajaran lebih konkret dengan menggunakan media banyak dilakukan orang. Berbagai jenis media memiliki nilai kegunaan masing-masing. Pemahaman akan nilai yang dimiliki masing-masing jenis media ini penting, karena dalam proses pendidikan/proses belajar mengajar, guru harus memilih media yang tepat agar tujuan-tujuan yang diinginkan dapat terwujud dalam diri siswa. Selama proses belajar mengajar berlangsung akan selalu terjadi interaksi antara guru, siswa dan media pengajaran yang digunakan.18 Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi siswa dalam belajar karena media menyajikan banyak pengalaman yang menarik.
Adapun menurut Edgar Dale dalam bukunya Azhar Arsyad yang berjudul media pembelajaran, mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal yang paling konkret sampai kepada hal-hal yang paling abstrak. Klasifikasi pengalaman tersebut diikuti secara luas oleh kalangan pendidik dalam menentukan alat bantu apa seharusnya yang sesuai untuk pengalaman belajar tertentu. Klasifikasi pengalaman tersebut lebih dikenal dengan kerucut pengalaman (Cone of Experience). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.19














Gambar 2.1: Kerucut pengalaman


2.Manfaat Media Pembelajaran
Mengingat pentingnya media pembelajaran diperlukan untuk membantu dalam proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, maka guru sebaiknya menyiapkan media pembelajaran yang tepat saat akan melakukan proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa maksimal. Pemanfaatan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif peserta didik. Dengan kata lain media yang sesuai dengan kebutuhan akan dapat mengoptimalkan perolehan hasil belajar peserta didik.
Adapun menurut Kemp dan Dayton (1985) dalam bukunya Martinis Yamin yang berjudul kiat membelajarkan siswa, mengidentifikasi manfaat media dalam kegiatan pembelajaran yaitu: 20
a.Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam.
b.Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
Media dapat membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang mereka untuk bereaksi terhadap penjelasan guru, memungkinkan mereka menyentuh objek kajian pelajaran, membantu mengkonkretkan sesuatu yang abstrak.
c.Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
Media harus dirancang dengan benar, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.
d.Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
Seringkali para guru menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk menjelaskan suatu materi. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media dengan baik.



e.Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
Penggunaan media tidak hanya membuat proses belajar mengajar lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan utuh.
f.Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dimana saja mereka mau, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru.
g.Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
Dengan media, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa. Selain itu, media juga dapat mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h.Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan, mengurangi uraian verbal, dan peran guru tidak lagi menjadi sekedar “pengajar”, bila media digunakan dalam pembelajaran.
C.Progam Flash Mx
Macromedia flash merupakan progam grafis animasi web yang diproduksi oleh macromedia crop yaitu sebuah vendor software yang bergerak dibidang animasi web. Macromedia flash pertama kali diproduksi pada tahun 1996. Pada awal produksi macromedia flash merupakan software untuk membuat animasi sederhana berbasis GIF. Seiring dengan perkembangannya, macromedia flash mulai digunakan dalam pembuatan desain situs web.21
Keunggulan dari progam Macromedia flash dibanding progam lain yang sejenis, antara lain:
a.Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang lain.
b.Dapat membuat perubahan tranparansi warna dalam movie.
c.Membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.
d.Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan.
e.Dapat dikonversi dan dipublikasikan (publish) ke dalam beberapa tipe, diantaranya adalah.swf,.html,.gif,.jpg,.png,.exe,.mov. 22
D.Belajar
1.Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.23 Belajar juga merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yakni mengalami.24
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.25 Siswa perlu dibiasakan untuk memcahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kapada siswa. Siswa harus mengkostruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
2.Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.26 Belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perubahan tingkah laku dalam belajar sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan hasil belajar ditentukan berdasarkan kemampuan siswa.
Dalam hal ini penekanan hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang dalam disposisi atau kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguh-sungguh dilakukan dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu yang relatif lama. Suatu proses yang dilakukan dengan usaha dan disengaja untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.27
Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar.
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan- kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya.28
3.Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal
a.Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu
1)Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
2)Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah motivasi, minat, dan sikap.
Faktor fisiologis seperti kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, jika kondisi lemah akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Maka perlu ada usaha untuk menjaga kondisi fisik, karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Faktor psikologis seperti motivasi, minat, dan sikap juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Minat juga memberi pengaruh terhadap hasil belajar, karena jika siswa tidak mempunyai minat, maka tidak semangat belajar. Dalam proses belajar, sikap juga mempengaruhi hasil belajar karena sikap gejala internal yang bereaksi relatif tetap terhadap objek baik positif maupun negatif.
b.Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu
a)Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas.
b)Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
c)Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga, orang tua, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
1)Lingkungan non sosial
a)Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara disekitarnya.
b)Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam, pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar. Kedua, software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah.
c)Faktor materi pelajaran, guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa. 29
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan sosial seperti sosial sekolah, sosial masyarakat, dan juga keluarga dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar. Hubungan yang hormonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. begitupun juga lingkungan nonsosial seperti kondisi lingkungan yang tidak mendukung juga akan mempengaruhi proses belajar siswa.
E.Materi Pokok Ikatan Kimia
1.Peranan Elektron Pada Pembentukan Ikatan Kimia
Pada tahun 1916, beberapa gagasan tentang pembentukan ikatan kimia telah dikemukakan oleh dua orang kimiawan Amerika, Lewis dan Langmuir dan seorang kimiawan Jerman, Kossel. Menurut mereka, apabila gas mulia tidak bersenyawa dengan unsur lain, tentunya ada sesuatu keunikan dalam konfigurasi elektronnya yang mencegah persenyawaan dengan unsur lain. Apabila dugaan ini benar, atom yang bergabung dengan atom lain membentuk suatu senyawa mungkin mengalami perubahan didalam konfigurasi elektronnya yang mengakibatkan atom-atom itu lebih menyerupai gas mulia. Teori yang dikembangkan dari gagasan ini selanjutnya dikenal sebagai teori Lewis. Menurut teori Lewis suatu atom dalam mencapai kestabilan yaitu :
a.Elektron–elektron terutama yang berada pada kulit terluar memainkan peranan utama dalam pembentukan ikatan kimia.
b.Pembentukan ikatan kimia terjadi karena adanya perpindahan satu atau lebih elektron dari satu atom ke atom yang lain.
c.Pembentukan ikatan kimia dapat terjadi dari pemakaian bersama pasangan elektron di antara atom-atom.
d.Perpindahan bersama elektron berlangsung sedemikian rupa sehingga setiap atom yang terlibat mendapat suatu konfigurasi elektron.



2.Ikatan Ion
Ikatan kimia terjadi dengan cara pembentukan persekutuan pasangan elektron antara atom-atom yang bergabung.30 Ikatan ion terbentuk akibat kecenderungan atom-atom menerima atau melepas elektron agar memiliki konfigurasi elektron seperti gas mulia terdekat.
Contoh: Garam yang biasa kita gunakan untuk memasak termasuk ikatan ion.
Rumus kimia garam adalah NaCl. Ikatan yang terjadi antara 11Na dengan 17Cl.
Konfigurasi elektron masing-masing atom
11Na= 1s2 2s2 2p6 3s1
17Cl = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Atom natrium melepas 1 elektron kulit terluarnya, sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia. Atom klorin menerima satu elektron pada kulit terluarnya, sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia.
Na Na+ + e-
(1s2 2s2 2p6 3s1) (1s2 2s2 2s6)
Cl + e- Cl -
(1s2 2s2 2p6 3s2 3p5) (1s2 2s2 2p6 3s2 3p6)

Antara ion Na+ dan ion Cl- terjadi gaya tarik menarik elektrostatis, sehingga terbentuk senyawa ion dengan rumus kimia NaCl.
Sifat fisis suatu zat ditentukan oleh gaya antar partikel penyusun zat. Sifat fisis senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan sama ke segala arah. Dalam senyawa ion, suatu ion positif akan dikelilingi oleh sejumlah ion negatif, demikian pula sebaliknya. Senyawa ion dapat dikenali dari beberapa sifatnya sebagai berikut.
a.Berupa padatan pada suhu ruang
b.Bersifat keras tetapi rapuh
c.Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d.Larut dalam pelarut polar seperti air dan amonia tapi tidak larut dalam pelarut organik
e.Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik dalam fase cair atau jika larut dalam air.
3.Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen merupakan hasil persekutuan (sharing) sepasang elektron antara atom. Kekuatan ikatan merupakan hasil tarik menarik antara elektron yang bersekutu dan inti yang positif dari atom yang membentuk ikatan. Dalam keadaan ini elektron berfungsi sebagai perekat yang mengikat atom-atom itu menjadi satu. 31
Dua atom dapat membentuk ikatan dengan sepasang, dua pasang atau tiga pasang elektron bergantung pada jenis unsur yang berikatan. Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama (pasangan elektron ikatan), ikatan kovalen yang terbentuk antara dua atom unsur dapat berupa ikatan kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap (rangkap dua dan rangkap tiga).
a.Ikatan Kovalen Tunggal
Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen tunggal. Contohnya air yang kita minum. Molekul senyawa air (H2O) termasuk ikatan kovalen tunggal. Pembentukan molekul H2O dari atom-atom H dan O. Atom H memerlukan 1 elektron tambahan untuk mencapai kestabilan dan atom O memerlukan 2 elektron tambahan untuk mencapai kestabilan. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.


b.Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan ini melibatkan pemakaian bersama dua pasang elektron oleh dua atom yang berikatan.
Contoh :Orang bernafas menggunakan oksigen (O2), termasuk ikatan kovalen rangkap dua. Ikatan antar atom oksigen dalam molekul O2, agar diperoleh susunan elektron yang stabil, atom O yang mempunyai 6 elektron valensi membutuhkan 2 elektron. Jadi, kedua atom O saling meminjamkan 2 buah elektronnya, sehingga kedua atom O menggunakan dua pasang elektron bersama :




c.Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Ikatan ini melibatkan pemakaian bersama tiga pasang elektron oleh tiga atom yang berikatan.
Contoh : Ikatan antar atom nitrogen dalam molekul N2. Nitrogen dipakai sebagai bahan pembuatan pupuk, termasuk ikatan kovalen rangkap tiga.
Untuk mencapai konfigurasi elektron stabil, atom N2 dengan 5 elektron valensi memerlukan 3 buah elektron. Jadi, kedua atom N saling meminjamkan 3 buah elektronnya, sehingga menggunakan 3 pasang elektron bersama.


Ikatan Kovalen Rangkap Tiga.



d.Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi terjadi bila pada pembentukan ikatan terdapat pasangan elektron yang hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh : Ikatan antara NH3 dengan H+ membentuk ion NH4+
NH3 = punya PEB (pasangan elektron bebas)
Ion H+ = tidak punya elektron





Pasangan Elektron Bebas
e.Kepolaran Senyawa Kovalen
Pengukuran di laboratorium menunjukkan bahwa kebanyakan ikatan yang nyata tidak sepenuhnya ionik atau sepenuhnya kovalen tetapi memiliki campuran sifat ionik dan kovalen. Ikatan yang dicirikan oleh perpindahan muatan secara parsial disebut kovalen polar 32
Kedudukan pasangan elektron milik bersama itu tidak selalu simetris terhadap kedua atom yang berikatan. Pasangan elektron akan lebih dekat ke arah atom yang mempunyai keelektronegatifan lebih besar. Hal ini mengakibatkan polarisasi atau pengutuban ikatan. Contoh:


a) Non polar b) polar
Pada contoh a). Kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris terhadap kedua atom H. Dalam molekul H2 tersebut, muatan negatif (elektron) tersebar secara homogen. Ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen non polar. Pada contoh b). Pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl karena Cl mempunyai daya tarik elektron lebih besar dari pada H . Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi, dimana atom Cl lebih negatif daripada atom H disebut ikatan polar.
Kepolaran molekul dapat diketahui apabila molekul tersebut dapat dikenakan medan listrik. Misalnya sisir plastik yang diusap berkali-kali ke kain wol agar diperoleh medan listrik. Kemudian sisir diletakkan dekat aliran air (H2O), maka akan dibelokkan karena air termasuk kovalen polar. Apabila sisir tersebut diletakkan didekat aliran CCl4 tidak dibelokkan karena CCl4 termasuk kovalen nonpolar.
Senyawa kovalen mempunyai beberapa sifat fisis, antara lain:
a.Berupa gas, cairan atau padatan lunak pada suhu ruang
b.Bersifat lunak dan tidak rapuh
c.Mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah
d.Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
e.Umumnya tidak dapat menghantar listrik.
f.Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-elektron valensi antar atom-atom logam. Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik menarik antara ion-ion positif dan elektron-elektron bebas. Semakin besar jumlah muatan positif ion logam yang berarti semakin banyak elektron bebasnya, maka semakin besar kekuatan ikatan logam.
Dalam reaksi kimia dengan non logam, atom logam cenderung menyumbangkan elektron, dan membentuk kation. Keelektronegatifannya rendah, kebanyakan diantaranya kurang 2,0.33
Contoh dari ikatan logam adalah magnesium. Magnesium adalah logam di alam yang cenderung berada sebagai senyawanya. Atom magnesium memiliki 2 elektron valensi dan harus berikatan dengan 4 atom magnesium lainnya untuk dapat memiliki 8 elektron.
Sifat fisis senyawa logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat dan keberadaan elektron-elektron yang bebas. Beberapa sifat fisis logam yaitu:
a.Berupa padatan pada suhu ruang
b.Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa
c.Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d.Menghantarkan listrik dengan baik
e.Menghantarkan panas dengan baik
f.Mempunyai permukaan mengkilap

F.Pembelajaran Kontekstual dengan Media Flash Mx dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia.
Salah satu komponen dalam proses pembelajaran kimia adalah penerapan suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat memberikan nilai tambah pengetahuan atau informasi baru pada peserta didik, sedangkan pembelajaran yang efisien adalah pembelajaran yang dengan pemanfaatan daya yang tidak terlalu boros tetapi mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan menggunakan pembelajaran kimia yang kontekstual, diharapkan siswa sendiri yang harus aktif menemukan dan mentransfer atau membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya. Peran guru dalam mengajar lebih sebagai mediator dan fasilitator. Maka guru memilih media yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran dengan kelebihan dan kekurangannya. Komputer merupakan media yang memiliki hampir semua kelebihan media baik audio maupun visual dan memungkinkan siswa belajar secara interaktif terlebih sekarang ini komputer sudah berperan sebagai multimedia. Cukup banyak program yang bisa digunakan untuk pengembangan materi pelajaran di sekolah, salah satunya program Macromedia Flash Mx. Pengembangan materi pelajaran ikatan kimia dengan Makromedia Flash Mx cukup mudah sehingga dapat dikembangkan oleh guru khususnya mata pelajaran kimia.
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi juga hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa akan lebih baik.
Dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran kimia, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu untuk menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Dengan media, proses pembelajaran kimia di kelas menjadi lebih manarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai mata pelajaran kimia. Pelajaran kimia yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa. Media bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun secara emosional. Media juga dapat membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

G.Penelitian yang Relevan
Dalam mempersiapkan penelitian ini, penulis terlebih dahulu mempelajari beberapa buku hasil karya pakar pendidikan dan juga skripsi yang terkait dengan penelitian ini, untuk dijadikan landasan teori.
Penelitian Atik Nurul Faelasufah (NIM:3104207) Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan himpunan melalui pendekatan kontekstual peserta didik kelas VII C di MTs.
Setelah dilaksanakan tindakan melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan menciptakan suasana pembelajaran aktif maka suasana kelas menjadi hidup. Peserta didik menjadi aktif dan hasil belajar maksimal. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus II. Pada tahap pra siklus semangat belajar peserta didik mempunyai prosentase 57,14 % dan rata-rata tes akhir 58,86. Pada siklus 1 setelah dilaksanakan tindakan semangat belajar peserta didik meningkat menjadi 64,29% dan siklus II 74,29%. Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran kontekstual dengan sebelumnya.
Sedangkan buku-buku bacaan yang penulis gunakan sebagai bahan dan landasan teori dalam penelitian ini antara lain buku yang ditulis Elaine B Johnson yang berjudul ” CTL menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasikkan dan bermakna” yang berisi tentang sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa seorang pembelajar akan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pelajaran tersebut.
Buku karya Kunandar yang memaparkan tentang sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah pendekatan yang mendorong peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Komponen dan pelaksanaan pembelajaran kontekstual sesuai implementasi KTSP.
Dalam jurnal yang berjudul ”Peran Pembelajaran CTL dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Interaktif”. Oleh Endang Komara, bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang berpandangan bahwa hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, karena belajar bukanlah sekadar menghafal akan tetapi mengonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ‘’Pemberian’’ dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengontriksi yang dilakukan setiap individu.34

II.HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya melalui data yang terkumpul. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mengandung pernyataan-pernyataan ilmiah, tetapi masih memerlukan pengujian. Oleh karena itu, hipotesis dibuat berdasakan hasil penelitian masa lalu atau berdasarkan data-data yang telah ada sebelum penelitian dilakukan secara lebih lanjut yang tujuannya menguji kembali hipotesis tersebut. 35
Berdasarkan paparan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Penerapan pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi pokok ikatan kimia.

No comments:

Post a Comment