Pages

June 15, 2010

bab two

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


A.Deskripsi Teori
1.Mind Mapping (Pemetaan Pikiran)
a.Definisi Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)
Metode adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.1 Jika dikaitkan dengan proses belajar metode dapat dijelaskan suatu cara untuk menyampaikan materi demi tercapainya tujuan pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik.
Metode Mind Mapping pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Tony Buzan pada awal 1970-an. Para ahli mengemukakan definisi tentang mind mapping diantaranya sebagai berikut.
1)Menurut Tony Buzan dalam bukunya “Buku Pintar Mind Map”, mind mapping adalah suatu cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakkan pikiran-pikiran;2
2)Menurut Sutanto Windura dalam buku Memori dan Pembelajaran, Mind Mapping merupakan metode pencatatan yang didapat mengakomodir untuk keseluruhan dari suatu topik, kepentingan, serta hubungan relatif antar masing-masing komponen dan mekanisme penghubungannya;3
3)Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya.4
Mind Map sebenarnya adalah suatu sistem grafis yang melibatkan seluruh potensi otak kiri dan otak kanan5. Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.
b.Hubungan Pencatatan Informasi dan Ingatan
Belajar adalah kegiatan otak yang paling utama. Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan merupakan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit  dan  unik  di seluruh  bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir,  bergerak  dan  mengalami  hidup (rangsangan indrawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya.
Otak manusia tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi, tetapi harus mencari, memilah, memilih, merumuskan, merapikan, mengatur, menghubungkan, dan menjadikan campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah mempunyai arti bahwa kata-kata itu sudah dipahami. Pada saat yang sama kata-kata ini dirangkai dengan gambar, simbol, citra (kesan), bunyi, dan perasaan. Jadi, yang dimiliki adalah sekumpulan besar kata yang bercampur aduk tak terangkai di dalam otak, tetapi keluar satu per satu dan dirangkai dengan logika, diatur oleh tata bahasa, dan menghasilkan arti yang dapat dipahami.
Informasi yang diperoleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa tentu menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
Tujuan mencatat adalah mendapatkan point kunci dari buku-buku pelajaran yang ada. Catatan yang baik dan efektif dapat membantu untuk mengingat detail-detail tentanng poin-poin kunci, memahami konsep-konsep utama, dan melihat kaitannya.6 Teknik bagaimana seseorang membuat catatan tentu menjadi salah satu faktor seseorang memahami dan kemampuan menyimpan informasi lebih lama.
Bagi seorang pelajar, mencatat sering kali diartikan sebagai alat pembanding antara pelajar yang mendapat nilai tinggi dan pelajar yang mendapat nilai rendah saat ujian. Alasannya, karena mencatat dapat meningkatkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang dicatat. Selain itu, siswa yang membuat catatan, berarti pikirannya terfokus terhadap apa yang dicatat, dan pada umumnya seseorang akan lebih ingat dengan apa yang telah dicatat.
Mencatat adalah suatu kegiatan untuk mendokumentasikan informasi yang kita dengar atau pelajari agar lebih mudah diingat. Syaikh Az-Zamuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim, mengungkapkan:
و ا ذ ا ما حفظت شيئا ا عد ه # ثم ا كد ه غا ية التا كيد
ثم علقه كى تعو د اليه # و الى د ر سه على التا بيد

(Jika kamu telah memahami suatu pelajaran, maka ulangilah, kemudian kukuhkanlah dalam hati sekukuh-kukuhnya, setelah itu catatatlah, karena jika sewaktu-waktu lupa, kamu dapat mempelajarinya kembali.) 7

Dari ungkapan di atas, peserta didik sangat dianjurkan untuk mencatat pelajarannya, sebagai salah satu usaha untuk mengingat-ingat pelajaran. Tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan. Tujuan pencatatan adalah:8
1.membuat informasi tersebut tertulis dan permanen;
2.mengetahui ide utama dari bahan pelajaran tersebut;
3.membantu dalam mengingat informasi tersebut secara lebih baik;
4.membantu dalam memahami informasi tersebut secara lebih baik;
5.sewaktu-waktu dapat ditunjukkan pada orang lain.
Riset mengenai proses pengolahan informasi yang sangat komplek di dalam otak, mengakibatkan evaluasi ulang tentang bagaimana buku-buku pelajaran ditulis, bagaimana efektifnya pengajaran diberikan, dan bagaiman efektifnya catatan dibuat.
c.Mind Mapping sebagai Metode Pencatatan
Mencatat sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh kebanyakan siswa. Mencatat bukan hanya sekedar tradisi karena mencatat merupakan salah satu cara untuk dapat mengingat materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran. Namun saat catatan tersebut dibuka, yang terlihat adalah kumpulan kata-kata panjang yang isinya hampir sama panjangnya dengan buku pelajaran. Catatan seperti ini tentu tidak akan menarik perhatian atau bahkan cenderung membosankan. Sistem catatan ini hanya menggunakan kalimat, frasa daftar dan garis, serta angka. Sistem seperti ini hanya menggunakan prinsip-prinsip otak kiri yang terkait dengan kata, daftar, logika, mengatur, urutan, dan angka.
Telah dipaparkan pada pembahasan sebelumya, bahwa belajar efektif salah satunya adalah dengan menggunakan kedua belahan otak, yakni otak kiri dan otak kanan (Use both sides of your brain).9 Hal ini pun juga harus diterapkan pada bagaimana cara untuk membuat catatan yang efektif. Catatan yang efektif adalah catatan yang dapat menghemat waktu, dapat membantu menyimpan informasi dan mengingatnya kembali jika diperlukan.10 Disinilah peran mind mapping dalam membantu untuk membuat catatan yang baik dan efektif. Karena mind mapping bisa memanfaatkan kedua belahan otak Mind mapping (peta pikiran) merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.11
Teknik ini dikembangkan oleh Tony Buzan, yang didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak sendiri sebenarnya seringkali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk, dan perasaan. Dan peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola-pola dari ide yang saling berkaitan. Jika dibandingkan dengan metode catatan biasa (tradisional), peta pikiran jauh lebih mudah. Peta pikiran menjadi cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam dan ke luar otak, karena mind mapping bekerja sesuai dengan cara kerja alami otak yang melibatkan kedua sisi otak yakni menggunakan gambar, warna, dan imajinasi (wilayah otak kanan) bersamaan dengan kata, angka, dan logika (wilayah otak kiri).12
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi tiap harinya. Hal ini tentu sesuai dengan perbedaan emosi dan perasaan masing-masing siswa tiap harinya. Materi pelajaran yang dibuat mind mapping akan mempermudah otak untuk memproses informasi dan memasukkannya ke dalam memori jangka panjang.
d.Manfaat Mind Mapping
Mind Mapping sangat bermanfaat dalam proses belajar, diantaranya:
1.Menurut De Porter dan Hernacki, manfaat peta pikiran adalah:13
a.Mind mapping bersifat fleksibel, yakni memudahkan siswa dalam mengingat kembali suatu subyek pelajaran.
b.Memusatkan perhatian siswa
c.Meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
d.Menyenangkan dan tidak membosankan, karena mind mapping menggunakan perpaduan antara tulisan, gambar, dan warna yang sekaligus dapat memaksimalkan fungsi otak kanan dan kiri yang merupakan kunci dari belajar efektif.
2.Peta pikiran dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam memahami suatu konsep dan mengembangkan suatu ide, karena peta pikiran dapat menghubungkan antara satu ide dengan ide lainnya dengan memahami konteksnya. Sehingga dapat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi
3.Dalam bukunya yang berjudul Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas, Tony Buzan menyatakan bahwa Mind Map memberikan kemudahan dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran yang melibatkan cara kerja alami otak sejak awal. Ini berarti bahwa upaya untuk mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari akan lebih mudah, serta lebih dapat diandalkan daripada menggunakan cara pencatatan tradisional.14 Sedangkan dalam bukunya The Ultimate book of The Mind Maps menyatakan dengan menggunakan peta pikiran dapat menjadikan manusia lebih kreatif, menghemat waktu, memecahkan masalah, membantu berkonsentrasi, mengatur dan menjernihkan pikiran, mengingat lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, belajar lebih mudah, dapat melatih dan melihat gambaran keseluruhan pikiran secara terperinci, berkomunikasi, dan lain-lain.15
4.R. Teti Rostikawati dalam sebuah artikel on line berjudul “Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning: Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa”, menyatakan penggunaan catatan mind mapping yaitu membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.16




e.Cara Membuat Mind Mapping
Beberapa hal penting dalam membuat peta pikiran ada dibawah ini, yaitu:17
1)pastikan tema utama terletak ditengah-tengah;
2)dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama;
3)cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau simbol;
4)gunakan garis, warna, panah atau cabang dan bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan hubungan diantara tema-tema turunan tersebut;
5)gunakan huruf besar;
6)buat peta pikiran di kertas polos. Ide dari Peta Pikiran adalah agar siswa berpikir kreatif. Karenanya digunakan kertas polos;
7)sisakan ruangan untuk penambahan tema.
Contoh mind mapping dapat dilihat pada lampiran 55.
f.Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Mind map (peta pikiran) adalah suatu metode yang sangat efektif untuk mencatat.18 Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisional (catatan biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (mind mapping).19







Tabel 2.1. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Catatan Biasa
Peta Pikiran (Mind Mapping)
1.Hanya berupa tulisan-tulisan saja
2.Hanya dalam satu warna
3.Untuk mereview ulang Memerlukan waktu yang lama
4.waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
5.Statis
1.Berupa tulisan, simbol dan gambar
2.Berwarna-warni
3.Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
4.Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
5.Membuat individu menjadi lebih kreatif.

g.Perbedaan Mind Mapping dengan Peta Konsep
Pengertian peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan pada konsep-konsep lainnya pada kategori yang sama.20 Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk kata-kata.21 Jadi siswa-siswa mengatur sejumlah konsep atau kunci-kunci dalam satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis sepanjang kata-kata itu ditulis.
Tabel 2.2. Perbedaan Mind Mapping dengan Peta Konsep
Mind Mapping
(Pemetaan Pikiran)
Concept Mapping
(Peta Konsep)
1.Dapat mengaktifkan belahan otak kiri dan otak kanan
2.Kata-kata kunci dipadukan dengan gambar dan warna sehingga tampak menarik
3.Dimulai dari bagian tengah (kertas kosong) dan menyebar ke segala arah
4.Menggunakan garis lengkung untuk menghubungkan antar konsep.
1.Hanya mengaktifkan otak kiri saja
2.Kata kunci didominasi dengan kata-kata dan garis-garis yang menghubungkan antar konsep
3.Dimulai dari bagian atas ke bagian bawah

4.Menggunakan garis lurus untuk menghubungkan antar konsep.


2.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
a.Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien. Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model pembelajaran jika: (1) ada kajian ilmiahnya dari penemu atau ahlinya, (2) ada tujuannya, (3) ada tingkah laku yang spesifik, (4) ada kondisi spesifik yang diperlukan agar tindakan/ kegiatan pembelajaran tersebut dapat berlangsung secara efektif.22
Pemilihan model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada peserta didik dan mampu menciptakan komunikasi dua arah, sehingga suasana kelas menjadi lebih aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran juga mempunyai fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
b.Pembelajaran Kooperatif
1)Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dalam budaya Indonesia bisa juga disebut sistem pengajaran gotong royong. Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, saling membantu, dan berlatih berinteraksi komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah suatu miniatur dalam hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Slavin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah berbagai metode pembelajaran yang memungkin para siswa bekerja didalam kelompok kecil, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi tententu. Dalam pembelajaran, para siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi, berdebat, atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain. Slavin juga menambahkan, bahwa pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial dalam kelas, yang merupakan manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan.23
2)Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif ini berbeda dengan kelompok belajar biasa, bukan hanya sekedar kumpulan individu melainkan merupakan satu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan emosi tersendiri. Beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a)Pembelajaran Tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu, semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai keberhasilan tim.
b)Manajemen Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat manajemen yang sangat berperan sebagai pedoman dalam bekerja sama. Empat fungsi pokok dari manajemen kooperatif ini yaitu: fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol.


c)Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan kooperatif merupakan keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok. Setiap anggota kelompok tidak hanya melaksanakan tugas masing-masing tetapi perlu adanya kerjasama sesama anggota kelompok. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 yang mengajarkan bahwa manusia harus bekerja sama,24
…وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ…
…” dan tolong menolonglah kamu atas kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong atas kejelekan dan dosa”…25
d)Ketrampilan Bekerja Sama
Ketrampilan bekerjasama merupakan keanekaragaman kegiatan yang dilaksanakan dalam sebuah kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Setiap anggota kelompok diharapkan dapat mewujudkan komunikasi dan interaksi dengan anggota lain dalam menyampaikan ide, dan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
3)Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam kutipan buku Anita Lie mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, sebagai berikut.26

a)Ketergantungan positif;
b)Tanggung jawab perseorangan;
c)Interaksi tatap muka;
d)Partisipasi dan komunikasi antar anggota;
e)Evaluasi proses kelompok.
Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu:27
a)siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajaran;
b)kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta dari latar belakang yang berbeda;
c)penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
4)Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial.28
a)Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b)Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
c)Pengembangan ketrampilan sosial
Pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan kepada siswa ketrampilan ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi. Ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, karena bermasyarakat sebagian besar dilakukan di dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan masyarakat secara budaya semakin beragam.
3.Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dan merupakan komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif (kelompok). Langkah-langkah dalam pembelajarannya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.29 Satu fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC adalah sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya memenuhi tujuan tujuan dalam bidang-bidang lain.30
Tujuan CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa dalam mempelajari dan melatih kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.31 Pentingnya belajar secara kooperatif (belajar bekerja sama) dikemukakan pula oleh Syekh Al-Zarnuji, dalam Kitab Ta’limul Muta’allim:
ذا كرالناس بالعلوم لتحي لا تكن من اولى النهى ببعيد32
(Diskusikanlah ilmu dengan orang lain agar ilmu tetap hidup dan janganlah kau jauhi orang-orang yang berakal pandai)

Menurut Anita Lie, model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan.33

4.Hasil Belajar
a.Definisi Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar dapat terjadi kapanpun dan di manapun manusia berada, baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Belajar berlangsung seumur hidup tanpa batas.
Menurut Hilgard dan Bower mengemukakan definisi belajar sebagai berikut:
“Learning refers to the change in a subject's behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject's repeated experiences in that situation,provided that the behavior change cannot be explained on the basis of the subject's native response, tendencies, maturation,or temporari states.”34


(Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengamalannya berulang-ulang dalam situasi itu,dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan pada dasar kecenderungan respon bawaan ,kematangan atau keadaan sesaat seseorang)

Dalam kitab Mudkhola ilal Manahij wa Turuqut Tadris
التعلم هوتغيرفى ألآداء ينجم عن علمليه تدريب35
(Belajar adalah merubah dengan mengadakan beberapa pelatihan.)

Belajar menurut Gesalt adalah fenomena kognitif.36 Kelas yang berorientasi Gesalt akan dicirikan oleh hubungan memberi dan menerima antara murid dengan guru. Guru akan membantu siswa memandang hubungan dan mengorganisasikan pengalaman mereka ke dalam pola yang bermakna. Semua aspek pelajaran dibagi menjadi unit-unit yang bermakna, dan unit-unit itu harus berkaitan dengan seluruh konsep atau pengalaman, sehingga hal-hal yang dipelajari bukan hanya diingat tetapi juga dengan mudahnya diaplikasikan ke dalam situasi yang baru dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha atau proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman atau interaksi dengan lingkungannya. Jadi ciri khas suatu suatu proses belajar adalah jika individu tersebut mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu sebagai indikasi telah terjadinya proses belajar. Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.37
b.Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan objek evaluasi dari proses belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari dari proses mengajar guru dan belajar siswa. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar seorang siswa, maka perlu adanya informasi yang berhubungan dengan indikator-indikator adanya perubahan perilaku dan sikap siswa. Hal ini dapat diketahui melalui hasil belajar siswa. Perubahan tingkah laku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat digolongkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
H. Abin Syamsuddin, dalam buku psikologi kependidikan mendefinisikan prestasi atau hasil belajar siswa adalah:
1)daya atau kemampuan seseorang untuk berfikir dan berlatih ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu dan kegiatan pembelajaran di sekolah;
2)prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya (transferable) karena yang bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi;
3)prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan – ulangan atau ujian yang ditempuhnya.38
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar harus mencakup tiga aspek antara lain: 1). ranah kognitif; 2). ranah afektif (sikap dan nilai); dan 3). ranah psikomotorik.39 Dalam ranah kognitif, ditinjau dari segi pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis, dan sintesis. Ranah afektif ditinjau dari segi penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasi, dan karakterisasi. Dan ranah psikomotorik ditinjau dari segi ketrampilan tindakan dan sikap. Adapun hasil belajar ranah kognitif adalah hasil belajar yang mencakup kegiatan otak.
Ranah kognitif membahas tujuan pembelajaran berkenan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang secara hierarkis berturut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut.40
1)Tingkat pengetahuan (knowledge)
Yakni kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Jadi pada ranah ini, peserta didik diharapkan mampu mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai. Kata kerja operasionalnya adalah: menyebutkan, menunjukkan, mendefinisikan, mengenal, dan mengenal kembali. Contoh: siswa dapat menyebutkan kembali definisi tentang kelarutan.
2)Tingkat pemahaman (comprehension)
Yakni kemampuan dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Tidak hafal secara verbalistis, tetapi juga memahami konsep yang ada. Kata kerja operasionalnya adalah: membedakan, mengubah, mengatur, menyajikan, menentukan, dan menjelaskan. Contoh: siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri tentang pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan.
3)Tingkat penerapan (Application)
Yakni kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya.. Kata kerja operasionalnya adalah: menggunakan, menerapkan, menghubungkan, memilih, menyusun, dan mengklasifikasikan. Contoh: siswa dapat menghubungkan kelarutan suatu zat dengan pH zatnya.
4)Tingkat Analasis (Analysis)
Yakni menguraikan, memilah-milah sesuai dengan bagian-bagian sistematikanya. Kata kerja operasionalnya adalah membedakan, menemukan, menganalisis, dan membandingkan. Contoh: siswa dapat menganalisis mengapa petani garam bias memanen garam dari laut.
5)Tingkat Sintesis (Synthesis)
Yakni kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasionalnya adalah: menghubungkan, menyimpulkan, menggabungkan, dan menghasilkan. Contoh: siswa dapat menyimpulkan pengaruh pH dari suatu bgambaran materi.
6)Tingkat evaluasi (Evaluation)
Yakni kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya. Kata kerja operasionalnya adalah: menilai, membandingkan, menentukan, melakukan, memutuskan, dan menaksir. Contoh: siswa dapat membandingkan harga Ksp dengan pH larutan yang berbeda.
c.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinu. Dari proses tersebut akan di peroleh sesuatu hasil yang disebut hasil belajar. Berhasil atau tidaknya seseorang belajar disebabkan beberapa faktor, yakni faktor dari dalam diri siswa (internal), dan faktor yang datang dari luar diri siswa (eksternal). Pengenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting artinya dalam rangka mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:41
1)Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani siswa
2)Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
3)Faktor pendekatan dalam belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
d.Proses belajar dan Pemrosesan Informasi pada Otak
Dalam proses belajar, siswa tentu mendapatkan pertambahan materi, berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta atapun kejadian-kejadian.Informasi akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi inilah yang melibatkan kerja sistem otak, yang akan diolah menjadi suatu ingatan. Jadi, otak tidak hanya menerima informasi, tetapi jiga mengolahnya.42 Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak, dan melalui hidup (rangsang inderawi).
Berdasarkan tahapan evolusi, otak pada makhluk hidup terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :43
1)Batang atau otak reptilia, yang merupakan komponen otak reptile, berperan terkait dengan insting,pertahanan hidup, bernapas dan mencarui makan. Manusia memiliki unsur-unsur yang sama dengan otak reptilia dan merupakan komponen kecerdasan dari manusia.


2)Sistem limbik atau disebut juga otak emosional yang berperan mengendalikan emosi. Sistem limbik inilah yang memberikan kontibusi yang mendasar terhadap proses belajar, yakni melakukan peran vital dalam meneruskan informasi yang diterima kedalam memori.
3)Neocortex atau cerebral cortex terbagi menjadi dua belahan yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak ini memiliki kemampuan tersendiri. Otak kiri berkenan dengan angka,kata-kata,matematika,dan urutan atau disebut sebagai otak yang terkait dengan pembelajaran. Sedang otak kanan terkait dengan musik, gambar dan imajinasi atau yang disebut dengan otak yang berkaitan dengan aktifitas kreatif. Namun, meskipun tiap bagian otak ini memiliki kemampuan yang berbeda, dua belahan otak tidak berfungsi secara sendiri-sendiri. Antara otak kiri dan otak kanan bekerja saling terkait satu sama lain.
Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan  unik  di seluruh  bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir,  bergerak  dan  mengalami  hidup (rangsangan indrawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya.
Informasi yang diperoleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang, salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan. Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran.
Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Peta pikiran membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak.44
5.Materi Kimia Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan salah satu materi pokok yang harus dipelajari oleh siswa SMA/ MA kelas XI IPA semester II. Materi ini terdiri dari:
a.Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
1)Kelarutan (s)
Kelarutan (solubility) suatu senyawa didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram maupun dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu pada suhu tertentu.45 Satuan kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram L-1 atau mol L-1.
2)Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Tetapan hasil kali kelarutan adalah suatu tetapan kesetimbangan yang menggambarkan kesetimbangan antara senyawa ion yang sedikit larut dengan ion-ionnya dalam larutan berair.46
3)Hubungan Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Kelarutan AmBn dimisalkan s mol/L. Ini berarti dalam larutan jenuh, AmBn terlarut sebanyak s mol/L menjadi ion A dan ion B sehingga konsentrasi ion A= s mol/L dan konsentrasi ion B = s mol/L. Persamaan tetapan kesetimbangan atau persamaan tetapan hasil kali kelarutan dari AmBn adalah sebagai berikut.
AmBn(s) mAn+(aq) + nBm-(aq)
s mol L-1 m s mol L-1 n s mol L-1
Sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah:

= (m s)m (n s)n
= mm x nn(s)m+n
Dari rumus tersebut, harga kelarutannya sebagai berikut.
Ksp AmBn = mm x nns(m+n) atau
Besarnya harga Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu tetap. Bila terjadi perubahan suhu maka harga Ksp zat tersebut akan mengalami perubahan.
b.Pengaruh Ion Sejenis
Keberadaan ion yang sama, yang terlarut dapat menurunkan kelarutan garam dalam larutan. Misalnya, ke dalam larutan jenuh Ag2CrO4 ditambahkan sedikit ion CrO42-, yaitu ion senama, dari sumber lain misalnya K2CrO4(aq). Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang, menanggapi peningkatan salah satu pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan kearah asal pereaksi tersebut.47 Kesetimbangan awalnya adalah sebagai berikut.
Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Jika ditambahkan CrO42-, maka reaksinya akan mengarah:
(ke kiri)
Yaitu mengarah pada kesetimbangan baru, dengan ciri:
Tambahnya endapan [Ag+] semakin [CrO42-] lebih besar Ag2CrO4(s) berkurang dibanding kesetimbangan awal
Jadi, bila dalam sistem kesetimbangan kelarutan ditambahkan ion yang senama akan mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang.
c.Kelarutan dan pH
Beberapa zat padat hanya sedikit larut dalam air, tetapi sangat larut dalam larutan asam. Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat.
1)Kelarutan Hidroksida
Salah satu pengaruh pH terhadap kelarutan berlangsung dengan logam hidroksida. Sebagai contoh pada reaksi penguraian Zn(OH)2(s):
Zn(OH)2(s) Zn2+(aq) + 2 OH-(aq)
Hasil kali kelaratannya adalah:
Ksp= [Zn2+][OH-]2
Jika larutan di buat lebih asam, konsentrasi ion hidroksida berkurang, yang menyebabkan kenaikan konsentrasi ion Zn2+(aq). Jadi, seng hidroksida lebih larut dalam larutan asam dari pada dalam air murni.
2)Kelarutan Garam Basa
Kelarutan garam dimana anionnya adalah basa lemah atau basa kuat yang berbeda juga dipengaruhioleh pH. Contohnys larutan fuorida yang sedikit larut, seperti kalsium fluorida. Kesetimbangan larutannya adalah:
CaF2(s) Ca2+(aq) + 2F-
Jika larutan dibuat lebih asam, beberapa ion fluoride bereaksi dengan ion hidronium, menjadi:
H3O+(aq) + F-(aq) HF(aq) + H2O(aq)
Jika asam ditambahkan, konsentrasi ion fluoride berkurang, sehingga konsentrasi ion kalsium naik untuk mempertahankan kesetimbangan CaF2.48
d.Reaksi Pengendapan
Dalam sebuah larutan yang dicampurkan dengan suatu garam yang dapat larut, seperti AgNO3, dengan larutan kedua seperti NaCl. Maka, dari pencampuran ini, apakah terbentuk endapan perak klorida?
Secara lebih rinci, proses terjadinya endapan AgCl ketika larutan yang mengandung ion Cl- ditetesi dengan larutan Ag+, jika antara ion Ag+ dan ion Cl- dapat berada bersama-sama dalam larutan hingga larutan jenuh, yaitu sampai hasil kali [Ag+][Cl-] sama dengan nilai Ksp AgCl. Apabila penambahan ion Ag+ dilanjutkan hingga hasil kali [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl, maka kelebihan ion Ag+ dan ion Cl- akan bergabung membentuk endapan AgCl. Jadi, pada penambahan larutan Ag+ ke dalam larutan Cl- dapat terjadi tiga hal, yaitu:
Jika [Ag+][Cl-] < Ksp, larutan belum jenuh Jika [Ag+][Cl-] = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh Jika [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl, terjadi pengendapan

B.Penelitian yang Relevan
Tony Buzan dalam bukunya yang berjudul Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas, menyatakan bahwa Mind Map merupakan alat paling hebat yang dapat membantu otak berpikir secara teratur. Mind Map juga merupakan peta perjalanan yang hebat bagi ingatan. Karena memberikan kemudahan dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran yang melibatkan cara kerja alami otak sejak awal. Ini berarti bahwa upaya untuk mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari akan lebih mudah, serta lebih dapat diandalkan daripada menggunakan cara pencatatan tradisional.
Dalam sebuah artikel online yang berjudul “Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa” oleh R. Teti Rostikawati, Mind Map didefinisikan sebagai cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut, mengembangkan cara pikir divergen, dan berpikir kreatif. Mind Map juga dapat didefinisikan sebagai alat berpikir organisasional yang sangat hebat. Mind Map merupakan cara termudah menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan.
Dalam skripsi Arif Purnawan (4301401035) FMIPA Jurusan Kimia yang berjudul “Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Kimia Siswa SMA kelas X dengan Metode Pemetaan Pikiran (Mind-Mapping) Menggunakan CD Pembelajaran Interaktif pada Materi Pokok Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2004/2005” menyimpulkan bahwa metode mind mapping menggunakan CD pembelajaran sangat efektif dalam pembelajaran kimia.
Slavin (1986) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972 sampai 1986 yang menyelidiki tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Hingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.49
Dari kajian penelitian yang telah diteliti tersebut, penelitian ini memadukan antara metode mind mapping dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, dengan judul “Pengaruh Metode Mind Mapping (Pemetaan Pikiran) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) terhadap Hasil Belajar Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI Semester II MAN”

C.Metode Mind Mapping dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC) dalam Pembelajaran Kimia Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
Metode pembelajaran sangat berperan dalam hal perolehan konsep dan ketrampilan siswa dalam memahami pelajaran, terutama dalam hal ini adalah pelajaran ilmu kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan, dimana banyak terdapat perhitungan-perhitungan yang memerlukan pemahaman konsep yng mendalam. Siswa tentu akan merasa bosan jika pembelajarannya bersifat monoton, sehingga siswa tidak termotivasi untuk aktif mencari informasi sendiri. Oleh karena itu di perlukan suatu metode penyampaian materi yang memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia. Salah satu pembelajaran yang dirasakan cocok untuk mempelajari kimia adalah dengan memadukan model pembelajaran dengan metode Mind Mapping dan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC ).
Telah dipaparkan di pembahasan sebelumnya, bahwa metode mind mapping adalah suatu metode pembelajaran yang ditujukan untuk membantu siswa dalam mempelajari sebuah konsep kimia agar mudah dipahami dengan cara meringkas secara sistematis. Mind Mapping sangat berguna untuk kegiatan mencatat, meringkas dan mengkaji ulang pelajaran.50 Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan tim-tim Kooperatif untuk membantu para siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.51 Kegiatan ini meliputi presentasi dari guru, latihan tim, latihan independen, pra penilaian teman, latihan tambahan, dan tes.52
Dengan metode Mind Map siswa mengingat dengan lebih baik, menghemat waktu, belajar lebih mudah dan lebih cepat serta efisien. Karena siswa hanya tinggal melihat gambar ataupun simbol dalam Mind Map yang sudah mengatakan dan menjelaskan banyak hal serta mewakili beberapa kalimat. Misalnya ketika akan membuat Mind Map tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan, disebutkan tentang pengaruh adanya ion senama terhadap kelarutan. Sebagai gambaran umum terhadap materi, siswa diberikan gambaran tentang panen garam oleh petani garam. Sehingga, dalam benak siswa ketika mempelajari tentang pengaruh adanya ion senama, adalah konsep petani garam dalam memanen garamnya. Dan hal ini, selanjutnya dituangkan dalam mind mapping.
Memadukan antara metode mind mapping dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC tentu menjadi sangat cocok. Selain peserta didik dapat meringkas catatan dan kemudahan mengingat, peserta didik dapat secara leluasa mendiskusikan materi yang belum dipahami pada temannya.
Proses pembelajaran kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan metode Mind Mapping dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC) sebagai berikut.
1)Guru menjelaskan gambaran materi kepada para peserta didiknya dengan menggunakan mind mapping;
2)Guru memberikan latihan soal termasuk juga langkah-langkah dalam menyelesaikannya;
3)Guru siap melatih peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar dalam menyelesaikan soal;
4)Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen beranggotakan 4 orang siswa;
5)Guru melatih peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar dalam menyelesaikan soal melalui pembelajaran kimia dengan menggunakan metode mind mapping dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC;
6)Guru mempersiapkan lembar diskusi soal dan membagikannya pada peserta didik dalam tiap-tiap kelompoknya;
7)Guru memberitahukan agar setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan sebagai berikut.
a)Salah satu anggota kelompok membaca dan anggota yang lainnya memperhatikan sambil mencermati lembar diskusi;
b)Membuat prediksi tentang maksud soal dan menuliskan apa yang diketahui dan mencoba membuat rancangan penyelesaian soal;
c)Saling membantu membuat ikhtisar penyelesaian soal;
d)Menuliskan penyelesaian soal secara sistematis dengan membuat mind mapping;
e)Saling merevisi dan mengkoreksi hasil penyelesaian soal.
8)Menyerahkan hasil tugas pada guru;
9)Guru berkeiling mengawasi kerja kelompok;
10)Salah satu anggota kelompok melaporkan hambatan dan segala kesulitan yang dialami anggota kelompok kepada guru. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional;
11)Guru meminta kepada salah satu anggota kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di depan kelas;
12)Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.


D.Rumusan Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis pada penelitian ini adalah : “Ada pengaruh penerapan metode Mind Mapping dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan di MAN.”

No comments:

Post a Comment