Pages

October 06, 2009

ANALISIS KADAR FORMALIN PADA TAHU

ANALISIS KADAR FORMALIN PADA TAHU

Disusun oleh :
Arif Fadholi (3105328)
Najiullah (3105293)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2008


ANALISIS KADAR FORMALIN PADA TAHU

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil pemantauan BB-POM di Surabaya, dari 91 contoh pangan olahan yang dijual di pasaran, sebanyak 24 di antaranya positif mengandung formalin. Selain mi basah, makanan lain yang mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin, dan ikan segar. Laporan Badan POM tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 29 sampel mi basah yang dijual di pasar dan supermarket Jawa Barat, ditemukan 2 sampel (6,9 persen) mengandung boraks, 1 sampel (3,45 persen) mengandung formalin, sedangkan 22 sampel (75,8 persen) mengandung formalin dan boraks. Hanya empat sampel yang dinyatakan aman dari formalin dan borak. Menurut beberapa produsen, penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Sementara itu, penggunaan formalin akan menghasilkan mi yang lebih awet, yaitu dapat disimpan hingga 4 hari.

II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FORMALIN
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam HYPERLINK http://www.myraffaell.com/blog/?tag=formalin" formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain :
• Formol
• Morbicid
• Methanal
• Formic aldehyde
• Methyl oxide
• Oxymethylene
• Methylene aldehyde
• Oxomethane
• Formoform
• Formalith
• Karsan
• Methylene glycol
• Paraforin
• Polyoxymethylene glycols
• Superlysoform
• Tetraoxymethylene
• Trioxane

B. PENGGUNAAN FORMALIN
1. Fromalin Digunakan Untuk :
• Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
• Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
• Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak.
• Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
• Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
• Bahan untuk pembuatan produk parfum.
• Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
• Pencegah korosi untuk sumur minyak.
• Bahan untuk insulasi busa.
• Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
• Cairan pembalsam ( pengawet mayat ).
• Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.
2. Penggunaan Formalin Yang Salah
Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung formalin.
Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Formalin dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

C. ANALISIS KADAR FORMALIN PADA TAHU

1. Uji Foramlin Sederhana
Ada beberapa metode yang dilakukan untuk pengujian kadar formalin yang terdapat di dalam produk namun sayangnya kebanyakan metode yang dilakukan hanya bisa dilakukan di laboratorium dan tidak bisa dilakukan oleh masyarakat awam.
Pada makalah kali ini akan dibahas metode yang bisa dilakukan oeh masyarakat dengan mudah yaitu,
a. Persiapkan bahan yang akan diuji (sample) sebanyak 5 gram, alat dan bahan yang akan digunakan. Alat yang diperlukan yaitu sebuah kompor, panci, sendok, gelas tahan panas, sedangkan bahan yang digunakan untuk menguji sample adalah asam kromatofat sebanyak 5 ml, aquades sebanyak 50 ml.
b. Nyalakan kompor, lalu pasang panci dan rebus aquades hingga mendidih. Masukan sampel yang akan diuji kedalam gelas, lalu rendam kedalam aquades yang sudah mendidih. Masukan asam kromatofat kedalam gelas lalu aduk campuran dengan sendok. Sample yang mengandung formalin akan ditunjukan dengan berubahnya warna air dari bening menjadi merah muda hingga ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin semakin tinggi.
c. Jika cara diatas belum menghasilkan uji yang positif, pasang kembali panci di atas kompor, rebus aquades yang baru masukan gelas yang berisi campuran sampel kedalam panci. Waktu perebusan selama 20 menit.
2. Cara lain yang dapat digunakan untuk menguji formalin
Sample diambil sebanyak 3 gram lalu ditambahkan 0.02 gram Chromotropic acid disodium salt dehydrate (C10H6Na2O8S2.2H2O) dan ditambahkan juga 3 ml H2SO4 pekat, kocok, kalau ungu positif formalinnya, kalau kuning negatif.
3. Tahu yang mengandung formalin dapat ditandai dengan :
• Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang semakin menyengat; sedangkan tahu tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas.
• Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu tak berformalin jika ditekan akan hancur.
• Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari.
• Tahu yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu memakai pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan penampakan mengilap.
Sedangkan jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita potong tahunya, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya tidak homogen atau seragam. Bahkan, ada sebagian masih berwarna putih.


D. CARA MENGURANGI KADAR FORMALIN PADA TAHU

Ada cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar formalin yaitu dengan cara merendam sampel dalam air selama 60 menit yang mampu menurunkan kadar formalin sampai 61,25 persen, dengan air leri mencapai 66,03 persen, sedang pada air garam hingga 89,53 persen. Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik sebelum dikonsumsi, kadar
formalin akan hilang.
Adapun untuk tahu sedikitnya ada beberapa tahap penanganan untuk
mengurangi kadar formalin, direndam dalam air biasa, dalam air
panas, direbus dalam air mendidih, dikukus kemudian direbus dalam
air mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan.

III. KESIMPULAN

Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung formalin.
Diharapkan dengan adanya uji sederhana untuk mendeteksi adanya kandungan formalin pada tahu, masyrakat bisa lebih tahu dan bisa lebih waspada dalam memilih makanan unutk dikonsumsi.

IV. PENUTUP

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami dapat belajar dari kekrangan kami.

V. DAFTAR PUSTAKA

http://radmarssy.wordpress.com/2007/02/06/bahaya-kandungan-formalin-pada-makanan/

http://luthfi.web.id/2006/06/03/uji-formalin-sederhana/


http://villany.blogsome.com/2006/01/25/formalin/


http://www.myraffaell.com/blog/?p=196

http://nasmococommunity.freeforums.org/mengurangi-kadar-formalin-pada-makanan-t60.html

No comments:

Post a Comment