Pages

October 06, 2009

JURNAL ANALISIS KUALITATIF ADANYA FORMALDEHID PADA IKAN ASIN

ANALISIS KUALITATIF ADANYA FORMALDEHID
PADA IKAN ASIN

Suwahono, S.Pd ; Muhammad Taufik ; Nurul Faizah.
Jurusan Tadris kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

ABSTRAK
Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan lainnya .
Pada penelitian kali ini peneliti mencurigai adanya zat formaldehid pada produk ikan asin melihat banyak keganjalan ketika melihat tekstur, warna dan keawetannya. Oleh sebab itu peneliti melakukan identifikasi sederhana dengan uji kualitatif terhadap beberapa sample ikan asin yang beredar di pasar tradisional area Kendal dan Semarang.
Pada pengujiannya peneliti menggunakan reagen dari larutan FeCl3 0,5% dan H2SO4 pekaat, dimana apabila larutan ini direaksikan dengan sample yang dicurigai mengandung formaldehid akan memberikan reaksi positif dengan adanya cincin ungu. Pengujian dilakukan pada 2 sample yaitu ikan asin dari pasar Kendal dan ikan asin dari pasar Jrakah. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa 1 dari 2 sampel yang di ujikan menunjukkan raksi positif yang mana sample terbentuk cincin ungu. Secara kualitatif hasil tersebut menunjukkan adanya zat formaldehid.
Kata kunci : formalin, ikan asin.


PENDAHULUAN
Formaldehid
Senyawa kimia Formaldehid (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehid awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehid bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehid dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Meskipun dalam udara bebas Formaldehid berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, Formaldehid mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan Formaldehid dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.
Formaldehid menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehid merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, Formaldehid bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.
Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda beda antara lain :
• Formol
• Morbicid
• Methanal
• Formic aldehyde
• Methyl oxide
• Oxymethylene
• Methylene aldehyde
• Oxomethane
• Formoform
• Formalith
• Karsan
• Methylene glycol
• Paraforin
• Polyoxymethylene glycols
• Superlysoform
• Tetraoxymethylene
• Trioxane
Fungsi Formalin
Pada dasarnya formalin digunakan sebagai :
• Pengawet mayat
• Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.
• Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
• Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.
• Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
• Bahan untuk pembuatan produk parfum.
• Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
• Pencegah korosi untuk sumur minyak
• Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.
Penyalahgunaan Formaldehid dan Peraturannya.
Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, tahu, mie basah dan ikan asin yang beredar di pasaran. Adapun Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Formalin dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan.
Dampak Penggunaan Formaldehid Terhadap Kesehatan

Karakteristik risiko yang membahayakan bagi kesehatan manusia yang berhubungan dengan formaldehid, adalah berdasarkan konsentrasi dari substansi formaldehid yang terdapat di udara dan juga dalam produk-produk pangan (WHO, 2002)

Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel, yang pada akhirnya menyebabkan keracunan pada tubuh.
Memang orang yang mengkonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan bahkan permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja belum merasakan akibatnya. Tapi efek dari bahan pangan (makanan) berformalin baru bisa terasa beberapa tahun kemudian.

Dampak lain dari kandungan formalin yang tinggi, akan meracuni tubuh, menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel). Dan dalam kadar yang sangat tinggi, hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan peredaran darah yang bermuara pada kematian.

Formalim telah dibuktikan dapat menjadi mutagen dibeberapa sistem invitro dan telah diklasifikasikan sebagai mutagen yang lemah. Formaldddehid mendukung mutasi, karsinogen, pemecahan DNA dan Cross-link protein DNA pada fungsi, mutasi dan kerusakan DNA pada bakteri.
Khusus mengenai sifat yang karsinogenik, formalin termasuk ke dalam karsinogenik golongan IIA. "golongan I adalah yang sudaah pasti menyebabkan kanker, berdasarkan uji lengkap. Sedangkan golongan IIA baru taraf diduga karena data hasil uji pada manusia masih kurang lengkap, dimana dalam jumlah sedikit formalin akan larut dalam air serta akan dibuang keluar bersama cairan tubuh. Oleh sebab itu formalin sulit dideteksi keberadaannya dalam darah.

Uji Kualitatif
Identifikasi keberadaan formaldehid pada ikan asin dilakukan menggunakan reagen FeCl3 0,5% dan H2SO4 pekat.
Pada pengujian ini, reaksi positif terjadi dengan terbentuknya cincin ungu yang menunjukkan adanya kandungan formaldehid pada sample.

METODE PENELITIAN
1. Sample
pada penelitian kali ini digunakan 2 sample ikan asin yang masing-masing sample di beri label 1 dan 2, dimana :
sample 1 adalah ikan asin dari pasar jrakah.
sample 2 adalah ikan asin dari pasar kendal.
2. Bahan dan alat
a. Bahan
­ Ikan asin dari pasar jrakah
­ Ikan asin dari pasar kendal
­ Larutan FeCl3 0,5%
­ Larutan H2SO4 pekat
b. Alat
­ Tabung reaksi
­ Rak tabung reaksi
­ Lumpang dan alu
­ Pipet tetes
­ Gelas ukur
3. Prosedur
a. Sample ikan asin dihaluskan terlebih dahulu dalam lumpang
b. Sample yang telah halus dimasukkan kedalam tabung reaksi
c. Tambahkan ke dalam tabung yang berisi sample dengan larutan FeCl3 0,5% hingga sample terendam
d. Aliri sample dalam tabung dengan H2SO4 pekaat kurang lebih 7mL
e. Amati perubahan yang terjadi, reaksi positif terjadi jika terbentuk cincin ungu.
4. Analisis
Pada penelitian kali ini sample ikan asin dari kendal negatif sedangkan sample ikan asin dari jrakah memberikan reaksi positif yaitu terbentuk cincin ungu setelah sample yag telah dilarutkan dalam FeCl3 0,5 % dialiri H2SO4 pekat. Hal ini menunjukkan bahwa terbuktinya akan kecurigaan sample tersebut teridentifikasi adanya formaldehid, terbukti dengan adanya cincin ungu walaupun dari 2 sample yang di ujikan hanya 1 sampel yang terbukti teridentifikasi Formaldehid.

KESIMPULAN
Pada penelitian kali ini dapat disimpulkan bahwa ikan asin yang beredar di pasar jrakah teridentifikasi adanya formaldehid. Dengan ciri-ciri :
1. Ikan berwarna bersih cerah
2. Tidak berbau khas ikan
3. Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25 derajat C)
4. Liat (tidak mudah hancur).
Hal tersebut diperkuat saat sample di reaksikan dengan FeCl3 0,5% dan H2SO4 pekat dengan memberikan reaksi positif yaitu adanya cincin ungu.

SARAN
Pada penelitian kali ini peneliti masih menggunakan uji kualitatif sehingga kadar formalin yang terkandung dalam sample ikan asin tidak dapat diketahui secara jelas namun setidaknya dari penelitian ini kami telah memberikan iniformasi yang bermanfaat bagi masyarakat Jrakah dan sekitarnya.
Saran dan kritik sangat kami harapkaaan dari pembaca sehingga akan menjadi perbaikan-perbaikan pada penelitian kami berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
F.G. winarno, 2002, Kimia Pangan Dan Gizi
Wisnu cahyadi, 2006, Bahan Tambahan Pangan
http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida"
http://bahtiarhs.multiply.com/journal/item/16
http://pipit.wordpress.com/2005/12/30/ciri-ciri-makanan-yang-mengandung-formalin/
http://www.geocities.com/santoso_spuwg/interest.htm

1 comment: