Pages

October 06, 2009

Jurnal Analisis Formalin Pada Tahu

ANALISIS FORMALIN PADA TAHU

Suwahono, S. Pd, Arif Fadholi W. A, Najiullah
Jurusan Tadris Kimia, Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

ABSTRAK

Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Kandungan formalin pada tahu dapat dikurangi dengan cara deformalinisasi atau suatu proses untuk menghilangkan kadar formalin. Sedikitnya ada tiga cara penanganan untuk mengurangi kadar formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus dalam air mendidih, dikukus kemudian direbus dalam air mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya formalin pada tahu yang beredar di daerah pasar Ngaliyan dan juga pasar Jrakah. Peneliti mengambil tiga sampel dimana sampel yang pertama adalah pedagang A di pasar Ngaliyan, pedagang B di pasar Ngaliyan, dan pedagang C di pasar Jrakah. Pada penelitian ini untuk mengetahui adanya formalin pada tahu ditambahkan larutan H2SO4 pekat dan juga FeCl3 0,5 %. Di mana setelah di tambahkan larutan tersebut teridentifikasi adanya formalin dengan terbentuknya cincin yang berwarna ungu pada tabung reaksi.

Kata Kunci : Formalin, Tahu, H2SO4 pekat dan FeCl3 0,5 %.


PENDAHULUAN

Tahu merupakan pangan yang populer di masyarakat Indonesia walaupun asalnya dari China. Kepopuleran tahu tidak hanya terbatas karena rasanya enak, tetapi juga mudah untuk membuatnya dan dapat diolah menjadi berbagai bentuk masakan serta harganya murah. Selain itu, tahu merupakan salah satu makanan yang menyehatkan karena kandungan proteinnya yang tinggi serta mutunya setara dengan mutu protein hewani. Hal ini bisa dilihat dari nilai NPU (net protein utility) tahu yang mencerminkan banyaknya protein yang dapat dimanfaatkan tubuh, yaitu sekitar 65 persen, di samping mempunyai daya cerna tinggi sekitar 85-98 persen. Oleh karena itu, tahu dapat dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat.
Tahu juga mengandung zat gizi yang penting lainnya, seperti kemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang cukup tinggi. Selain memiliki kelebihan, tahu juga mempunyai kelemahan, yaitu kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa simpan, kebanyakan industri tahu yang ada di Indonesia menambahkan pengawet. Bahan pengawet yang ditambahkan tidak terbatas pada pengawet yang diizinkan, tetapi banyak pengusaha yang nakal dengan menambahkan formalin. Selain itu, banyak juga menambahkan pewarna methanyl yellow.
Laporan Badan POM tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 29 sampel mi basah yang dijual di pasar dan supermarket Jawa Barat, ditemukan 2 sampel (6,9 persen) mengandung boraks, 1 sampel (3,45 persen) mengandung formalin, sedangkan 22 sampel (75,8 persen) mengandung formalin dan boraks. Hanya empat sampel yang dinyatakan aman dari formalin dan borak. BPOM mengumumkan bahwa berdasarkan hasil penelitian terhadap 700 sampel produk makanan yang diambil dari Pulau Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung awal bulan ini, 56% diantaranya mengandung Formalin.
Jadi dengan dilatar belakangi informasi di atas peneliti melakukan percobaan untuk mengetahui apakah ada formalin pada tahu di pasar Ngaliyan dan pasar Jrakah. Yang hasilnya nanti memberikan informasi kepada masyarakat bahwa tahu yang beredar di pasar tersebut itu aman dikonsumsi atau tidak oleh masyarakat sekitar.

METODOLOGI

Alat dan Bahan
1. Alat
- Gelas Beker
- Tabung Reaksi
- Pipet Tetes
- Cawan Porselen
- Rak Tabung Reaksi
- Gelas Ukur
- Batang Pengaduk
2. Bahan
• H2SO4 Pekat
• FeCl3 0,5 %
• Tahu

Jadi untuk cara kerja dari penelitian ini adalah pertama sampel (tahu) dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan alu dan lumpang kemudian ambil sedikit sampel dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan larutan FeCl3 beberapa tetes sampai sampel terendam. Dan yang terakhir ditambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 5 – 6 ml. Reaksi positif jika pada tabung reaksi terbentuk cincin yang berwarna ungu.

Hasil Penelitian

No Pedagang Formalin Keterangan
1 A Ngaliyan Ada Positif
2 B Ngaliyan Ada Positif
3 C Jrakah Ada Positif

Jadi pada penelitian ini tiga sampel yang berasal dari 3 pedagang yang berbeda yaitu pedagang A di pasar Ngaliyan, pedagang B di pasar Ngaliyan dan juga pedagang C di pasar Jrakah teridentifikasi adanya formalin pada tahu yang mereka jual kepada masyarakat sekitar yang dibuktikan dengan terbentuknya cincin ungu pada saat penelitian.


Pembahasan

Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram.
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata.
Penggunaan Formalin biasanya untuk :
• Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
• Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
• Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak.
• Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
• Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
• Bahan untuk pembuatan produk parfum.
• Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
• Pencegah korosi untuk sumur minyak.
• Bahan untuk insulasi busa.
• Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
• Cairan pembalsam (pengawet mayat).
• Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.
Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet.
Jadi untuk masyarakat di sekitar Ngaliyan harus waspada terhadap pedagang yang menjual tahu di daerah pasar Ngaliyan dan juga pasar jrakah karena dilihat dari kegunaan formalin itu sendiri sudah tidak cocok untuk bahan pangan dan juga formalin dapat juga mengakibatkan beberapa penyakit.
Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung formalin. Dasar hukum penggunaan formalin pada makanan :
• Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
• Formalin dan methanyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.
• Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
Di samping masyarakat Ngaliyan harus waspada terhadap pedagang – pedagang yang menjual tahu berformalin. Pedagang juga harus mematuhi dasar hukum penggunaan formalin pada makanan seperti peraturan – peraturan yang ditulis di atas.
Tahu kalau tidak diawetkan hanya tahan disimpan selama dua hari bila direndam dalam air sumur atau air keran yang bersih.
Beberapa cara pengawetan yang biasa dilakukan adalah:
1. Tahu direbus selama 30 hari kemudian direndam dalam air yang telah dimasak, daya simpannya bisa menjadi empat hari.
2. Tahu direbus, kemudian dibungkus plastik dan disimpan di lemari es, memiliki daya tahan delapan hari;
3. Tahu diawetkan dengan direndam natrium benzoat 1.000 ppm selama 24 jam dapat mempertahankan kesegaran selama tiga hari pada suhu kamar;
4. Tahu direndam dalam vitamin C 0,05 persen selama empat jam dapat mempertahankan tahu selama dua hari pada suhu kamar;
5. Tahu direndam dalam asam sitrat 0,05 persen selama delapan jam akan segar selama dua hari pada suhu kamar.
Untuk masyarakat sekitar Ngaliyan sebelum membeli tahu, harusnya kita memilih tahu – tahu tersebut apakah mengandung formalin apa tidak. Di bawah ini adalah beberapa tips memilih tahu apakah tahu tersebut mengandung formalin.
Tips memilih tahu :
Tahu yang mengandung formalin dapat ditandai dengan:
• Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang semakin menyengat; sedangkan tahu tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas;
• Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu tak berformalin jika ditekan akan hancur;
• Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari.
• Tahu yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu memakai pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan penampakan mengilap. Sedangkan jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita potong tahunya, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya tidak homogen/seragam. Bahkan, ada sebagian masih berwarna putih.

Kesimpulan

Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung formalin.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini yang bertujuan untuk mendeteksi adanya kandungan formalin pada tahu, masyarakat bisa lebih tahu dan bisa lebih waspada dalam memilih makanan untuk dikonsumsi.
Di dalam penelitian ini didapatkan bahwa sampel yang berasal dari pasar Ngaliyan dan Jrakah teridentifikasi adanya formalin ditandai dengan adanya terbentuknya cincin ungu pada tabung reaksi sewaktu dilakukan penelitian di Laboratorium Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Saran

Untuk penelitian ini peneliti merasa kurang puas dikarenakan bahan – bahan yang ada masih kurang seperti contoh asam kromatofat. Jadi peneliti menyarankan untuk membeli bahan – bahan yang diperlukan dalam praktikum kimia sehingga nantinya tidak mengganggu praktikum / penelitian mahasiswa. Dan juga peneliti menyarankan kepada mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian supaya membuat prosedur sederhana sehingga nanti bahan – bahan yang akan digunakan penelitian itu ada di laboratorium yang nantinya tidak mengganggu kegiatan penelitian.

Daftar Pustaka

Cahyadi Wisnu, Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Jakarta : Bumi Aksara, 2006
http://www.jvetunud.com/?p=99
http://lenijuwita.multiply.com/reviews/item/4
http://luthfi.web.id/2006/06/03/uji-formalin-sederhana/
http://nasmococommunity.freeforums.org/mengurangi-kadar-formalin-pada-makanan-t60.html
http://radmarssy.wordpress.com/2007/02/06/bahaya-kandungan-formalin-pada-makanan/
http://villany.blogsome.com/2006/01/25/formalin/
http://www.myraffaell.com/blog/?p=196
Sukesi dan Budi Susilo. “ Pengaruh waktu perendaman terhadap serapan formaldehid dan proses deformalinisasi pada ikan asin pepetek (leiognathus ruconius) hasil proses penggaraman kering” Jurnal Universitas Erlangga vol. 9 no. 1 - Januari-2005
Winarno, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002

No comments:

Post a Comment