Pages

October 06, 2009

MAKALAH BILANGAN DALAM SHALAT

BILANGAN DALAM SHALAT

Oleh :
1. Fidda Syarofi’atul Lizza 3105398
2. Haidloroh Faiqotun Ni’mah 3105380
3. Nafisatun Miswaroh 3105408

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2007

I. PENDAHULUAN
Shalat dalam “Rukun Islam” merupakan urutan yang kedua. Dan shalat tersebut juga harus dilakukan secara continue, yaitu dalam sehari terdapat lima waktu. Shalat lima itu diwajibkan di langit pada malam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Dalam shalat itu juga tidak terlepas dengan adanya takbir, ruku’, sujud, dan lain sebagainya. Oleh para ahli matematika berpendapat bahwa gerakan-gerakan tersebut ada kaitannya dengan ilmu matematika yang merupakan rahasia Allah.
Oleh karena itu, pemakalah akan mencoba menerangkan sebagian dari kandungan shalat, khususnya terhadap bilangan dalam shalat, guna dan manfaat bilangan tersebut.

II. PEMBAHASAN
A. Makna Shalat
Shalat lima waktu mempunyai makna yang dapat ditransformasikan dengan metode “Roda Gigi” shalat. Pada shalat lima waktu berhubungan dengan siang dan malam yakni bumi yang berputar. Apabila shalat lima waktu tersebut ditransformasikan ke bentuk roda gigi, maka gigi tersedikit untuk bumi adalah 12. Uraiannya angka 12 tersebut diperoleh dari Kelipatan Persekutuan Kecil (KPK) dari 2,3,4 yang tidak lain adalah 12. Kemudian apabila dijabarkan satu persatu; Shalat Subuh mempunyai roda gigi berjumlah 6 (12 : 2 raka’at), Shalat Dhuhur 3 roda gigi (12 : 4 raka’at), Shalat Ashar juga mempunya 3 roda gigi, Shalat Maghrib mempunyai 4 roda gigi (12 : 3 raka’at), dan Shalat Isya’ mempunyai 3 roda gigi. Yang menarik, gigi sholat ini jumlahnya 6-3-3-4-3 atau 19 itu sama dengan kalimat Bismillahirrahmanirrahim yang berjumlah 19 huruf.

B. Bilangan Raka’at dalam Shalat
Dalam al-Qur’an, kata shalat berikut disertai dengan kata qiam, disebut 51 kali. Jumlah ini sebanding dengan jumlah raka’at dalam shalat, yaitu 17 raka’at shalat wajib yang lima ditambah dengan . Jika shalat sunnah fajar (Subuh) 2 raka’at, 8 raka’at shalat sunnah Dhuhur, 8 raka’at shalat sunnah Ashar, 4 raka’at shalat sunnah Maghrib, dan sunnah Isya’ dipandang 1 raka’at dari 2 raka’at dalam satu duduk, ditambah dengan 11 raka’at shalat sunnah malam, sehingga jumlahnya lengkap 34 raka’at. Dengan demikian, maka jumlah keseluruhan shalat tersebut ditambah 17 raka’at shalat wajib menjadi 51 raka’at.
Seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 277:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman mengerjakan amal shalih, menegakkan sembahyang dan menunaikan zakat, akan mendapat ganjaran dari Tuhan. Mereka tidak akan merasa takut dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. al-Baqarah [2]: 277).

C. Shalat Lima Waktu
Dalam al-Qur’an, kata Shalawat disebut lima kali. Hal ini sama dengan jumlah shalat wajib dalam sehari-semalam, yaitu Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’, yaitu di dalam surat al-Baqarah ayat 238:

Artinya: “Peliharalah semua shalatmu terutama shalat pilihan, dan tegakkanlah mematuhi perintah Allah” (Q.S. al-Baqarah [2]: 238).

Shalata pilihan terdapat di antara shalat lima waktu. Menurut bacaan ialah Shalat Wusthaa, yaitu shalat pertengahan. Mana yang dinamakan shalat pilihan diantara shalat lima waktu itu? Pendapat yang terkuat mengatakan Shalat Ashar.
Logika dalam shalat lima waktu:
1. Saat sembahyang lima waktu, nama Muhammad selalu disebut disamping nama Allah. Cara ini akan membuat para pengikut Islam menjadi sangat setia kepada Muhammad.
2. Shalat lima waktu tidak diajarkan oleh para nabi sebelum Muhammad.
3. Nabi Muhammadlah yang menginginkan pengikutnya untuk melakukan sembahyang lima kali dalam sehari, supaya beliau sendiri memperoleh kesetiaan dari para pengikutnya.
4. Ada ancaman masuk ke siksaan neraka bila tidak melaksanakan ritual shalat lima waktu.

D. Rahasia dalam Shalat

Dalam shalat ada beberapa rahasia, seperti dalam gerakan dan bacaannya.
1. Gerakan-gerakan dalam shalat.
Ketika telah melakukan 1 raka’at dalam shalat, sesungguhnya sudah melakukan satu putaran yang terdiri atas 1 kali ruku’ dan 2 kali sujud. Saat ruku’ membentuk 90o dari posisi berdiri tegak. Sedangkan pada sujud membentuk sudut 90o + 45o = 135o dari posisi tegak, sehingga 1 ruku ditambah 2 sujud adalah 90o + 135o + 135o = 360o atau dapat disebut 1 lingkaran penuh.
Tetapi ada shalat yang satu raka’atnya terdiri atas 2 ruku’ dan 2 sujud yaitu shalat gerhana. Aisyah r.a. berkata, “Pada masa Rasulullah SAW masih hidup pernah terjadi gerhana matahari. Maka Rasulullah SAW menyuruh orang banyak shalat berjama’ah. Setelah mereka berkumpul, Rasulullah SAW datang lalu bertakbir dan shalat 4 kali ruku’ dan 4 kali sujud dalam 2 raka’at (Shahih Muslim).
Perputaran dalam Shalat Gerhana yang terjadi atas 2 raka’at dengan 4 ruku’ dan 4 sujud dihitung sebagai berikut:
Raka’at 1 = 360o + 90o (karena 2 kali ruku’)
………… = 0o + 90o = 90o
Raka’at 2 = 360o + 90o (karena 2 kali ruku’)
………… = 0o + 90o = 90o +
………… = 180o = Garis lurus
makanya dalam Shalat Gerhana berarti membentuk sudut 180o atau garis lurus. Hal ini sama dengan posisi matahari, bumi dan bulan saat terjadi gerhana, yaitu membentuk 1 garis lurus.
Dalam shalat mayat, tidak ada ruku’ dan sujud sebagai simbol dari tidak adanya gerakan.
2. Bacaan Takbir (Allahu Akbar) dalam shalat.
Selain gerakan-gerakan shalat, rahasia shalat yang lain yaitu bacaan takbir yang diucapkan pada waktu shalat mempunyai kesan bilangan yang dapat memperkuat rasa iman pada Allah.
a. Pada shalat lima waktu dan shalat sunnah Rawatib.
Dalam shalat lima waktu, ada 94 bacaan takbir yaitu:
Subuh = 11
Dhuhur = 22
Ashar = 22
Maghrib = 17
Isya’ = 22 +
Jumlah = 94
Pada shalat sunnah Rawatib, yaitu shalat sunnah yang mengiringi shalat fardhu ada 7 waktu. Shalat sunnah tersebut ada 2 raka’at, berarti ada 11 bacaan takbir. Karena jumlah shalat sunnah rawatib ada 7 waktu, maka 7 x 11 = 77.
Berarti apabila dijumlahkan antara bacaan takbir dalam shalat fardhu dan shalat sunnah Rawatib yaitu 94 + 77 = 171. Sedangkan 171 merupakan perkalian 9 dengan 19 (9 x 19 = 171).
Angka 19 merupakan angka yang laur biasa, karena di dalam al-Qur’an kalimat Bismillahirrahmanirrahim juga berjumlah 19 huruf.
b. Pada shalat Tarawih dan Witir.
Pada shalat Tarawih ada 2 raka’at, berarti jumlah takbir ada 11. maka 8 raka’at ada 4 x 11 = 44 dan witir ada 16, jadi witir dan tarawih ada 60 takbir (44 + 16 = 60). Dalam 29 hari Ramadhan ada sebanyak 1740 (60 x 29 = 1740).
c. Pada shalat Ied.
Ucapan takbir dalam raka’at pertama 7 kali dan raka’at kedua 5 kali. Berarti dalam shalat Ied ada 23 takbir (7 + 5 + 11 = 23), maka pada dua shalat Ied (Fitri dan Adha) ada 46 takbir (2x 23). Bila dijumlahkan dengan shalat tarawih dan witir, maka ada 1786 takbir (1740 + 46 = 1786), dan 1786 tersebut merupakan perkalian dari 19 x 94.
Itu alasan mengapa ada 7 dan 5 = 12 pada shalat Ied, sehingga pada shalat Ied ada 23. Dan itu pula mengapa witir yang 3 tidak memakai tahiyat, sehingga menjadi 16. keduanya turut membentuk bilangan 19 x 94. jadi jawabannya karena keseimbangan kalimat takbir, bahwa bilangan takbir pada tarawih, witir, dan 2ied , jika dibagi dengan bilangan takbir pada shalat lima waktu, hasilnya 19 yang adalah jumlah huruf Bismillahirrahmanirrahim (1786: 94 = 19).
d. Bilangan setahun Allahu Akbar.
Dari 17 raka’at (shalat lima waktu) ada 94 takbir, dari yang 14 raka’at (shalat sunnah rawatib) ada 77 takbir. Raka’at ini jumlahnya 17 + 14 = 31. Jika bilangan takbir keduanya dikalikan 19 dan ditambahkan dengan 31, maka jumlahnya adalah faktor 19 dari takbir yang kita ucapkan selama 1 tahun.
Dari 17 ada 94 x 19 = 1786
Dari 14 ada + 77 x 19 = 1463
Jumlah 31 = 31 +
Jumlah = 3280
Bilangan 3280 ini adalah faktor 19 dari jumlah takbir yang kita ucapkan dalam 1 tahun. Jadi, takbir yang kita ucapkan dalam 1 tahun adalah 3280 x 19. Buktinya:
1. Setahun untuk tarawih, witir dan 2 ied sudah kita hitung yaitu 94 x 19.
2. Sehari untuk shalat lima waktu dan shalat sunnah rawatib juga sudah kita hitung yaitu 9 x 19. Setahun (Qomariyah) ada 354 hari. Jadi, setahun = 354 x 9 x 19 = 3186 x 19. Makak jumlah keseluruhan = (3186 + 194) x 19 = 3280 x 19.
Pada takbir di pagi hari raya sebelum shalat, cukup 4 x lalu shalat. Lafadh Allahu Akbar 3 kali, Laa Ilaha Illallah Wa Allahu Akbar, Allahu Akabar Wa Lillahil Hamd. Berarti ada 5 Allahu Akbar. 4 x 5 = 20. Untuk 2 ied, 2 x 20 = 40. bila bilangan 40 ini kita tambahkan pada takbir yang kita ucapkan dalam shalat satu tahun = 40 + 3280 x 19 = 62360. Jadi, minimum kita 1 tahunnya mengucapkan takbir sebanyak 62360.

E. Dzikir Ba’da Shalat Fardhu

Fenomena bilangan 165 dalam dzikir ba’da shalat fardhu.
Bilangan 165 ditafsirkan memiliki arti yang khusus. Angka 1 berarti Tuhan, tertuang dalam konsep Ihsan, 6 berarti Rukun Iman, dan 5 merupakan Rukun Islam. Angka 165 itu ternyata juga muncul ketika melaksanakan dzikir di setiap ba’da shalat fardhu. Nabi memerintahkan kita untuk berdzikir dengan mengucapkan Subhanallah sebanyak 33 kali, Alhamdulillah sebanyak 33 kali, dan Allahu Akbar sebanyak 33 kali. Dalam hadits Sahih riwayat Muslim dari Abu Hurairah juga dari Qutaibah, Rasul bersabda “Sukaku kamu kuajarkan suatu amal yang dapat memperoleh pahala orang-orang dahulu serta mendahului orang-orang sesudah kamu dan tidak akan ada orang yang lebih mulia dari kamu melainkan orang yang mengamalkan seperti amalmu”, sabda Rasul “Hendaknya kamu tasbih, takbir, dan tahmid masing-masing 33 kali setiap selesai shalat”. Apabila setiap selesai shalat masing-masing ucapan dzikir itu dilafadhkan sebanyak 33 kali, maka dalam sehari semalam 5 kali shalat fardhu, maka mengucapkan dzikir-dzikir itu masing-masing sebanyak 33 x 5 = 165.
Jadi, ditafsirkan bahwa dzikir-dzikir ba’da shalat merupakan pengokoh Iman, Islam, dan Ihsan kita. Dengan konsisten mengucapkan dzikir-dzikir itu secara ikhlas dan khusyu’, berarti kita menjaga dan memperkuat ke-Islam-an, ke-Iman-an dan sikap ihsan kita. Selian itu, angka 165 juga muncul dalam fenomena 5 bilangan ganjil pertama . dalam hadits disebutkan bahwa Allah menyukai yang ganjil. Apabila kita menjumlahkan 5 bilangan ganjil pertama yang dipangkat 2 maka akan didapatkan hasil yang sebagai berikut:
12 + 32 + 52 + 72 + 92 =
1 + 9 + 25 + 49 + 81 = 165
juga apabila kita perhatikan surat ke-1 dalam al-Qur’an, yaitu al-Fatihah, terjemah ayat ke-5 berbunyi “Hanya pada Engkau-lah kami menyembah dan hanya pada Engkau-lah kami memohon pertolongan”. Tafsirannya, menyembah dan memohon pertolongan tertuang dalam Rukun Islam. Sedangkan ayat ke-6 artinya “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus”. Tafsirannya, untuk menempuh jalan yang lurus harus berbekal Rukun Iman.

F. Keutamaan Shalat Jama’ah (27 Derajat)

Dalam salah satu hadits disebutkan bahwa pahala shalat berjama’ah 27 derajat lebih tinggi dibandingkan shalat sendiri. Dalam shalat, kita sedang memancarkan energi positif dari dalam diri kita.
Energi itu berupa getaran, sebagaimana digambarkan dalam firman Allah SWT:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan pada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal” (Q.S. al-Anfal [8]: 2).
Sebelum melakukan shalat, energi itu tidak terpancar. Tetapi ketika kita sudah memulainya, energi itu akan terpancar baik secara vertikal maupun horizontal.
Dalam shalat berjamaah, Rasulullah memerintahkan kita untuk merapatkan barisan sampai bersentuhan satu sama lain. Hal ini agar energi positif yang terpancar masing-masing jama’ah bisa tersalurkan dan bergabung menjadi pancaran energi yang lebih besar. Begitu juga dengan shalat berjama’ah di Masjid Haram yang disabdakan oleh Rasulullah “Berpahala 1000 kali lipat dibanding shalat sendiri ditempat lain”.

III. KESIMPULAN

Dalam shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah memiliki rahasia-rahasia di dalam gerakan-gerakannya, seperti ruku’, sujud, dan didalam bacaannya sendiri, seperti bacaan Takbiratul Ihram. Dalam gerakan dan bacaan tersebut membawa pesan bilangan yang merupakan bagian dari ilmu matematika. Seperti pada angka 19. Angka tersebut didapat dari berbagai perhitungan, salah satunya adalah jumlah dari bacaan basmalah yang berjumlah 19 huruf.
Selain itu, shalat mempunyai makna yang dapat ditransformasikan ke dalam bentuk Roda Gigi. Dalam shalat lima waktu, berhubungan dengan siang dan malam, yakni bumi yang berputar. Demikian pula, shalat Gerhana berhubungan dengan gerhana.
Dengan demikian, Islam ini bukan hanya terdiri dari pesan gerak (Shalat: ruku’ dan sujud) dan pesan irama (bacaan shalat, do’a, al-Qur’an). Tetapi juga membawa pesan bilangan seperti pemaparan di atas.


IV. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Untuk itu saran dan kritik yang membangun, sangat kami harapkan. Dan akhir kata, pemakalah meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik berupa sistematika penulisan, maupun isi dalam makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

An-Nadji’, Abu Zahra’, Dr., Al-Qur’an dan Rahasia Angka-Angka, (Jakarta: Erlangga), hlm 78-78.
Surin, Bachtiar, Terjemah dan Tafsir al-Qur’an, hlm 79.
http://ajangkita.com/forum /viewtopic.php?t=16371&start=0
http://swaramuslim.net/Islam/more.php?id=1015_0_4_0m
http://www.its.ac.id/berita.php?nomer=2425
http://www.percikan-iman .com/modules.php?name=mapi&op=detail_mapi&id=2
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=18135&kat_id=301&kat_id1=186

No comments:

Post a Comment