Pages

October 12, 2009

Laporan KKN

Laporan KKN

Oleh:

Maria Ulfa NIM: 4105031
Bukhori Rusdi NIM: 073111617
Nur Farihah NIM: 053511289
Arif Fadholi W.A NIM: 053711328


KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Margosari Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal ini dapat kami selesaikan dengan lancar.
Sehubungan dengan telah terlaksananya Program Kerja KKN ini maka dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.Ag Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
2. Bpk. Hj. Dra. Siti Nur Markesi selaku Bupati Kendal.
3. Bpk. Drs. Teguh Dwidjanto selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal Bpk.Widodo, selaku Camat Limbangan Bpk. Triyono, selaku Sekretaris Wilayah Kecamatan Limbangan , Bpk. Drs. Budi Hartoyo, S. H, M. H., selaku Kepala UPTD Dinas Dikpora Kecamatan Limbangan .
4. Bpk. Moh. Faozan , selaku Kepala Desa Margosari .
5. Bpk.. Darmuin , selaku kepala Lembaga Pusat Pengabdian Masyarakat (PPM) IAIN Walisongo Semarang.
6. Ibu Tsuwaibah, M. Ag selaku Dosen Pembimbing Lapangan Desa Margosari.
7. Segenap teman-teman KKN ke- 52 IAIN Walisongo Semarang.
8. Segenap Perangkat Desa Margosari yang telah memberikan informasi kepada kami selama KKN.
9. Seluruh Warga Desa Margosari yang kami sayangi dan kami banggakan.
10. Seluruh Warga Belajar kelompok Fatimah dan Aisyah yang kami cintai dan kami banggakan.
11. Semua pihak yang tidak mampu kami sebutkan dan telah membantu terlaksananya KKN IAIN 2009-2010 ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.



Kami sadari bahwa penyusunan Laporan KKN ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan waktu. Oleh karena itu sangat kami harapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak.
Akhirnya semoga Laporan Kuliah Kerja Nyata ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

TIM KKN IAIN WALISONGO SEMARANG

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan 3
C. Rencana Kegiatan KKN Tematik PBA 3
D. Tempat Pelaksanaan KKN Tematik PBA 4
E. Waktu Pelaksanaan KKN Tematik PBA 8
F. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan 8

BAB II: PROSES PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN
A. Pendataan Calon Warga Belajar 11
B. Pembentukan Kelompok Belajar 11
C. Proses Pelaksanaan Pembelajaran 11
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan KKN Tematik PBA 15
E. Pelaksanaan Evaluasi Hasil Pembelajaran 16
F. Tingkat Pencapaian Hasil Pembelajaran 16
G. Faktor Pendukung dan Penghambat 17
H. Upaya Mengatasi Hambatan 17

BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Rekomendasi 20
C. Kata Penutup 20
D. Daftar Lampiran ..................................................................... 21


DAFTAR LAMPIRAN


1. Daftar nama dan identitas lengkap calon warga belajar yang berhasil didata mahasiswa peserta KKN Tematik PBA.
2. Daftar nama dan identitas lengkap warga belajar yang mengikuti proses pembelajaran.
3. Daftar nama dan identitas lengkap warga belajar yang lulus evaluasi hasil pembelajaran.
4. Rekapitulasi nilai hasil ujian Warga Belajar
5. Rekapitulasi jumlah warga belajar pendidikan keaksaraan yang lulus evaluasi.
6. Dokumen lain yang relevan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Desa sebagai satu bagian dari wilayah Indonesia yang penduduknya paling dominan merupakan satu aset yang strategis dalam pengembangan masyarakat untuk terus membangun dan dikembangkan sesuai dengan potensinya. Pembangunan, baik fisik material maupun mental spiritual merupakan tanggung jawab bersama seluruh warga Negara Indonesia. Sehingga, sistem sentralisasi dan desentralisasi yang dipadukan merupakan langkah yang paling tepat, di samping program umum dari pusat juga ada kebijakan lokal sesuai dengan wilayah setempat. Dengan demikian, pembangunan membutuhkan kerja keras dan pengabdian dari segenap masyarakat, karena itu usaha pembangunan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak termasuk lembaga perguruan tinggi beserta civitas akademiknya.

Perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang, di samping mendidik mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta kegairahan untuk meneliti dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara, menggiatkan mahasiswa sehingga bermanfaat bagi pembangunan daerah dan nasional.

Perguruan tinggi dituntut untuk lebih berorientasi dan menyerasikan kurikulumnya kepada kebutuhan pembangunan yang dapat menghayati dan mengatasi problema pembangunan dan kemasysrakatan serta berfungsi sebagai penerus pembangunan. Hal ini akan bermakna karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus diabdikan kepada pembangunan manusia seutuhnya.

Dalam konteks pemikiran yang demikian itu maka, Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masysrakat yang diharapkan akan dapat menjawab terhadap tantangan pembangunan dan masa depan tersebut.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu bentuk pengintegrasian kegiatan antara masyarakat dengan pendidikan dan penelitian terutama oleh mahasiswa dengan bimbingan perguruan tinggi dan pemerintah daerah, dilaksanakan secara interdisipliner dan intrakurikuler.

Keaksaraan fungsional terdiri dari dua konsep yaitu “keaksaraan” dan “fungsional”. Keaksaraan (literacy) secara sederhana diartikan sebagai kemampuan untuk membaca, menulis, dan berhitung. Istilah “keaksaraaan” didefinisikan sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang diperlukan oleh semua warga Negara dan salah satu fondasi bagi penguasaan kecakapan-kecakapan hidup yang lain. Sedangkan terminologi “fungsional” (functional) dalam keaksaraan berkaitan erat dengan fungsi dan atau tujuan dilakukannya pembelajaran dalam program pendidikan keaksaraan, serta adanya jaminan bahwa hasil pembelajarannya benar-benar fungsional (bermakna dan bermanfaat) bagi peningkatan mutu dan taraf hidup warga belajar dan masyarakatnya.

Keaksaraan fungsional merupakan suatu pendekatan ataupun bentuk pemberdayaan masyarakat buta aksara melalui peningkatan kemampuan membaca, menulis, berhitung, berfikir, mengamati, mendengar, dan berbicara yang berorientasi pada peningkatan harkat dan martabat kehidupan warga belajar dari belenggu kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan.

Dengan demikian penuntasan buta aksara melalui kelompok belajar keaksaraan fungsional yang merupakan bentuk pelayanan Pendidikan Luar Sekolah tidak hanya berhenti pada kecakapan melek aksara, melainkan lebih jauh pada peningkatan kemampuan memanfaatkan kecakapan melek aksara untuk membangun kepercayaan diri dan pengembangan daya nalar praktis (fungsional), yang pada gilirannya mampu mengembangkan potensi diri guna memenuhi hajat hidupnya sehingga tetap exist dan survive dalam menghadapi perkembangan kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
Mengacu pada program pemerintah untuk menuju warga Indonesia bebas buta aksara, maka IAIN yang dalam hal ini merupakan sebuah lembaga agama Islam bekerja sama dengan pemerintah. Dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah ingin mewujudkan program tersebut yang mana menuju warga Indonesia bebas buta aksara. Oleh karena itu IAIN menerjunkan praktikan KKN untuk membantu warga agar dapat membaca, menulis, berhitung, dan mengaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari yang diadakan di Kota Kendal.

C. Rencana Kegiatan KKN Tematik PBA
Sebelum mahasiswa terlibat dalam kelompok belajar untuk melakukan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip program keaksaraan fungsional yaitu konteks lokal, desain lokal, partisipatif, dan fungsional, maka mahasiswa harus melakukan observasi keaksaraan yang dimaksudkan untuk mengetahui potensi masyarakat dan masalah yang dihadapi.

Melalui kegiatan observasi keaksaraan, maka mahasiswa akan mendapatkan gambaran yang tepat tentang kemampuan dasar dan kebutuhan membaca, menulis, serta berhitung masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melibatkan warga belajar dalam proses pembuatan kesepakatan belajar dan rencana pembelajaran.
Kesepakatan belajar merupakan kegiatan pertama dalam kelompok belajar untuk memulai proses pembelajaran. Kesepakatan belajar berisi tentang bentuk kesepakatan antara tutor dengan warga belajar dalam mengidentifikasi bahan ajar atau materi pembelajaran serta menentukan waktu dalam proses pembelajaran. Kesepakatan belajar tersebut akan sangat membantu kelompok belajar dan tutor untuk mengelola dan mengevaluasi kemajuan pembelajaran warga belajar.
Rencana pembelajaran disusun oleh tutor dan didiskusikan dengan warga belajar. Rencana pembelajaran harus memuat aktivitas diskusi, membaca, menulis, berhitung, dan aksi (penerapan) sesuai dengan topik pembelajaran yang telah dipilih dan disepakati oleh warga belajar. Semua aktivitas yang tercantum dalam rencana pembalajaran harus mengarah pada pencapaian penerapan hasil belajar yang dilakukan warga belajar dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tempat Pelaksanaan KKN Tematik PBA
1. Letak Geografis
Desa Margosari merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di wilayah Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Desa Margosari memiliki luas wilayah 253.395 ha yang dibagi dalam 4 RW dan 14 RT. Desa Margosari terdiri dari empat dusun, yaitu: Dusun Krajan, Dusun Jetis, Dusun Tanggul Angin dan Dusun Cemangklek. Di Desa Margosari juga terdapat wahana wisata kampoeng jawa sekatul , dimana mayoritas pegawainya adalah warga asli desa Margosari . Sehingga dengan adanya wahana wisata tersebut dapat mengurangi angka pengangguran .
a. Batas-batas wilayah
Sebelah Utara : Desa Taman Rejo
Sebelah Selatan : Desa Ngesrep Balong
Sebelah Barat : Desa Tabet
Sebelah Timur : Desa Jawi sari

b. Luas daerah secara keseluruhan
1) Tegalan : 19.700 Ha
2) Sawah - Teknis : 38.890 Ha
- 1/2 Tekhnis : 15.628 Ha
- Sederhana : 17.900 Ha
- Tadah Hujan : 42.900 Ha
3) Pekarangan atau bangunan : 93.900 Ha
4) Perkebunan : 19.370 Ha
5) Peternakan : 5.000 Ha
c. Lapangan olah raga
- Sepak Bola : 2 Ha
d. Lain-lain
- Kuburan : 5 Ha
- Wahana Wisata : 100 Ha

e. Keadaan Tanah
Desa Margosari terdiri dari areal persawahan dengan kondisi tanah yang subur. Sebagian besar penduduk memanfaatkan lahan desa sebagai lahan pertanian. Lahan tersebut menghasilkan dua sampai tiga kali panen padi dan satu kali panen palawija yang terdiri dari jagung. Selain itu penduduk juga menanam cengkeh dan kopi yang dipanen setiap bulan Agustus-September. Tetapi karena akhir-akhir ini banyak sekali hama yang menyerang cengkeh , yaitu ulat daun . Maka dari pengalaman tersebut warga beralih dengan menanam pohon sengon dan alpukat . Pohon sengon ini dapat di manfaatkan kurang lebih setelah berumur antara 3 – 5 tahun . Sedangkan alpukat dapat di panen dengan cara musiman .

f. Sumber Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat. Desa Margosari mempunyai sistem irigasi yang rapi dan teratur sehingga dapat mencukupi seluruh perairan sawah dan kebun dengan adil dan merata.

2. Monografi dan Demografi Desa
Kecamatan Limbangan terdiri dari 16 desa dimana salah satunya adalah desa Margosari. Desa ini terdiri dari tiga (4) Dusun yaitu: Dusun Krajan, Dusun Jetis, Dusun Tanggul Angin dan Dusun Cemangklek yang terbagi menjadi 4 RW, yaitu RW I terdiri dari 4 RT, RW II terdiri dari 4 RT , RW III terdiri dari 2 RT , dan RW IV terdiri 4 RT . Sehingga di desa Margosari terdiri dari 14 RT.Sedangkan jumlah kepala keluarga di desa Margosari adalah 625 Kepala Keluarga dengan jumlah keseluruhan penduduk 2.298 orang.

3. Keadaan Sosial Ekonomi
Masyarakat Desa Margosari mempunyai mata pencaharian yang beragam. Ada yang menjadi petani, baik petani sendiri maupun buruh tani, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, pegawai negeri, tenaga kerja Indonesia, peternak , pensiunan dan lain-lain. Sebagian besar penduduk Margosari mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani.

4. Keadaan Sosial Budaya
Situasi sosial kultural masyarakat desa Margosari dapat dilihat dari kebiasaan (adat), baik yang berkaitan dengan ritual keagamaan maupun tradisi lokal dari masyarakat tersebut, diantaranya:
a. Selamatan orang yang telah meninggal
Tradisi ini dilakukan setiap ada orang yang meninggal dunia dan dilaksanakan oleh keluarga yang ditinggalkan. Adapun waktu pelaksanaannya :
1) Bertepatan dengan kematian yaitu dengan membaca tahlil
2) Tiga hari setelah kematian (nelung dino)
3) Tujuh hari setelah kematian (mitung dino)
4) Empat puluh hari (matang puluh)
5) Seratus hari setelah kematian (nyatus)
6) Seribu hari setelah kematian (nyewu)

b. Upacara mitoni
Upacara ini diselenggarakan untuk memperingati usia kehamilan yang sudah menginjak tujuh bulan, dengan harapan agar si jabang bayi mendapatkan berkah dari Allah SWT, menjadi anak yang sholih dan sholihah berguna bagi nusa bangsa serta agamanya, juga berbakti kepada kedua orang tuanya.

c. Upacara kelahiran bayi
Upacara ini merupakan acara adat bagi setiap orang Islam dalam rangka menjalankan sunah Rasul Serta rasa syukur terhadap karunia yang telah di berikabn oleh allah SWT, berupa kelahiran anak, yang merupakan amanah yang perlu di jaga dan di rawat, dan di didik. Untuk menjadi generasi penerus yang dapat di andalkan

d. Upacara pernikahan dan khitan
Upacara pernikahan adalah upacara yang sakral yang merupakan kewajiban serta tuntunan dalam syariat Islam, dalam membina rumah tangga. Sedang upacara khitan merupakan tuntunan setiap muslim, yang sudah dilakukan sejak Nabi Ibrahim as hingga sekarang.

e. Sedekah bumi atau apitan
Sedekah bumi merupakan upacara yang dilaksanakan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT karena tanaman-tanaman mereka baik itu padi, palawijo atau yang lainnya berhasil di panen dengan hasil yang memuaskan. Dengan menggelar acara Do'a bersama kemudian berakhir dengan makan bersama (sedekah).

5. Keadaan Sosial Keagamaan
Hampir seluruh lapisan masyarakat di desa Margosari beragama Islam, dengan mengikuti organisasi NU, yang berlandaskan pada Ahlusunnah Waljama'ah. Sehingga lebih mudah untuk menerapkan program PBA dan program lain yang mendukung di desa tersebut.

6. Lembaga Pemerintahan
Aparat desa dengan jumlah (Kades+Sekdes+Kaur):7x100%=100%,
Pengajian yang diadakan setiap seminggu sekali, adapun kegiatan yang dilaksanakan bagi ibu-ibu yaitu PKK dan KPK, yang dilaksanakan setiap dua minggu sekali, LKMD, dan BPD merupakan lembaga pemerintahan desa yang turut mengembangkan desa dalam hal pengawasan atas kegiatan desa.

7. Pendidikan
Pendidikan Formal Sekolah: TK/RA, SD/MI, Madrasah diniyah (Ibtida’iyah) dan TPQ. Pendidikan Non Formal: Kejar Paket A , Kejar Paket B, kejar Paket C, Keaksaraan Fungsional, Pengajian rutin selapanan, ngaji kitab di mushola / Masjid, dan Barjanji

E. Waktu Pelaksanaan KKN Tematik PBA
KKN tematik PBA dilaksanakan pada hari Senin 13 April sampai 28 Mei 2009 atau selama 6 (enam) minggu, dengan perincian minggu pertama pencarian data calon warga belajar, minggu kedua, ketiga, dan keempat proses pembelajaran, minggu kelima evaluasi warga belajar, minggu ke enam penyerahan STSB dan terakhir acara perpisahan yang di laksanakan di Balai Desa Margosari, serta penyerahan kenang-kenangan dari Peserta KKN PBA IAIN Walisongo yang bertempat di Balai Desa Margosari

F. Rencana Kegiatan Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
a. Pencarian data
Pada awalnya semua pratikan KKN melakukan Observasi yaitu pada tanggal 6 - 8 April 2009 di desa masing – masing tempat KKN akan diselenggarakan . Kecamatan Limbangan mendapat kesempatan untuk melaksanakan Observasi pada hari pertama yaitu pada tanggal 6 . Disana kami mencari data warga yang masih buta aksara di balai desa , tetapi kami tidak mendapat data . Hal ini dikarenakan Desa Margosari sudah ada program KF (Keaksaraan Fungsional ) yang dilaksanakan oleh PKK dan Muslimat NU . Diantara Dusun yang sudah berjalan adalah Dusun Krajan dan Dusun Cemangklek . Kemudian untuk Dusun Jetis sudah ada program keaksaraan dari Dinas Peternakan . Akhirnya kami menemui ketua PKK untuk membantu kami mencarikan data yang belum pernah ikut KF . Dari hal ini kami mendapat data sementara warga buta aksara 12 orang .

Kemudian pada saat rapat antara UPTD Dikpora dengan pihak KKN pada tanggal 15 April 2009 , semua praktikan KKN mendapat data warga belajar. Akan tetapi setelah dilakukan pencarian data oleh mahasiswa KKN ternyata data tersebut tidak valid sehingga mahasiswa harus mendata ulang warga belajar tersebut. Oleh karena itu mahasiswa KKN meminta bantuan dari kelurahan dalam pencarian data, yang di bantu oleh Perangkat desa, Sekretaris Desa, Bakel (Bayan Kelurahan), RT / RW dan tokoh masyarakat Desa Margosari. Dari bantuan tersebut praktikan mendapatkan data yang langsung hadir pada acara yasinan pada hari kamis tanggal 16 April 2009, di dusun Tanggul Angin, Margosari. Melalui kesepakatan warga belajar proses pembelajaran dilaksanakan pada hari sabtu pukul 15.30 WIB. Namun dari sekian yang di undang, hanya sebagian yang hadir. Sedangkan bagi Warga Belajar yang tidak hadir, mahasiswa KKN dengan ikhlas mendatangi langsung di rumah RT agar mengumpulkan warganya hanya untuk belajar di rumah Ibu Sutini RT 02 / RW 02. Sehingga Mahasiswa KKN dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik dan lancar

b. Pembelajaran
Dalam melakukan proses pembelajaran para praktikan menggunakan satu sistem pembelajaran, yaitu :
• Sistem Kelompok
Sistem kelompok yaitu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengelompokkan warga belajar yang terdiri dari dua orang atau lebih dalam satu tempat. Tetapi atas permintaan warga belajar yang berinisiatif agar proses pembelajaran dua kelompok dijadikan satu sekaligus , maka poses pembelajaran dilaksanakan dirumah Ibu Sutini RT 02/ RW 02 setiap hari senin, rabu dan sabtu pukul 15.30 WIB. Sehingga dengan cara tersebut para praktikan akan lebih mudah dalam melakukan kegiatan pembelajaran, maka dengan langkah tersebut dapat mempersingkat waktu, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para praktikan.

BAB II
PROSES PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN

A. Pendataan Calon Warga Belajar
Dalam melakukan sistem pendataan warga belajar para praktikan menempuh beberapa pendekatan antara lain:
- Mendatangi kantor kelurahan
- Mendatangi rumah perangkat desa, RT, RW dan Tokoh masyarakat
- Ke rumah Ketua RW
- Ke rumah Ketua RT
- Ke rumah Tokoh Masyarakat
- Ke UPTD Kecamatan Limbangan
- Ke Kantor Kecamatan

B. Pembentukan Kelompok Belajar
Untuk membentuk kelompok warga belajar maka para praktikan membagi warga belajar berdasarkan atas lokasi tempat tinggal warga, yaitu mengelompokkan warga belajar yang tempat tinggalnya antara warga satu dengan yang lain berdekatan, sehingga proses belajar-mengajar berjalan sesuai dengan harapan.

C. Proses pelaksanaan pembelajaran
Mengingat waktu pelaksanaan KKN PBA yang relatif singkat dan pelaksanaan proses pembelajaran juga sangat terbatas, maka agar target penuntasan buta aksara dapat tercapai, para praktikan memakai metode sebagai berikut:

1. Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB)
Orang dewasa akan lebih cepat belajar membaca dan menulis, jika mereka diajak membaca dan menulis informasi yang sesuai dengan pengalamannya. Metode PPB merupakan cara pembelajaran keaksaraan (baca-tulis) berdasarkan pengalaman warga belajar. Mereka belajar membaca dan menulis melalui proses membuat bahan belajar yang berasal dari ide/gagasan atau kalimat yang diucapkan oleh warga belajar sendiri, bukan dari tutor.

2. Metode Struktur Analisis Sintesis (SAS)
Metode ini menekankan bahwa belajar membaca dan menulis akan bermanfaat dan menarik minat warga belajar, jika menggunakan berbagai informasi yang dekat dengan warga belajar sendiri.
Metode SAS menekankan bahwa belajar membaca dan menulis akan efektif jika warga belajar dihadapkan terlebih dahulu kepada konsep "kalimat baru", kemudian dikenalkan kepada bagian-bagian dari kalimat tersebut (deduktif).

3. Metode Suku Kata
Metode suku kata sangat efektif untuk membantu warga belajar yang buta huruf murni. Konsep utama dalam metode ini adalah mempelajari suku-kata tertentu yang sering dilafalkan daan memiliki makna yang jelas, dengan prinsip mengulangi, menghafal, dan melatih tentang semua huruf baik huruf konsonan maupun vocal yang membentuk suku-kata tersebut.
Metode ini diawali dengan pengenalan dan pemahaman terhadap suku-kata tertentu yang mudah dibentuk, ditulis, dilafalkan, dan yang paling banyak digunakan dalam pengucapan. Kemudian suku-kata diurai menjadi huruf dan huruf dibentuk menjadi suku kata yang benar.

4. Metode Abjad
Metode abjad merupakan metode pembelajaran yang menggunakan media "Poster Abjad" dan "Kamus Abjad". Poster abjad digunakan sebagai media pembelajaran untuk membantu warga belajar mengerti bagaimana cara mengingat huruf, ejaan, dan kata-kata baru. Warga belajar tidak hanya sekedar mengenal lambang bunyi dari "A" sampai "Z" yang belum tentu mempunyai makna bagi mereka, tetapi juga diajarkan bagaimana memaknai sebuah huruf/abjad dengan benda konkret yang dipilih sendiri oleh warga belajar sesuai dengan minat, kebutuhan, dan situasi lingkungan sekitarnya.

5. Metode Kata Kunci
Metode kata kunci adalah salah satu metode pembelajaran membaca dan menulis dengan mengunakan kata-kata kunci (key words) dan tema-tema pengerak (generative themes) yang di kenal oleh warga belajar dan yang di temui dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata kunci tersebut dipilih dari berbagai alernatif kata yang diajukan oleh warga belajar, kemudian kata-kata yang telah dipilih digunakan untuk memancing pikiran kritis warga belajar. Alasan penggunaan "key words" dan "Generative Themes" adalah berdasarkan pertimbangan pentingnya menghubungkan kemampuan baca-tulis dengan kehidupan sehari-hari warga belajar.
Salah satu cara yang digunakan untuk memancing warga belajar adalah dengan penyajian gambar-gambar, simbol-simbol, atau poster yang melukiskan tentang situasi kehidupan nyata masyarakat. Sambil mengamati gambar-gambar, simbol-simbol, atau poster tersebut, warga belajar dirangsang untuk mengenali kenyataan kehidupan mereka dan selanjutnya ditantang untuk merefleksikan dan memikirkan kenyataan tersebut

6. Metode Pembelajaran Berhitung
Pengalaman di lapangan menunjukkan, bahwa warga belajar sudah memiliki kemampuan dalam menghitung nilai nominal uang, jumlah anggota keluarga dan lain-lain, namun mereka belum mampu menuliskan dan mengunakan simbol untuk penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perbandingan. Tutor perlu membantu belajar berhitung yang sudah di kenal dan dipergunakan warga belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran berhitung, warga belajar tidak hanya diajarkan menjumlah, mengurang, mengali, dan membagi angka-angka, tetapi juga selalu dikaitkan dengan kegiatan menimbang, menakar, mengukur barang atau benda untuk kegiatan ketrampilan fungsional, seperti tentang nomor rumah, RT, RW, nomor telepon, jarak, ukuran menjahit, takaran resep masakan, berat badan, pertumbuhan anak, dan lain sebagainya.

7. Metode Pembelajaran Melalui Kegiatan Diskusi
Tujuan kegiatan diskusi adalah untuk membuka pikiran warga belajar dalam menganalisis dan memanfaatkan pengetahuannya. Oleh karena itu untuk mengantarkan pada pelaksanaan proses diskusi, tutor perlu membantu warga belajar untuk mengungkapkan gagasan dan memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Topik yang pertama kali di diskusikan pada kelompok belajar adalah menyangkut minat dan kebutuhan warga belajar, serta potensi dan hambatan yang mungkin ditemukan selama proses pembelajaran.

8. Metode Pembelajaran Keterampilan Fungsional
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran diskusi, menulis, membaca, dan berhitung, sekaligus tutor juga membelajarkan keterampilan fungsional untuk memperbaiki mutu dan taraf hidup warga belajar. Kegiatan pembelajaran keterampilan fungsional ini diarahakan pada pemberian keterampilan yang bersifat ekonomi produktif dan keterampilan sosial. Keterampilan fungsional menjadi tekanan pada kegiatan pendidikan keaksaraan fungsional, karena sebagian besar warga belajar sasaran program penuntasan buta aksara adalah masyarakat miskin, sehingga secara ekonomi perlu diberdayakan atau ditingkatkan.

Bentuk pembelajaran keterampilan fungsional harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan warga belajar, serta bersifat fungsional (bermanfaat secara langsung bagi kehidupan warga belajar), seperti :
a. Keterampilan membuat kue.
b. Keterampilan memasak.
c. Keterampilan Bertani.
d. Keterampilan Keagamaan.
e. Dan lain-lain (sesuai kebutuhan warga belajar).

D. Tempat dan waktu pembelajaran
Tempat pembelajaran bagi warga belajar disesuikan dengan sistem pembelajaran kelompok. Tempat yang digunakan dalam pembelajaran kelompok dikumpulkan di rumah Warga Belajar sendiri .
Adapun waktu pelaksanaan pembelajaran sesuai kesepakatan warga belajar. Waktu yang digunakan untuk pembelajaran dimulai habis Ashar yaitu jam 15.30 WIB sampai dengan jam 17.30 WIB atau lebih.

No Hari Waktu Tempat Tutor
1 Senin 15.30-17.30 WIB Rumah Ibu Sutini RT 002 / RW 003 1. Maria Ulfa
2. Bukhori Rusdi
3. Arif Fadholi W.A
4. Nur Farihah
2 Rabu 15.30-17.30 WIB Rumah Ibu Sutini RT 002 / RW 003
1. Maria Ulfa
2. Bukhori Rusdi
3. Arif Fadholi W.A
4. Nur Farihah
3 Sabtu 15.0-17.30 WIB Rumah Ibu Sutini RT 002 / RW 003 1. Maria Ulfa
2. Bukhori Rusdi
3. Arif Fadholi W.A
4. Nur Farihah

E. Pelaksanaan Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi atau penilaian dalam program Keaksaraan Fungsional (KF) merupakan satu kesatuan terintegrasi dengan proses pembelajaran yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Penilaian pada hakekatnya merupakan upaya pengamatan, pengukuran, dan pembinaan yang terus menerus sejak tahap permulaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang input, proses dan hasil belajar setiap warga belajar yang di lakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan.
Kegiatan penilaian menitikberatkan pada keaktifan warga belajar dan penerapan hasil pembelajaran. Pada setiap tahapan penilaian dilakukan secara partisipatif dan menghindari suasana pengujian atau test terhadap warga belajar yang mengesankan suasana formalistik dan situasi yang menegangkan. Sehinga langkah yang di tempuh untuk melaksanakan evaluasi pada saat belajar ketrampilan bertani. Warga belajar di harapkan mampu menulis dan menghitung bahan-bahan yang digunakan dalam hal bertani tersebut, sekaligus sebagai kesan salam perpisahan peserta KKN dengan warga belajar.

F. Tingkat Pencapaian Hasil Pembelajaran
Kemampuan setiap warga belajar pada awalnya masuk kelompok belajar tidaklah sama, setiap warga memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda, dari yang belum mengenal aksara sama sekali sampai dengan yang sudah mengetahui keaksaraan dalam standar tertentu. Oleh karna itu tutor mengelompokkan warga belajar yang belum mengenal aksara sama sekali menjadi sub kelompok dan memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki warga belajar, serta memberikan perhatian penuh kesabaran, sehinga tingkat pencapaian hasil pembelajaran dapat segera mencapai sasaran.

Adapun warga belajar yang sudah mengenal aksara dengan standar tertentu, tutor memberikan kesempurnaan keaksaraan, selain itu tutor juga memberikan bimbingan dan arahan, sehingga warga belajar dapat membaca dan menulis, serta berhitung secara trampil dengan baik dan benar, mampu memahami cerita-cerita pendek dan dapat menceritakan kembali cerita pendek tersebut.

G. Faktor Pendukung Dan Penghambat
Faktor-faktor yang mendukung proses penyelengaraan pendidikan keaksaraan, antara lain:
1. Kepala Desa siap membantu,
2. Perangkat desa siap membantu,
3. Ketua LKMD, BPD, RT, RW dan Tokoh Masyarakat turut berpartisipasi
4. Masyarakat desa yang menyambut baik dan ramah,
5. Semangat warga belajar yang optimis,
6. Terjalinnya hubungan kekeluargaan antara tutor dan warga belajar.

Faktor-faktor yang menghambat proses penyelengaraan pendidikan keaksaraan, antara lain:
1. Warga belajar malu mengikuti pembelajaran dengan berbagai alasan
2. Waktu yang digunakan proses pembelajaran terbatas karena sibuk dengan pekerjaannya (bertani) dan musim panen.
3. Daya pikir warga belajar rendah,
4. Warga belajar berfikir sudah terlambat untuk belajar.

H. Upaya Mengatasi Hambatan
1. Mahasiswa selalu memberikan motivasi kepada warga dengan cara memberikan do’a-do’a agar dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan diselingi dengan Tanya jawab tentang keagamaan, sehingga mereka selalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
2. Mahasiswa menyesuaikan waktu pembelajaran sesuai dengan waktu luang warga belajar.
3. Mahasiswa memberikan nyanyian di sela-sela pembelajaran yang sedang berlangsung.
4. Mahasiswa menyediakan fasilitas kegiatan belajar mengajar.
5. Mahasiswa selalu memberikan semangat pada warga belajar serta memberikan pengarahan tentang pentingnya pendidikan.
6. Mahasiswa berusaha mengubah pola pikir masyarakat, bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan program PBA TEMATIK di Desa Margosari ini, kami dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
a. Kuliah kerja nyata (KKN) kali ini adalah pelaksaan program pemerintah yang bekerja sama dengan perguruan tinggi se-Jawa Tengah dalam rangka Penuntasan Buta Aksara (PBA), yang mana mahasiswa KKN terjun langsung ke masyarakat (grass root) agar masyarakat mampu menulis, membaca, dan berhitung dengan baik.
b. Dalam melaksanakan program ini di perlukan kerja yang ekstra keras, baik tenaga, pikiran, kesabaran, keuletan dan sarana prasarana yang menunjang diantarnya program ketrampilan, dan program desa yang lagi trend. Untuk mempermudah tercapainya cita-cita pemerintah dalam penuntasan buta aksara di seluruh Indonesia.
c. Setelah praktikan terjun langsung ke lapangan, dan berbaur dengan masyarakat yang beragam, barulah terasa bagaimana sesungguhnya hidup bermasyarakat. Sehingga dapat memberikan motivasi dan pelajaran serta pengalaman, juga manfaat besar bagi semua peserta KKN khususnya IAIN Walisongo. Apabila nanti telah berkeluarga dan terjun di masyarakat yang mereka tempati.
d. Adapun proses pembelajaran PBA terhadap warga belajar yang kami lakukan di Desa Margosari, tentulah masih belum cukup membawa hasil terhadap apa yang diharapkan. Mengingat waktu yang relatif singkat, data calon warga belajar yang kurang memadai, juga banyaknya warga belajar yang sudah lanjut usia, sangat sulit untuk di beri materi yang bersifat tematik terlebih lagi padatnya kesibukan warga belajar masing-masing. Apalagi saat ini warga belajar sedang menghadapi musim panen.

B. Rekomendasi
1. Kuliah Kerja Nyata (KKN) TEMATIK PBA sangat tepat kalau diterapkan untuk menyelesaikan masalah individu dan masyarakat. Kami harapkan untuk tahun depan KKN seperti ini dapat dilaksanakan kembali, dan diterjunkan langsung dalam komunitas masyarakat yang benar-benar belum bisa baca dan tulis (buta aksara), yang kebanyakan adalah masyarakat ekonomi rendah.
2. Dalam pelaksanaan KKN semacam ini di perlukan adanya saling koordinasi dan musyawarah baik antara mahasiswa dengan dosen pembimbing lapangan serta masyarakat yang bersangkutan untuk saling memberikan informasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kegiatan KKN dapat berjalan dengan sukses dan berhasil dengan hasil yang memuaskan.

C. Kata Penutup
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, laporan Kuliah Kerja Nyata (KKN) TEMATIK PBA di Desa Margosari ini dapat terselesaikan dengan baik, harapan kami sumbangsih terhadap apa yang telah kami lakukan selalu mendapat ridha dan berkah serta manfaat bagi kita semua. Dan kami menyadari bahwa manusia di dunia ini tiada yang sempurna, maka tentunya tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan untuk itu kami minta maaf yang sebesar-basarnya. Kepada warga masyarakat, Kepala Desa serta perangkatnya dan semuanya baik ketua LKMD beserta anggotanya, ketua BPD beserta anggotanya, ketua PKK dan KPK beserta anggotanya, maupun ketua RT dan RW Desa Margosari, selanjutnya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga bermanfaat di dunia dan akhirat serta menambah pengetahuan bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

No comments:

Post a Comment